In the next morning.
Vote come and follow, for next chapter.
Thank you and happy reading
✧༺♥༻✧
Jaemin duduk tenang di kursi meja makan, menunggu sang Ayah yang masih bersiap, ia menatap sekeliling yang sepi, kemana adik bungsu nya, kenapa ia tidak ada di meja makan apa adik nya lebih dulu pergi ke sekolah.
"Selamat pagi sayang " Sapa Winwin.
"Pagi baba, oh ya, taro kemana? " Tanya Jaemin.
"Taro sudah di jemput sungchan katanya ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan " Sahut Winwin.
"Ah begitu, pantas tidak ada " Winwin mengangguk.
"Yuta segera turun anak mu menunggu " Ujar Winwin sedikit keras.
"Sayang jangan panggil aku Yuta " Gerutu Yuta.
"Lalu apa? Nama mu kan Yuta " Sahut Winwin.
"Sayang ayolah " Jaemin menghela nafas.
"Nana akan telat jika kalian terus bertengkar " Winwin dan Yuta tersenyum malu, lupa di sini masih ada putra sulung nya.
"Bagaimana kemarin? " Tanya Yuta.
"Cukup menyangkan untuk nana, tapi ada satu hal yang membuat nana malas " Sahut Jaemin.
"Apa itu? " Tanya Winwin.
"Kemarin nana tidak sengaja menabrak seseorang nana minta maaf, tapi dia bilang tidak membutuhkan maaf, tapi meminta Nana untuk menjadi pacar nya satu bulan, agar tidak di jodohkan " Sahut Jaemin.
"Ah ya, nana setuju kan soal perjodohan? " Jaemin hampir lupa masalah pribadi nya.
"Pa, tolong tunda dulu ya? Nana masih ingin bebas " Yuta menghela nafas.
"Hanya bertemu sayang, seterusnya kami menyerahkan keputusan pada kalian " Jaemin hanya bisa mengangguk.
Jaemin melambai pada kedua sahabat nya, ia berjalan mendekat, tersenyum senang karena akhirnya bertemu kedua sahabat nya, kemarin rencana mereka harus pupus, karena secara tiba tiba kedua orang tua Renjun pulang, dan Renjun sudah pasti harus pulang.
"Aku sudah mendapatkan izin dari Ayah dan Papa " Ujar Renjun.
"Aku pun, asalkan tidak pulang terlalu larut " Sahut Jaemin.
"Aku sudah mendapatkan izin juga, hanya saja Daddy bilang harus bersama supir, jadi nanti kita pergi bersama supir ku ya? " Ujar Haechan.
"Justru itu bagus, kita tidak perlu menaiki taksi atau bus " Sahut Jaemin.
"Benar, kita bisa sedikit bersantai soal kendaraan" Timpal Renjun.
"Ayo, sebentar lagi jam kelas kita " Mereka berjalan beriringan, sebenarnya sejak mereka berkumpul sudah banyak pasang mata yang melihat mereka, namun ketiganya abaikan.