11.MDP : Lomba Puisi

3 0 0
                                    

"Mungkin cinta kita akan lebih indah jikalau tidak di pertemukan."

Namjoon. 🍃

... 📖 ...

Semua murid berkumpul di depan papan pengumuman yang di pajang di depan salah satu koridor sekolah. Sebuah sepanduk yang tertempel di sana menunjukan bahwa akan diadakannya beberapa lomba satu minggu kedepan dalam rangka, untuk merayakan acara ulang tahun sekolah.
Nantinya akan ada banyak lomba yang di adakan, mulai dari banyak macam lomba olahraga, serta lomba pidato, juga lomba puisi.

Ana berencana untuk mengikuti lomba puisi, meluhat hadiah uang tunai yang dicantumkan di selembaran spanduk yang tertempel itu lumayan banyak dan bisa di pakai untuk menambah uang tabungannya.

Gadis berkawat gigi itu memutuskan untuk membuat puisi di gudang sekolah. Tempat dimana biasanya dirinya dan Namjoon belajar bersama. Rasanya pikiran Ana akan bertambah luas dan tenang saat sendirian di gudang sekolah itu.

Tapi nyatanya sekarang, gadis cupu itu malah mondar-mandir tak jelas hanya untuk memikirkan judul puisi yang bagus.

"Aiss, salah! Jelek!" Omel Ana sambil merobek kertas bukunya lagi.

Lagi-lagi dia merobek kertas buku yang berisi tulisan tak masuk akal dari pikirannya. Dan lagi-lagi gadis itu mengomel sambil menepuk-nepukan pelan buku catatan ke kepalanya sendiri. Berharap itu dapat membuat ide brilian muncul secara tiba-iba dari otak sempitnya itu.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Astaga!" Ana langsung tersentak kaget saat tiba-tiba dirinya mendapati wajah kak Namjoon yang berada tepat di samping kiri wajahnya.

Namjoon menggeleng dan terkekeh geli melihat gadis yang sudah memegangi dadanya karennaterkejut itu.
"Mengapa kau selalu saja kikuk di sekitarku?"

"H-hanya sedikit terkejut kak." Ralat Ana tak enak hati.

Lelaki itu berbalik dan perlahan menyandarkan dirinya pada meja tapi masih memandang Ana dengan tatapan intens. "Sedang apa, hm?" Ulang Namjoon.

"Itu kak, saya-.."

Namjoon memutar mata malas. "Aku paham sekarang kau masih di tahun pertamamu, tapi jika kau terus menggunakan kata 'saya' saat kita berbicara aku juga tak nyaman." Jelasnya membuat Ana gelagapan.

"O-oh.. maaf kak, say-aku hanya mencoba bersikap sopan." Jelas Ana dan Namjoon berdehem untuk jawaban.

"Lanjutkan." Pinta lelaki itu.

"I-itu kak, lomba untuk siswa tahun pertama sepertiku sudah di mulai Minggu depan. Jadi a-aku memutuskan untuk ikut lomba puisi, harapanku ingin uang tunai yang di beri sebagai hadiahnya itu." Ucap Ana ragu.

"Lalu apa ada yang salah?" Potong Namjoon melihat beberapa kertas yang terbuang di lantai.

Ana terdiam sebelum bersuara. "Aku belum memutuskan judulnya kak. Jadi dari tadi hanya menulis sesuatu yang tak berarah."

Namjoon mengangguk, lelaki itu meletakan skateboard miliknya ke lantai dan langsung menarik kursi untuk duduk di samping Ana. "Biar ku bantu."

Ana langsung bangkit dari duduknya membuat Naufal bingung. "E-eh tak usah kak!"

Lelaki yang tersinggung karena merasa di ragukan itu menatap Ana dengan mata menyelidik. "Apa kau tak percaya padaku?"

"Tidak sama sekali kak!" Ana menggeleng langsung. "Hanya aku tak ingin merepotkan. Lagipula aku malu jika membaca puisiku pada kakak."

My Dream Pince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang