"Even if it's a lie
Thanks for all the happiness you give to me."Namjoon.🍃
... 📖 ...
-Stil in 2016-
Perubahan perlahan harus Ana biasakan. Gadis yang biasanya ke sekolah hanya memakai skincare seadanya itu, kini belajar memakai makeup dan polesan lipstik merah gonjreng milik Sindy. Dia juga akan mengumpulkan uang agar bisa membeli peralatan kecantikannya sendiri walau hanya sedikit.
Meski masih memakai kacamata, namun rambutnya yang biasa di kuncir kuda berhias pita berwarna, kini hanya di biarkan tergerai. Ana sudah mengantisipasi dengan membawa karet rambut hitam yang dia kalungkan pada tangan sebagai gelang. Rambutnya tebal dan akan mengembang seperti singa jika kering makanya dia harus menyediakan beberapa karet rambut juga di dalam tas.
Untuk apa Ana sampai seefort ini hanya untuk ke sekolah? Untuk apa lagi jika bukan untuk mengejar pria bernama Namire Joonatan itu. Ana sudah putuskan akan mengejar pria itu dengan brutal dan ugal-ugalan sekarang. Dia akan memperjuangkan cintanya yang memang sudah di ketahui kak Namjoon. Mulai sekarang pemeran pendukung ini akan mencoba menjadi pemeran utama wanita pada kisah asmaranya sendiri! Siapa yang bilang pemeran pendukung tak bisa menjadi pemeran utama?
Dengan semangat gadis itu menunggu dibawah pohon perempatan jalan. Tempatnya sering mengikuti kak Namjoon secara diam-diam. Perbedaannya kini Ana benar-benar menunggu di sisi pohon yang tepat menghadap pada jalar agar Namjoon bisa melihatnya.
Ana melihat jam tangan bekas murah yang baru dia beli di obral garasi kemarin. Sudah pukul 06.30 pagi. Seharusnya kak Namjoon sudah datang sekarang, namun di mana dia?
"Drugggg!!!"
Ana membulatkan mata tak percaya dan langsung menatap kesal pada langit yang tiba-tiba menurunkan hujan tepat setelah guntur besar tadi. "Ah! Mengapa turun hujan sekarang sih?!" Ucap gadis itu tak terima.
Sia-sia sudah riasan yang dia pakai hari ini. Tak main-main maskara yang Sindy pakaikan langsung luntur mengikuti air hujan yang membasahi seragam dan wajahnya.
Ana langsung buru-buru menarik sepedanya untuk berteduh di pohon yang tadinya akan menjadi tempat terciptanya skenario romansa yang sayangnya tak akan terjadi hari ini lantaran hujan.
"Sial, sudahlah hujan, makeupku luntur, bajuku basah, kak Namjoon belum datang, sekarang malah di tambah toping ancaman terlambat pula?" Gadis itu tertawa remeh memandangi langit yang masih gencar meneteskan air hujan. "Sabar-sabar.. jika aku menunggu sebentar, pasti kak Namjoon akan datang."
Seakan belum cukup, baru saja di pikirkan tiba-tiba Ana melihat dengan jelas mobil sedan milik kak Namjoon melaju melewati jalan lurus yang langsung menuju ke sekolah melewatinya. Hangus sudah garapannya untuk pergi bersama kak Namjoon.
"Sempurna sekali pagi hari ini. Rasanya aku memang bersemangat sekali ke sekolah." Keputusasaan Ana pun bersuara.
... 📖 ...
Sindy langsung menggebrak meja beberapa kali hanya karena dia menertawakan sepupunya yang kelewat sial pagi ini. Satu-satunya yang berhasil Ana lakukan hanyalah tak terlambat mata pelajaran Bahasa hari ini. Setalah itu tak ada sama sekali.
Ana yang kesal langsung menyumbat mulut sepupu kesayangannya itu dengan bakpao daging yang mereka pesan tadi. Dia benar-benar sedang dalam mood yang tidak bagus sekarang, apalagi dengan Sindy yang menertawakannya begini, membuat dia semakin malu saja di lihat orang-orang di kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dream Pince
FanfictionAnanda Putri Ana, gadis yang selalu mengibaratkan dirinya sebagai gadis pinggiran desa kini jatuh cinta dengan lelaki paling populer di SMA KQHS yang di ibaratkan sebagai pangeran kerajaan oleh se-antero sekolah. Ini adalah skenario takdir dalam me...