Tidak ada manusia yang tidak ingin terlahir dengan sempurna dan hidup bahagia namun pasti setiap orang mengusahakan untuk semua akan hal itu, begitu juga dengan Razka.
Setelah pesan dari Karen Razka tidak membalas pesan itu sampai esok harinya. Keesokan harinya Razka terus kepikiran akan hal yang kemarin ia juga ada perasaan tidak enak kepada Karen sebab telah mengusir nya dari rumah Razka.
Razka saat itu ingin sekali menemui sahabatnya namun gengsi Razka setinggi bangunan Patung Liberty, iya tinggi sekali bukan ia kini memutuskan untuk membalasa pesan Karem kemarin
"Karen, maaf ku baru membalas"
09.18Namun Karen juga tidak kunjung membalasan pesan Razka hingga sore hari ia baru membalasnya.
"Iya Razka tak apa, aku juga minta maaf karena baru membalas pesanmu sekarang sebab aku ketiduran haha"
15.20"Kau ini selalu saja tidur sangat lama tidak ada perubahan haha"
15.22Canda mereka di chat ponsel itu.
"Razka aku segera menjemput mu 10 menit lagi bersiap-siaplah, kita akan jalan-jalan sore sebentar"
15.25"HAH KOK TIBA TIBA BANGET SIH"
15.26Razka terkejut dengan pesan yang dikirim Karen karena ya tidak biasanya Karen mengajak Razka jalan-jalan sore. Setelah chet terakhir dari Razka Karen pun tidak aktif saat di kirimkan pesan bahkan Razka sudah menelpon Karen beberapa kali namun nomor nya tidak aktif.
10 menit kemudian yang benar saja Karen benar-benar datang untuk menjemput Razka. Mereka pun pergi untuk jalan-jalan sore menggunakan motor keren nya Karen, iya keren karena Karen sangat suka sekali modif motornya.
"Razkaaaaa woi cepetan deh lama banget sih" teriak Karen dari luar
"Sabar aelah, lu juga tiba-tiba banget ngajak jalan. Bunda Razka izin keluar dulu ya sama Karen mau main aja sih" izin Razka
"Eh tumben banget yaudah kamu hati-hati ya nak" ucap bunda
"Palingan juga nongkrong gajelas minum-minum an" ketus ayah
"Astaghfirullah yah aku ga pernah ya begitu, yasudah aku tidak ingin debat karen Karen sudah menunggu di depan" ucap Razka kesal
"Punya anak kurang ajar, mementingkan teman dari pada orangtuanya sendiri" kesal ayah
"Sudahah mas dia juga bukan anak-anak lagi" ucap bunda
Razka keluar rumah dengan raut muka yang kurang menyenangkan akibat perkataan ayah barusan. Kini Razka dan Karen pun pergi untuk jalan-jalan sore berdua, siapa sangka Karen membawa Razka ketempat yang sangat sunyi dan sepi di pinngir sungai.
"Karen? tumben kita kesungai?" Tanya Razka
"Raz, sekarang kau bebas, kau bisa teriak sepuasmu disini" jawab Karen
"Teriak? asli lo kerasukan apa sih tiba-tiba banget" heran Razka
"Gapapa Raz coba aja deh lo teriak disini" suruh Karen
Razka pun mencoba untuk berteriak di pinggir sungai yang sunyi dan sepi itu, air yang sebening kaca dan tenang itu kini dapat mendengar suara teriakan dari seorang anak yang kehilang yang peran ayah namun sangat di cintai dan disayangi oleh sang bunda, anak yang belum bisa membanggakan kedua orangtuanya dan anak yang memiliki penyakit bukan ada usianya.
"AAAARRRRGGGGHHHH" terik Razka
"Gimana enak kan?" tanya Karen
"Gilak Ren seriusan kok bisa ya? kok bisa gue selega ini biasanya ga pernah tuh gue rasain hal yang bener bener gue rasa melepaskan beban banget padahal cuma teriak loh" tanya Razka dengan terheran
"Iya kan makanya lo sering-sering aja kesini buat melampiasin amarah loh karena kalo di simpen gitu gabaik tau lo bisa stress" jawab Karen
Mendengar jawaban dari Karen Razka hanya terdiam dan memikirkan akan penyakit yang ia idap itu, dia berpikir jawaban Karen itu mengarahkan ke arah masalah penyakit Razka. Sebab Karen pasti sudah tahu akan penyakit Razka ini.
