PUTRA PERTAMA

101 17 3
                                    

Di tengah kegelapan yang tidak terlihat seseorang berjalan dengan bersusah payah agar dirinya dapat berjalan di dalam kegelapan itu namun ia menemukan cahaya kecil, seperti kunang-kunang malam yang menyinari gelapnya hutan. Siapa kah cahaya tersebut sehingga dapat memberikan jalan kepada seseorang yang tengah berjalan di dalam kegelapan itu?

Tidak ada anak yang ingin di lahirkan untuk takdir yang buruk, semua anak juga mengharapkan kebahagiaan karena bagaimana pun juga semua orang ingin bahagia, termasuk Razka.

Suara hujan dengan rintikan yang sangat deras di iringi detik detik jarum jam, angin yang berhembus kencang menerpa semua apa yang ada. Bunda yang berupaya berusaha untuk memperjuangkan seorang buah hati tersayang. Ayah yang menunggu kehadiran sang buah hati dengan penuh rasa senang dan kasih sayang...

"Tarik nafas buk, buang"
"Huh huh huh..."
"Alhamdulillah"

Sang buah hati hadir dengan tangisan kebahagian menyapa semua orang di dalam ruangan...

"Alhamdulillah buk anaknya terlahir sehat dan anak ibuk laki-laki"
ucap dokter

"Hah, laki-laki?" Teriak Wijaya

"Mas, ini anugerah yang di titipkan tuhan sama kita" jawab Risma

Wijaya Gantara Pratama, sekarang sudah menjadi seorang ayah yang kini mempunyai sang buah hati pertamanya, Wijaya tampak menghela nafas setelah mengetahui anak pertamanya itu laki-laki, sedangkan Risma Alya Tara ibunda dari sang buah hati tersayang begitu senang dan bahagia atas kehadiran putra pertamanya itu...

"Nanti kita beri nama apa ya mas" tanya Risma

"Terserah kamu, aku menurut saja" jawab Wijaya

"He'em"

Razka Putra Wijaya, putra pertama dari ayah Wijaya dan bunda Risma anak yang memiliki mata yang indah alis yang tebal dan rambut sedikit kecokelatan, anak yang lahir saat tengah malam dan keadaan hujan deras di terpa angin kencang. Mirip seperti sifat nya orang yang kuat dan pantang menyerah walau di terjang badai sekalipun, namun bagaimanapun juga dia tetap anak anak yang seharusnya bermain bersama teman temannya.
Cepat sekali rasanya waktu berlalu, anak itu sekarang kini sudah bisa berbicara satu dua patah kata.

"Papa"
Kata pertama yang di ucapkan Razka

"Masya Allah nak, mas mas lihat anak mu dia sudah bisa memanggil mu mas" teriak ibunda dengan gembira memanggil suaminya

"Iya Risma, tolong jangan berisik dulu saya sedang mengerjakan project kantor" saut Wijaya dingin

Seperti bunga yang akan mekar dan siang yang berganti malam, waktu begitu cepat berlalu hingga mendatangkan hal hal baik dan kebahagiaan yang akan datang, namun apakah semua itu akan ada untuk seorang putra dari ayah Wijaya Putra Pratama dan putra dari ibunda Risma Alya Tara? Razka Putra Wijaya

Bangunan yang sederhana dengan di penuhi bunga bunga indah dan struktur rumah yang nyaman untuk di pandang, kesejukan dan kehangatan sangat terasa di bangunan tersebut bangunan yang di tempati oleh keluarga berkecukupan dengan seorang anak laki-laki semata wayang. Anak itu sangat senang saat berada di sekitar halaman taman rumah yang tengah asik bermain sepeda sendirian.

GUBRAK!!
(suara kencang terdengar dari taman rumah)

"Bundaaa tolongin Razka" teriak Razka

"Astaga Razka, ya ampun nak kamu hati hati dong main sepedanya kok bisa jatuh, sini sini bunda bantu bangunin"

"Sakit bunda, kaki Razka berdarah"

Kini anak umur 5 tahun itu sedang kesatikan menahan sakitnya darah yang mengalir pada kakinya

"Sini bunda obatin, makanya lain kali kamu hati hati ya sayang kalo emang mau main sepeda kan bisa bilang sama bunda nanti bunda temenin kok" kata Risma

"Iya bunda maafin Razka, tadi bunda sedang sibuk di dapur Razka tidak ingin menganggu Bunda, padahal Razka mau minta ajarin bersepeda sama ayah tapi ayah..."
Belum selesai Razka berbicara Risma langsung memotong omongan anak semata wayangnya itu

"Ayah sibuk sayang belakangan ini ayah sedang banyak perkejaan di kantornya" potong Risma

"Tapi Bunda... Kenapa ayah selalu ga ada waktu bermain sama Razka? Ayah selalu di depan komputer kerjanya itu" tanya Razka

Mendengar pertanyaan dari anaknya itu yang baru berusia 5 tahun Risma tidak bisa berkata banyak, dia langsung terdiam dan menunduk lalu memberikan jawaban kepada anaknya agar ia mengerti

"Sayang bundaa, kan tadi bunda bilang ayah banyak kerjaan tapi nanti kalo ayah libur nanti pasti ada waktu kok buat main sama Razka, yaudah sekarang kita masuk dulu ya kita makan bunda tadi udah masak sambel udang buat kamu" ajak Bunda

"Asikkkk sambal udang!!" teriak Razka dengan senang karena bundanya memasak makanan favoritnya, sambal udang.
Padahal anak seusia itu tidak tahan akan pedas tapi tidak dengan Razka dia sangat suka dengan rasa pedas.

-Bersambung-

RAZKA 7 MENIT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang