“ini tinggal mindah spasi aja sih bang. Terus nanti tinggal enter udah selesai tuh gampang kan?” ucapku.
“tapi lama di enternya. Ada cara lain gak tar?”
Aku hanya menghembuskan nafasku kasar. Jujur saja sebenarnya aku lelah tapi aku sudah terlanjur berjanji dan mengiyakan. Aku dan jeremi mengerjakannya hanya berdua saja. Jika kalian bertanya dimana hesa, anak itu tengah menikmati makanan yang sudah dia beli tadi. Hampir semua dagangan di jalan dia beli tadi. Bukan hesa namanya jika tidak memborong dagangan. Alasannya sederhana, katanya agar rezekinya terbagi rata.
“sa, fungsi lu di sini apa ya?” jeremi mulai bertanya setelah sekian lama dia memperhatikan hesa yang terus menerus mengunyah makanannya.
“liatin lu berdua” jawabnya singkat.
Jeremi mulai mengusak wajahnya kasar, dia benar benar tidak habis pikir dengan hesa.
“batagor gak?” tanyanya sambil menyodorkan bungkusan batagor itu pada jeremi.
Saat ini aku benar benar lelah dengan hesa. Dengan tidak tau dirinya dia menyodorkan bungkusan batagor pada jeremi yang tengah kewalahan dengan proposalnya. Jika jeremi membuang anak itu ke sungai aku jujur tidak akan melarangnya sekarang atau mungkin akan aku sediakan saja sekalian gerobak untuk mengangkutnya.
Sepertinya hesa menyadari perubahan raut wajah jeremi. Ya ku lihat mukanya mulai masam dan sepertinya akan menerkam hesa kapan saja. Hesa pun bangkit dari tidurnya sambil cengengesan melihat ekspresi wajah jeremi. Aku saja sudah ketakutan anak itu malah tertawa, benar benar nyalinya besar sekali.“kalem atuh jer, iya ini gue bantuin udah gak usah pasang muka galak begitu. Gue tau lu anak bu citra jadi gak ada bedanya lu sama dia” jawab hesa.
Jeremi hanya mendengus kesal lalu sepersekian detik raut wajahnya mulai berubah. Kini hanya senyum yang nampak di wajah anak itu. Aku tidak tau setan apa yang merasukinya sampai bisa merubah ekspresinya yang semula marah menjadi secerah saat ini.
“bisa gak mulut lu gak usah bawa bawa mami gue sat?” ucapnya pada hesa.
Aku tau jeremi berusaha menutupi identitasnya sebagai anak dosen itu, tapi tanpa hesa katakan pun aku sudah tau bahwa jeremi anak bu citra karena bu citra sering sekali menceritakan kelakuan jeremi yang sangat manja dan suka sekali bertengkar dengan abangnya itu padaku.
“yaelah bang, udah tau kali gosah ditutupin juga aman mah” ucapku.
Jeremi kaget mendengar penuturanku.
“LU TAU DARI SIAPA TAR?”tanyanya.
“bu citra yang cerita, katanya bang jeremi suka banget rebutan brownis sama mas jeff yang anak ekonomi itu” ucapku.
Hesa hanya tertawa sekarang, tidak tau apa yang lucu sebenarnya. Mungkin karena jawabanku atau ekspresi kaget jeremi yang tidak bisa disembunyikan. Di tengah tawa hesa tiba-tiba terdengar bunyi kendaraan yang memasuki halaman rumah. Memang gerbang rumah tidak aku tutup karena setelah ini kami bertiga berencana untuk mencari makanan. Kami bertiga tidak menghiraukan orang yang datang tersebut, mungkin saja pengantar makanan yang diminta mengantar makanan oleh mami jeremi alias bu citra, ya maklum lah anak bungsu.
Derap langkah kaki itu kian jelas terdengar oleh teligaku. Makin mendekat dan bayangan seseorang yang datang pun makin jelas ku lihat.
“assalamualikum” ucap orang itu.
“waalaikumsalam” jawab kami bertiga.
Hesa beranjak dari duduknya untuk melihat siapa yang datang. Ya karena memang sedari tadi kami tidak menutup pintu sama sekali.
“malam banget yan” ucap hesa yang membuatku kaget.
Setelahnya hesa masuk diikuti riyan di belakangnya. Jujur saja aku muak bertemu dengan riyan saat ini. Setelah kejadian tadi pagi dan bagaimana dia dengan seenaknya tidak datang ke kafe membuatku kesal bukan main.
