Pengacau
Hello berapa lama aku ga update? Ini sela sela kekosongan ku jadi aku update, jangan lupa vote komen kalo bisa follow akun aku.
Enjoy my story and happy reading.
Siang ini di gedung fakultas kedokteran, Haechan, Renjun, serta Jaemin tengah asik menyantap makan siang nya, mereka baru saja menyelesaikan mata kuliah nya, karena kelas bisnis mereka libur, dosen nya tengah berlibur.
"Lalu apa yang terjadi? " Tanya Haechan.
"Semua nya terungkap, ternyata si tokoh utama itu sudah tidak ada sejak awal kebencian keluarga nya " Sahut Renjun.
"Wah, sepertinya aku ingin membeli novel nya" Ujar Haechan.
"Beli saja, di toko buku manapun tersedia " Sahut Renjun.
"Aku juga ingin belakangan ini aku bosan membaca novel ku " Ujar Jaemin.
"Nanti aku temani kalian untuk membeli nya" Sahut Renjun.
"Aku jadi tidak sabar " Ujar Haechan semangat.
Mereka terus mengobrol, sampai acara makan mereka selesai, dan memutuskan untuk segera ke toko buku, mereka bertiga terhanyut akan dunia masing masing, bahkan Renjun saja yang niatnya hanya menemani sekarang malah membeli buku.
"Sudah cukup membeli buku nya? Dan tenggelam dalam dunia masing masing " Ketiganya yang tengah fokus pada buku masing masing, menoleh terkejut pada tiga laki laki yang berdiri menatap mereka.
"Kalian? Mengapa bisa tahu? " Tanya Jaemin.
"Apa yang kami tidak tahu dari kalian " Haechan berdecak.
"Kalian penguntit? " Tanya Renjun.
"Astaga, siapa yang di jodohkan orang tua kalian dengan kalian? " Sahut Guanlin.
"Aku sih dengan Hyunjin stray kids " Ujar Renjun, hal itu membuat Guanlin mendengus.
"Sudah cukup berdebat nya, ayo bayar " Masing masing pasangan berjalan bergandengan, meski Mark dan Haechan masih saja berdebat.
Usai acara membeli buku, kini keenam nya pergi ke sebuah cafe, bertemu dengan Chenle serta Jisung yang menunggu, mereka berniat berkumpul, sudah lumayan lama mereka tidak berkumpul bersama, khusus untuk Chenle dan Jisung.
"Aku merindukan americano " Ujar Jaemin.
"Jangan memesan racun Na " Sahut Haechan galak.
"Hanya sekali, sudah satu tahun " Bujuk Jaemin.
"Setengah shot atau sama sekali tidak " Jaemin mengangguk pasrah atas perkataan Renjun.
"Itu hanya americano kenapa kalian menyebutnya racun? " Tanya Guanlin.
"Itu akan normal jika hanya empat shot, tapi anak ini memesan dengan delapan shot " Sahut Renjun.
"Selera mu sangat ekstrim " Ujar Mark.
"Tapi itu enak " Sahut Jaemin.
"Dan itu tidak sehat, lambung mu sedikit demi sedikit akan terkikis " Ujar Jeno.
"Baiklah, sekarang pun memesan setengah shot " Sahut Jaemin.
"Aku curiga kau memesan diam diam saat kami lengah pengawasan " Ujar Chenle.
"Tidak, aku memesan saat ada kalian " Sahut Jaemin.
"Aku benar benar akan menghancurkan americano di seluruh dunia jika kau memesan tanpa izin dengan shot gila mu itu " Ujar Haechan.
