3. Sebuah kehangatan

44 23 39
                                    




Hendak akan turun dari sepeda motor Vario milik Haikal, Alora masih sangat terlihat shock dengan kejadian yang menimpanya di pagi hari itu. Untung saja Haikal segera mencegahnya, apa yang terjadi jika Alora tadinya tidak ada Haikal?

Wajah sayu dan tubuh bergemetar Alora menggebu dan bayang-bayang sosok misterius itu terus menghantuinya sejak tadi pagi, ia hanya bisa merasakan ketakutan untuk pertama kalinya.

Terlihat Alora yang duduk di kursi taman kampus dengan ekspresi wajah yang sejak tadi hanya termenung diam seakan-akan ada kejanggalan dari sepasang wajah Alora, Haikal mencoba duduk di sampingnya untuk memberikan satu kotak susu ultramilk rasa strawberry untuk menenangkan hati perempuan berparas cantik itu.

"Ra? Kenapa? Masih shock sama yang tadi?"

Semula Alora yang sedang meminum susu yang ia berikan kemudian menoleh kearahnya, lalu menaruhnya di samping totebag berisikan sebuah laptop dan buku diary.

"Untung kamu dateng cepet Kal, jadi aku nggak jadi di bawa mereka masuk ke mobil."

Hening sejenak, senyuman Haikal berhasil membuat Alora ikut tersenyum.

"Kalau masih takut disini ada gue, lo boleh peluk gue kapanpun yang lo mau."

Haikal merenggangkan kedua tangannya, yang menampakkan kaos hitam serta jaket coklat dengan slereting yang sengaja Haikal biarkan terbuka agar tidak gerah. Pelukan Alora membuat Haikal semakin yakin bahwa ia seperti akan di bawa melayang ke langit ke tujuh, kepala Alora hampir menyentuh hidungnya dan wangi rambut Alora sekarang menjadi wangi favorit Haikal.

Namun di balik pohon besar seorang sosok misterius itu kembali menampakkan dirinya, kali ini postur tubuhnya berbeda dengan sebelumnya yang memakai pakaian serba hitam serta topeng namun sekarang hanya menggunakan celana jeans dan hoodie abu-abu saja.

"Haikal Pradipta, gue nggak akan segan-segan buat habisin lo."

Sosok itu bergumam dan menendang batang pohon dengan kesal, ia habis-habisan terbakar oleh api cemburunya karena perempuan yang begitu ia cintai telah di ambil oleh musuh utama nya, Haikal.

°°°•••°°°

Kaka sejak tadi hanya di dapur dan menonton tutorial memasak mie instan untuk ia makan bersama Mas Marvel karena mereka akan segera pergi bekerja siang ini, mereka sudah biasa seperti ini hidup dengan sederhana namun hidup sederhana ini anak-anak dari Bapak Haryono sudah bisa mengerti dari arti saling melengkapi satu sama lain.

Dulu Bapak pernah bilang kepada Mas Rafka kalau hidup sederhana ini membuat bapak tersadar hidup mewah belum tentu mereka bisa hidup bahagia, belum bisa juga saling melengkapi dan memahami perasaan seseorang, karena hal itu bapak lebih memilih hidup pas-pasan seperti ini dengan mama dan 7 anaknya yang selalu di ajarkan untuk saling memahami satu sama lain agar tidak ada rasa benci di antara keluarga mereka.

"Raf, hari ini berangkatnya di majuin jadi jam setengah 1 siang."

"Iya Mas, ini baru aja nyemplungin satu bungkus mie instan nya."

Hening, hanya suara rebusan air dari mie instan itu membuat Marvel yang semulanya sedang fokus bermain mobile lagends menoleh kearahnya.

"Dari tadi lo masih masukin 1 bungkus mie?!"

Marvel berdiri, melihat kearah panci untuk memastikan apa yang Rafka bilang itu benar atau usilnya ia saja. Namun ternyata benar, satu bungkus mie instan sedang Rafka rebus itu saja bumbu-bumbunya masih belum Rafka masukkan.

Semarang City and Memories With Him [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang