Lydia duduk dibalkon apartementnya sambil memakan chicken snack wrap ala dirinya sambil mendengarkan playlist spotify berisi lagu-lagu jadul dan klasik.
Sesekali dia makan borsch namun karena perutnya yang lemah lydia lebih sering makan purè.
Selesai makan dia memutuskan untuk pergi keluar untuk berjalan-jalan dan saat didepan gedung apartemennya dia bertemu dengan anak dari pemilik gedung yang juga tinggal di gedung apartement itu.
Mereka pun bertukar sapa sebentar dan lydia lanjut berjalan menuju halte bus terdekat dan tiba-tiba ivan yang merupakan salah satu teman rusianya menghampirinya dengan motornya.
Fyi, ibu tiri ivan orang indonesia dan ayah ivan memutuskan untuk menetap di bali setelah menikah lagi.
"Naiklah" ujar ivan sambil menyerahkan sebuah helm fullface pada lydia dan lydia memakainya lalu naik ke atas motor ivan dan ivan meraih kedua tangan lydia dan mengarahkannya untuk memeluknya.
Ivan membawa lydia berkeliling moscow dan selama seharian mereka mampir ke beberapa tempat, malam hari baru ivan memulangkan lydia.
"Papa menyuruhku untuk datang ke bali" ujar ivan yang bahasa indonesianya cukup lancar karena ajaran ibu tirinya.
"Kamu sudah siapkan oleh-oleh untuk ibu tirimu?" Tanya lydia dan ivan menggelengkan kepalanya, "aku tidak ingin datang ke sana" ujar ivan dan lydia menganggukan kepalanya.
"Kalau tidak mau datang maka jangan datang, jangan memaksa kehendak hati. Itu hanya akan menyakiti kedua belah pihak" ujar lydia dan ivan menganggukan kepalanya.
"Terima kasih" ujar ivan sebelum akhirnya pergi begitu saja dan lydia kembali ke unit apartementnya.
Keesokan harinya saat lydia mau keluar dari unitnya untuk buang sampah dia menemukan sebuah kotak agak besar dan surat diatasnya.
"Siapa sih?" Ucap lydia pada dirinya sendiri sambil membawa masuk kotak itu setelah membuang sampah, didalam unitnya dia membuka surat itu dan menemukan kata datanglah dan sebuah alamat.
Lalu dia membuka kotak besar itu dan menemukan sebuah gaun yang agak seksi dari rumah mode ternama serta high heels karya produsen sepatu mewah kesukaannya.
"Nih orang obsesi atau stalker" ujar lydia pelan.
Pertemuan aneh itu diadakan malam ini jam 8 dan sekarang sudah jam 6 sore dan lydia yang berbalut handuk menatap semua barang pemberian itu dan memikirkan berkali-kali.
INGAT, rasa ingin tahu lah yang membunuhmu.
Setidaknya itu kata-kata yang tepat untuk berkata kasar dengan baik pada lydia yang nekat pergi, berbalut long coat berwarna khaki dia pergi ke restoran ekslusif itu.
Setibanya disana dia bingung harus menyebut siapa nama pemesan tempatnya dan akhirnya dia menunjukan surat itu dan petugas recepionist langsung mengarahkannya ke area yang disiapkan begitu lydia menunjukan amplop dari surat itu.
Area VVIP dengan pintu kaca double door didepannya serta penjagaan yang ketat membuat lydia semakin curiga, lalu pintu itu dibuka dan terlihat victor duduk dengan cerutu ditangannya.
Lalu seorang pengawal menghampiri lydia dan menggeledah lydia dan saat pengawal pria itu akan memegang kaki lydia victor menegurnya dan menyuruhnya menjauh.
" victor karenin" ujar lydia di sertai helaan nafas berat dan victor tersenyum tipis "lydia margaret junaidi" ujar victor dan lydia duduk di kursi yang berseberangan dengan victor.
"Cukup lydia junaidi saja" ujar lydia sambil meletakan long coat yang dipakainya ke sandaran duduknya, "lydia karenina, perhaps" ujar victor dengan nada jenaka disuaranya.
"Hope my life doesnt being like anna karenina, then." Ujar lydia diakhiri dengan senyuman dibibirnya yang berwarna merah pekat.
Victor pun terkekeh lalu pelayan datang menyajikan makanan juga wine, namun victor tidak makan dan sibuk menghisap cerutunya.
"Kau sudah makan malam atau makan malamku yang akan berakhir tragis?" Tanya lydia pada victor yang sebenarnya adalah pertanyaan klise yang mengarahkan victor untuk memakan makan malamnya juga namun disisi lain kekhawatiran akan hal asing.
"Bagaimana jika kita berkencan, kau tidak memiliki pria yang dipandang dan aku hanya memilikimu untuk dipandang" ujar victor dan lydia menatapnya.
"Aku juga menatapmu" ujar lydia lalu dia menusuk kacang panjang dan wortelnya dengan garpu lalu memakannya, "kalau begitu, segera kemasi barang-barangmu karena aku mau kita tinggal bersama" ujar victor dan lydia menggelengkan kepalanya.
"Нет, tempatku starategis ketimbang wilayah elite milikmu. Lagi pula aku belum mengatakan persetujuanku untuk bersama denganmu" ujar lydia dan victor menyesap wine miliknya.
Mereka berdua, sama-sama paham dan tahu kalau satu sama lain sama-sama telah menyelidiki tentang satu sama lain.
Tapi lydia belum mengetahui tentang victor lebih jauh.
Lydia sudah menghabisi makanannya lalu dia menyesap wine miliknya lalu dia lap dibagian dia minum tadi untuk menghapus noda lipsticknya.
Lydia menatap victor masih menatapnya "kau sungguh tidak makan? Apa sungguh makan malamku akan berakhir tragis" ujar lydia.
"Tidak juga, jika kita bersama dan kau patuh. Makan malam milikmu akan berlanjut dengan baik" ujar victor dan lydia menaikan salah satu alisnya.
"Jadi ini pemaksaan,ya. Kalau aku menolak bersama dan tidak patuh maka aku akan?" Ujar lydia dan victor melirik pengawal yang berdiri agak jauh dari belakangnya dan pengawal itu menunjukan pistol dipinggangnya.
Lydia tersenyum miris, rasanya tidak di indonesia dan tidak di rusia ada saja hal yang menjadi nerakanya.
Lydia pun merasa dingin dibagian tengkuknya yang dikarenakan ujung dari sebuah pistol.
" jadi aku harus benar-benar menerimanya" ujar lydia dan victor mengiyakan.
Lydia pun menghela nafas dan tersenyum tipis.
"Apa ada ancaman lainnya atau aku saja yang diancam?" Ujar lydia dan victor menyesap cerutunya, "sekarang kamu saja, yang lainnya dalam pemantauan. Jika kau tidak patuh maka mereka juga akan tersiksa" ujar victor dan lydia menatap keluar jendela.
"Seharusnya aku tidak datang" ujar lydia dan victor menggelengkan kepalanya.
"Meski kamu tidak datang, rencana lainnya orang suruhanku akan menculikmu dan menyekapmu dikapal yang akan berlabuh ke st.petersburg lalu aku menenggelamkan tubuhmu ke laut untuk beberapa hari lalu mengancammu agar kau mau bersama denganku dan patuh" ujar victor.
"Lalu makanan yang aku makan barusan?" Tanya lydia dan victor terkekeh "aman, aku tidak berpikir perlu untuk meracunimu" ujar victor dan lydia menganggukan kepalanya.
"Lalu pistol ini?" Tanya lydia sambil menunjuk pistol yang mengarah tepat dikepalanya.
"Pistol itu berisi 5 peluru dan dengan posisinya yang tepat dikepalamu seperti itu, maka ku jamin kau tidak akan merasakan sakit saat salah satu peluru itu melesat ke dalam kepalamu" ujar victor dan lydia memejamkan matanya.
"I...ini hanya bersama dalam arti memang kita bersama atau menikah?" Tanya lydia, "kamu sudah semester 6, lebih baik sekalian menikah saja. Untuk cincinnya kita bisa memilih bersama" ujar victor dan lydia menghela nafas.
"Baiklah, memang tidak ada pilihan lainnya kan" ujar lydia dan victor tersenyum dan memberi kode agar pengawal yang mengarahkan pistol ke kepala lydia agar menjauh.
Lalu victor menghampiri lydia lalu dia meraih dagu lydia agar menatapnya "tak perlu menangis, terima saja dan hidupmu ku jamin akan menjadi kehidupan yang paling diinginkan oleh para wanita diluar sana" ujar victor dan dia mencium bibir lydia dengan penuh dambaan.
Disinilah kehidupan lydia junaidi berakhir dan hiduplah lydia karenina.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPERA
Randomdescribing a large scale artistic work. Terdapat kata-kata kasar dan perilaku tidak baik. Jadilah pembaca yang bijak dan ingatlah ini hanya sekedar hiburan dan bacaan ringan saja. update sesuai mood jangan nagih-nagih