"Raz, plis kita temenan udah lama lo udah gue anggep kayak adek gue sendiri jadi kalo lo ada masalah cerita sama gue, gue bisa bantuin lo gue bisa kok nemenin lo di waktu-waktu sepi lo itu. Gue ga mau liat lo begini Raz, mana Razka yang ceria dan bahagia dulu? kemana Raz? balikin sahabat gue yang dulu. Gue bisa dengerin lo cerita Razka plis jangan di pendam semuanya sendirian, gue tau lo-" ucap Karen yang belum selesi akibat di potong Razka
"Karen stop, gue anggep lo sebagai sahabat gue kok gue juga udah anggep lo sebagai abang gue sendiri tapi gue ga bisa cerita sembarangan sama lo Karen, maaf" jawab Razka
"Jadi lo ga percaya sama gue? gue peduli sama lo Razka penyakit lo itu ga bisa banyak pikiran" karen terdiam karena menyadari yang ia katakan itu akan menyinggung perasaan Razka.
"Karen, masalah itu kamu tau ya dari kertas kemarin? maaf ya aku marah akan hal kemarin aku benar-benar tidak bisa mengendalikan emosi ku, kamu benar penyakit ku ini tidak bisa untuk memikirkan hal-hal yang tidam berguna, kau tau bukan masalah ku ada di ayah ku... ah sudahlah" belum selesai Razka berbicara ia tidak sanggup untuk menetaskan air matanya
"Razka maafkan aku, aku tidak bermaksud begitu. Iya aku paham kondisi mu... Razka maaf' ucap Karen
"Aku mohon kepadamu Karen Rendra Satria, kau rahasiakan penyakit ini dari kedua orangtuaku karena aku tidak ingin membuat mereka khawatir, aku mohon" rintih Razka meneteskan air matanya yang tak tahan untuk keluar.
Tanpa biacara apapun Karen yang memahami kondisi Razka saat ini ia segera memeluk sahabatnya itu.
"Aku akan merahasiakan nya Razka Putra Wijaya, aku mohon kau untuk tidak terlalu banyak pikiran, aku menyayangimu adikku" ucap Karen sambil memeluk Razka
"Makasih ya abang-ku hehe" jawab Razka penuh ragu menyebutkan kalimat abang, Razka harap ia mendapatkan peran kakak di hidupnya usai kehilangan peran ayah
Setelah berbincang banyak mereka pun memutuskan untuk pulang karena malam hampir tiba, dan mereka melanjutkan perbincangan di atas motor kerennya Karen.
Sungai indah yang memilik air sebening kaca itu pun sekarang menjadi lebih indah akan keharmonisan kedua sahabat tersebut yang kini sudah menjadi saudara namun tidak sedarah.
Awan sore yang ke oranye-an itu pun terlihat begitu indah, senja yang mengarungi langit kini ingin berubah menjadi malam yang gelap, sebelum malam itu datang Razka dan Karen sangat menikmati waktu sore indah itu sambil mengelilingi jalanan kota.
"Karen, aku mau memberitahu mu sesuatu" Ucap Razka
"Iya apa itu Raz?" Tanya Karen
"Sebenarnya yang kita bertemu di jalan dekat rumah mu itu aku habis dari rumah dokter untuk check up kesehatan ku, aku awalnya juga kaget dan berjaga-jaga karena rumahnya dekat sekali dengan rumah mu, ya mungkin ada lah beda 5 rumah dari rumahmu, nama dokternya dokter Andra" ucap Razka
"Hah? dokter Andra?" kaget Karen
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZKA 7 MENIT (END)
Short Story"Setelah meninggal, otak manusia masih berfungsi 7 menit untuk memutar ulang memori paling indah" Razka Putra Wijaya Anak pertama dari ayah Wijaya dan bunda Risma yang kini sedang berupaya mempertahankan hidup dan mentalnya Apa arti kebahagiaan bag...