“tar kita perlu ngobrol bentar” ucap riyan.
Aku menoleh ke arah jeremi dan hesa hanya sekedar meminta pendapat mereka dan sangat amat di luar ekspektasiku hesa dan jeremi mengiyakan untuk aku mengobrol dengan riyan. Aku mengajak riyan untuk mengobrol di luar saja mengingat jeremi dan hesa tengah sibuk menggarap proposalnya.
“mau ngobrolin apa lagi yan?” tanyaku.
Jujur saja sebenarnya aku tidak suka jika harus memanggil riyan dengan menyebut namanya, tapi tidak apalah.
“lo ngomong apa sama anak kafe?” tanyanya.
“emang aku ngomong apa? Gada tuh ngomong aneh aneh. Seharian ini aja aku Cuma bertiga sama hesa sama jeremi” jawabku.
“terus kenapa budi bilang kalo gue gak bertanggung jawab?” tanya riyan lagi.
“lah tanyain aja sama budi, kenapa tanya aku. Lagian juga ada benernya sih budi bilang begitu, minimal inget sama tanggung jawab sih. Jangan seenaknya gitu aja pergi tanpa gak ngasih tau alasannya kemana” jawabku.
“kan gue udah bilang kin—“
“yan, gue tau kinan pacar lo tapi TOLONG inget juga sama tanggung jawab lo. Lo gak tau aja gimana riwehnya anak kafe tadi siang. Tiba tiba ada pesanan tanpa reservasi, ilyas yang seharusnya Cuma nganter malah berujung bantuin masak juga sampe sampe hampir ketumpahan air panas, lo gak tau itu kan? Belum lagi pesenan gofood yang udah antri dan posisi kita Cuma bertiga aja” jelasku.
“kan lo bisa minta tolong anak anak kitchen yang lain tar, gue kan lagi ada perlu sama kinan tadi siang” suara riyan agak meninggi kudengar.
Aku hanya bisa tersenyum kecut mendengar jawaban riyan. Egois bukan dia? Ya begitulah riyan. Hanya mementingkan kepentingannya sendiri tanpa memikirkan yang lainnya.
“wah gue gak nyangka lo bakal ngomong kek gitu yan. Perlu lu inget ya yan, anak kitchen yang lain lagi pada kuliah btw dan tadi siang kan emang jadwal kita buat jaga lho”
Riyan terdiam sejenak mendengar jawaban ku. Aku tau keras kepalanya itu tidak akan dengan mudah luluh begitu saja. Dia akan tetap mempertahankan pendapatnya sampai dia menang dan akan terus begitu.
“gue tau lho marah tar, tap—“
“ayo jajan es krim tar, lagi panas nih keknya sekalian beli degan lah pecahin disana kelapanya”
Ya, tiba-tiba saja jeremi keluar dengan wajah datarnya yang yah itu hanya akan terlihat saat ia marah saja. Hesapun juga nampak sekali muka julidnya. Aku hanya terdiam melihat dua orang itu keluar, belum lagi tiba tiba jeremi yang menyuruh hesa untuk mengeluarkan sepeda motornya dari dalam garasi. Riyan pun sama kagetnya dan aku tau jika riyan dan jeremi agak sedikit tidak cocok satu sama lain.
“udah kan bro? Gue mau jajan sama tari. Kalo udah gak ada kepentingan mending balik deh, cuci muka, tidur” ucap jeremi.
Setelahnya jremi menarik tanganku dan menyuruhku untuk naik ke motor yang sudah hesa keluarkan tadi. Dengan posisi jeremi yang menyetir, hesa ditengah dan aku di belakang. Jangan tanya kenapa kami menggunakan satu motor, ini pun sudah benar benar tidak terduga dan tidak tau kenapa aku malah menuruti ajakan jeremi dan mahesa. Motor melaju keluar dari pekarangan rumahku meninggalkan riyan yang tengah mematung sendirian. Baguslah jeremi dan hesa paham maksudku, jadi sekarang aku bisa melarikan diri dari perdebatan dengan riyan.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendarah | Ryujin ft NCT Dream [ON GOING]
Teenfikceini cerita tentang perjalanan emosional seorang gadis yang menghadapi momen bersejarah dalam hidupnya: ulang tahunnya yang ke-18, yang diselimuti oleh kesedihan atas kehilangan ayahnya. Sejak kepergian sang ayah, gadis ini merasa kehilangan dan tero...