Childhood Friend

797 74 0
                                    

"Kau pernah melihat wanita ini?" Kapten Fabian Meyer menunjukkan foto pelayan yang diambil dengan batu sihir pada pedagang jual beli barang berharga.

Laki-laki renta itu memicingkan matanya, berusaha mengenali sosok di dalam foto. Ia merebut paksa foto tersebut dan mendekatkan wajahnya.

"Ah, pelayan Duke, bukan?" ingatnya, "tentu, aku membeli perhiasan langka darinya beberapa waktu lalu," ujarnya lagi dengan sumringah.

"Kalung dengan permata merah darah?" tanya Fabian sambil menarik kembali foto yang ada di tangan si penjual.

"Benar. Karena aku ragu benda itu merupakan hasil curian atau bukan, jadi aku hanya membelinya setengah harga."

"Di mana kalung itu sekarang?"

"Ada bersama ku. Jika kau ingin memilikinya, berikan aku lima kali lipat harganya," kata penjual tersebut dengan licik.

Fabian memandang penjual itu dengan tajam, dan kemudian mengeluarkan kantong uang dari balik jubahnya. "Aku membelinya," jawabnya sambil meletakkan kantong tersebut di atas meja.

***

"Apa kau mendapatkannya, Kapten?" Thorne menyambut Fabian yang baru saja tiba di kediaman. Ia langsung melihat sebuah kotak yang dipegang oleh Fabian dengan erat.

"Seperti yang kau lihat. Tidak sulit membuka mulut orang yang serakah. Jika kau memiliki uang, ia akan membeberkan informasi sebanyak yang kau mau," Fabian berjalan menuju ruang kerja Duke.

"Tunggu, Kapten! Suasana hati Duke sedang tidak baik," cegah Thorne. Ia tahu kemana Fabian hendak berjalan.

"Apa yang terjadi? Bagaimana aku akan melaporkan ini?"

"Entahlah. Tapi sebaiknya kau kutemani," kata Thorne sambil menggelengkan kepalanya.

Fabian mengangguk, menuruti nasehat Thorne. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor yang mengarah ke ruang kerja Ares.

"Yang Mulia," ketuk Thorne perlahan. "Kapten Meyer di sini membawa kalung pernata merah darah."

Hening. Tidak ada jawaban.

Thorne berinisiatif membuka pintu dengan perlahan, mengintip ke dalamnya dan membuka lebar agar ia bisa masuk. Ia melihat Ares yang tertelungkup di atas meja kerjanya.

"Yang Mulia," sapa Fabian dengan tegas. Cukup untuk menyadarkan Ares kembali ke kenyataan.

"Apa yang terjadi?" tanya Ares dengan suara serak.

"Kami menemukan kalung permata merah darah di pedagang jual beli barang. Mungkin merupakan petunjuk terbaru untuk kasus ini," jelas Fabian.

Ares mengangguk. Ia bangkit dari kursinya dan mengambil kalung dari tangan Fabian, lalumemperhatikan kalung tersebut dengan tajam, seolah mencari sesuatu yang mungkin ia lewatkan.

"Kita harus menemukan siapa pemilik kalung itu. Kemudian bisa menjadi kunci untuk menyelesaikan siapa dalang dibalik kejadian ini," ucap Ares penuh pertimbangan. "Dimana Silencia?" tanya nya pada Thorne.

"Nona Silencia sedang bertemu dengan pemilik butik yang biasa anda panggil. Beliau harus menyesuaikan pakaian karena gaun Nona Silencia terlalu tipis untuk dikenakan di Utara. Beliau juga harus mencocokkan pakaian dengan anda, Yang Mulia."

"Hm? Denganku?"
"Iya, Yang Mulia,"
"Untuk apa?"
"Perjamuan besok malam, Yang Mulia."

Ares benar-benar melupakan perjamuannya.

***

"Anda cantik sekali, Lady. Tapi pinggang anda terlalu ramping, dan lengan anda terlalu kurus. Kami jadi harus menjahit gaunnya kembali." Pemilik Butik Modesty, Anna Jane Kief, berujar pada Silencia sambil melakukan pengepasan gaun.

The Duke's Adopted Daughter (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang