3

46 4 0
                                    

lydia meremas bagian depan coat pria itu saat pria itu mulai memperdalam ciumannya.

rasa-rasanya lydia baru sekali ini nakal, nakalnya sama om-om lagi.

oh tuhan

rasanya susah di gambarkan dan dia tidak mampu menahan senyumannya, victor memutuskan pagutan mereka berdua namun lydia masih belum puas dan ingin mengeksplor lebih lagi namun karena malu dia menahan diri.

"sweet" ujar victor dan lydia menatap victor lalu turun ke bibirnya dan dia meringis lalu dia mengusap bibir victor "you got my lip tint on your lips" ujar lydia.

agak sulit hilang namun akhirnya tetap hilang juga.

"ingetin mulai sekarang cari lip product yang aman untuk ciuman" ujar lydia pelan pada dirinya sendiri sambil mengakhiri kegiatannya menghapus noda lip tint miliknya di bibir victor.

lalu victor merangkum wajah lydia dengan kedua tangannya dan lydia fokus menatap victor, victor pun menatapnya.

lalu tiba-tiba banyak hal buruk mulai memasuki pikirannya.

apakah orang ini semacam bandar?
apakah orang ini semacam bos para wanita tuna susila yang suka menjajakan dirinya di malam hari dan pinggir jalan?
apakah dia akan menculiknya dan menjual organ-organ tubuhnya?

lalu mata-nya mulai berkaca-kaca dan victor bingung dan semakin bingung kala lydia mulai terisak lalu lydia melepaskan tangan victor dari wajahnya dan berjalan menjauh.

sesampainya di apartementnya lydia berbaring di kasur dan menangis hingga tertidur dan terbangun saat langit sudah menggelap.

dia pun mandi dan membuat makan malam lalu di saat dia tengah makan malam ponselnya berdering dan terlihat nama salah satu om-nya yang menelpon.

"kenapa?" tanya lydia sambil mengaduk mie instan-nya

"minta alamat lengkap-nya, om mau kirimin paket" ujar om-nya itu

"susah om, mahal mending transferan-nya aja. langsung ke syberbank" ujar lydia dan terdengar om-nya berdecak.

"berapa?" tanya om-nya dan lydia terkekeh.

"2 juta deh" ujar lydia dan om-nya sudah siap dengan ponsel di tangannya "rupiah atau rubel?" tanya om-nya dan lydia tertawa.

"rupiah aja lha" ujar lydia dan tak lama terdapat notifikasi uang masuk di akun bank-nya.

"hehehe, udah masuk om. makasih ya" ujar lydia dan om-nya merubah panggilan ke panggilan video.

"kapan pulang ke sini? liburan musim apa gitu ke sini?" tanya om-nya dan lydia terkekeh "pulang kalo udah lulus aja deh biar duitnya gak bolak balik" ujar lydia

Lalu terjadi keheningan sesaat diantara mereka.

"Dek, kalau kamu butuh apa-apa cepet hubungin om ya"

Mendengarnya lydia terdiam dan menganggukan kepalanya

"I just want you to be happy even that mean without your family" ujar om-nya dan lydia terdiam.

"Hmm...maaf" ujar lydia pelan dan dia menahan air matanya

"No need to apologize, it's never been your fault. Cepet lulus sana terus kerja dan punya uang yang banyak dan nikmatin masa tua-mu" ujar om-nya dan lydia mengiyakan dan panggilan dimatikan.

Keesokan harinya lydia dapat kerjaan dadakan untuk merias orang untuk.wawancara majalah bisnis dan lydia segera mempersiapkan peralatannya dan pergi ke alamat.yang dikirimkan.

Setibanya dilokasi dia bertemu dengan nastya, salah satu teman rusianya yang bekerja sampingan disebuah majalah bisnis.

Nastya pun membawanya ke tempat yang sudah dipilih untuk lokasi wawancara dan area tersebut adalah ruangan kerja milik narsum.

Nastya pun memperkenalkan lydia lafa kru yang lainnya lalu nastya membawa lydia menemui narsum yang akan dirias oleh lydia.

Lydia terhenyak begitu tahu siapa narsumnya namun tetap menahan ekspresi wajahnya, "ето виктор и eto лидия" nastya memperkenalkan keduanya dan lydia berpura-pura seperti baru pertama kali bertemu dengan victor.

Nastya pun pergi untuk mengatur set, lalu lydia membuka tas perlengkapannya dan dia mengeluarkan sebuah kain panjang dan dia gunakan untuk tubuh victor dari bagian kerah hingga ke bawah.

Lalu lydia menatap tangan victor dan memastikan warna pembuluh darahnya untuk mengetahui undertone-nya dan dia mulai merias wajah victor, sebenarnya tidak ada yang perlu ditutupi.

Kulitnya bagus, bersih, terawat,cakep,wangi, hanya ada beberapa guratan-guratan wajah tua saja tapi itu hal yang normal. He is 54 years old mature man.

"Your face is quite nice, there is nothing to covered." Ujar lydia sambil menyisir rambut bagian samping victor.

"Indonesian, huh" ujar victor dan lydia menganggukan kepalanya.

"Aku bisa berbahasa indonesia tapi tidak fasih" ujar victor dan lydia memasukan sisirnya ke dalam tas perlengkapannya.

"Ngapa gak ngomong dari kemaren-kemaren bambang" ujar lydia pelan seperti mengejek.

Lalu dia menatap victor lagi dan memakaikan pelembab bibir dengan kuas "otodidak atau pernah tinggal disana?" Tanya lydia.

"Bisnis" jawab victor dan lydia menganggukan kepalanya.

"Sudah selesai, nanti setelah wawancara akan aku bantu bersihkan wajahnya. Aku hanya memakai concelar di beberapa titik dan bedak saja juga pelembab bibir" ujar lydia dan victor menganggukan kepalanya.

Lalu lydia memberitahu nastya kalau victor sudah selesai dirias dan nastya pun mengatur mic untuk victor.

Selama sesi wawancara lydia ikut menyaksikannya dibelakang kamera bersama nastya dan victor ini semacam orang kaya yang sangat kaya dan lydia menguping pembicaraan beberapa kru yang mengatakan kalau victor adalah bagian dari anglo-russian.

Tapi bukannya agak aneh menyebutnya bagian dari sistem tersebut, karen di zaman sekarang atau abad ini sistem dari anglo-russian sudah tidak ada lagi.

OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang