4| Jalan Cokro

17 2 0
                                    

Sekarang sudah pukul 9 malam, sudah waktunya untuk pulang. Ku lihat ilyas sudah beberes dan budi juga sudah mulai menghitung pendapatan hari ini. Aku menghampiri budi yang tampak frustasi.

"kenapa, bud? Penjualan hari ini aman kan?" tanyaku.

Budi menoleh lalu menunjukkan notifikasi pesanan masuk. Budi menggaruk belakang lehernya yang sebenarnya tidak gatal ku rasa. Aku tersenyum melihat itu. Jujur saja aku paham bahwa budi merasa bersalah akan hal itu.

"gapapa, buatin aja. Cuma matcha latte aja kan sama taro" jawabku menenangkan budi.

"tapi yang nganter siapa mbak? Jam segini mah jarang ada ojol. Yang pesen juga minta dianterin aja ke alamatnya katanya gak sempet pesen di aplikasi" jelas budi.

Ilyas yang sedari tadi mendengarkan dari kejauhan mulai mendekat untuk mendengarkan permasalahan kami secara langsung. Wajah antusiasnya itu benar benar tidak bisa membuatku untuk tidak memainkan pipinya yang sedikit berisi.

"kenapa bud?" Tanya ilyas.

"ini lho, budi lupa matiin aplikasi jadinya masih ada pesenan masuk. Yang pesen juga gak pesel ojek buat ambil jadi dia minta kita buat nganterin langsung yas" jelasku.

"terus gimana mbak? Mas riyan lho dari tadi siang gak ada balik ke sini, kan biasanya kalo begini mas riyan yang bakal cus.ini juga alamatnya beda arah lagi sama aku. Jalan Cokro" jelas ilyas yang mendapatkan anggukan dari budi.

Aku menghela napas berat. Benar jika ini adalah tugas riyan, tapi entah kemana anak itu tidak kembali sejak terakhir kali berkata padaku akan menemui kinan pacarnya. Aku menoleh ke sekitar, beberapa karyawan yang lain sudah pulang dan memang biasanya aku, ilyas, budi dan juga riyan yang akan pulang paling akhir dan mengatasi masalah seperti ini. Tapi kali ini akupun juga kebingungan.

"buatin aja udah gapapa" finalku.

"budi sih bisa bak buatinnya, tapi nanti siapa yang anter?" jawab budi.

"nanti aku yang anterin. Itu kebetulan searah deh kayaknya bisalah nanti lewat jalan tikus mah mbak pulangnya" ucapku memberi saran

Budipun segera bergegas membuatkan pesanannya sedangkan ilyas masih saja diam memandangiku. Aku sadar bahwa ilyas tengah menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan.

"kenapa lagi yas" tanyaku.

"aku ikut ya mbak." Pintanya.

Aku menggeleng tidak menyetujui permintaan ilyas. Tampak raut wajah ilyas yang semula sumringah kini mulai turun senyumnya.

"gak usah yas, biar mbak utari aja yang antar. Lagian juga kan bisa tuh sekalian cari jalan tikus kalo kabur dari operasi" ucapku meyakinkan.

"gak bisa mbak, ini udah malem dan itu juga rutenya masih terlalu asing buat mbak lewatin. Mana bisa aku biarin mbak sendirian anterin pesenan" jelasnya.

Aku tak mengindahkan omongan ilyas karena aku tau anak itu akan terus mengoceh sampai semua permintaannya dituruti. Aku biarkan ilyas terus mengikutiku sampai aku mengambil pesanan yang selesai di buat oleh budi.

"bud, urusin nih anak yah. Bawa pulang kalo perlu iket juga sekalian gapapa. Khawatir gue bundanya nyariin ke gue nanti"

Aku pun pergi setelah mengambil pesanan yang baru selesai di buat oleh budi. Ilyas? Jangan ditanya, anak itu masih setia mengekoriku sampai aku tiba di parkiran.

"ikut ya mbak" tanyanya lagi.

"gak boleh yas, nanti bunda kamu nyariin terus gimana? Mbak lagi yang dimarahin yang ada" ucapku sambil menghidupkan motorku.

Setelahnya aku mulai melajukan sepeda motorku membelah jalanan kota yang ramai akan mobil mobil dan motor para pekerja yanga akan pulang ke rumah masing masing setelah bekerja seharan.

Perjalanan kali ini terasa sedikit berbeda karena jalan yang kulalui masih asing bagiku. Ku lajukan motorku sampai motorku sampai pada jalan yang tertera di alamat yang pemesan berikan.

JALAN COKRO

Begitu tertulis di papan kecil itu. Sekarang waktunya aku mencari nomor rumah itu. Nomor 58. Oh tolonglah ini benar benar akan sedikit lama sepertinya.

Baru kuhidupkan motorku tiba tiba terdengar suara langkah kaki dari arah belakang. Jujur saja bulu kudukku mulai berdiri sekarang. Lampu di jalan itu sangat temaram jadi jarak pandang hanya sedikit. Tiba tiba terlihat sosok yang berjalan mendekat ke arahku. Aku hanya terdiam, pikiranku buntu sampai tiba-tiba...

bersambung. .

Mendarah | Ryujin ft NCT Dream [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang