bagian 5

101 5 0
                                    

Sebulan sudah tepatnya aku sudah menjalin hubungan dengan keenan, hah entahlah, baru kali ini aku mencoba LDr, yang jauhnya itu kebangetan.

Menurutku keenan itu terlalu royal, belum apa apa dia sudah mengirimiku ini dan itu, aku keberatan sebenarnya, terkesan over atau memang aku yang memang tak terbiasa.
dia berjanji akan menemuiku sekitar tiga bulan dari sekarang, itu artinya selesai aku PPL di sebuah SMA negeri di kota ini, yaw aku beruntung, karena tak perlu jauh jauh keluar kota seperti yang lainnya. Atau lebih tepatnya ini keberuntungan buat the gecors, karena kami berhasil ngumpul di sekolah yang sama. Alangkah indahnya hidup, ha ha ha ha. Itu yang sempat terbayangkan olehku.

Sebenarnya ini juga termasuk andil sebagai anggota senad sih, bebas memilih mau dimana.

PPL sudah seminggu kami lalui, bermacam pengalaman kami dapati, disela sela kesibukan kami belajar membuat ADM kelas, dengan bumbingan pamong masing masing tentunya, ada saja ulah peserta didik yang konyol itu.
Tambah lagi sejatinya sekolah ini boleh di bilang sekolah yang yaaaaahhh, satu kota juga taulah, tempat bersarangnya anak anak bandel gemar nongkrong ngalor ngidul. Bahkan ada murid kelas xii yang merupakan teman geng motornya agung, aicchh.. koclak.
Temanku itu yang paling menikmati sepertinya.

Yah walaupun ada masalah yang sebenarnya mengganggu pikiranku,
Budgetku mulai menipis padahal masih minggu pertama. Buat ADM itu ribet, gak sedikit perbaikan yang menghamburkan uang, tambah lagi aku harus membuat media pembelajaran, buku buku referensi. Aicchh ribett kantong anakmu ini menipis mak, masak ia aku kudu makan krupuk selama disini mak? Ha ha ha. Absurdnya aku.

Lamunanku di buyarkan kedatangan agung di mushola ini. Yupp, betul aku lagi ngaso di mushola, ya mau dimana lagi tempat ngumpulnya anak PPl, selain mushola sekolah. Kan gak mungkin diruang guru hah aku mah apa atuh, cuma anak PPl.

"Ris, kelasmu gak ada kan hari ini? Kok dateng cepat?" Agung memulai pembicaraan.

"Lagi males di kos gung, biar ajalah sekalian nyari referensi."

"Lagi ada masalah ya ris? Cerita donk." Ujarnya sambil duduk meluruskan kakinya disampingku bersiap menyalakan laptopnya.

"Ke udah selesai piket kan gung?" Tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan supaya dia tak kepo lagi dengan apa yang merusak mood ku.

"Udah dunk, kalau gak, ngapain aku dimari, udah buruan cerita ada apa."

Jhiaahh.. gagal ternyatah sodarah sodarahh..

"Huummmzz.. biasalah kantong anak kuliahan. Baru minggu pertama udah cetek aja ini. Mana masih ada 5 minggu lagi. Huffttt."

"Yahh. Sama aja masalah ke sama aku berarti. Ribet emang kalau kaya gini, dlu mah enak ada adriana, keluarga do'i kan lumayan berada & baek banget ya. Apalagi ama anak kuliah yang jadi korban kostsan kaya kita. Jadi inget aku sering cashbon ama dia, Ya ndak ris?"

"Yeee, kalau ke mah cashbon juga gara ngemodif motor doank kali gung, ke itu korban fashion otomotif, kalau buat kuliah rasanya ortumu masih lega lega aja tuh, tapi sengaja mereka gak mau ngasi lebih, karena tau anaknya giman. Ha ha ha." Tawa lepasku yang di sambut muka sewot agung.

"Hiih, namanya juga hobi nek, kadung keranjingan. Ke gak bakal tau kalau gak ngerasain ya nek." Ledeknya membalas kata kataku. Jadi inget dlu sewaktu dia kepo karena baru tau aku yang lesbian. Dia menganggap hal itu aneh, tentu saja. Dan kata katanya barusan pernah ku ucapkan padanya. Sialan,,,. Preeett..

"Pinter ke sekarang." Jitakku dikepalanya dan di sambut elusan tangannya.

"Rese ah, sakit tau. Pinter donk, bentar lagi lulus inih."

cubing rights?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang