KR-04 : Tentang Vallen

422 17 2
                                    

Seorang lelaki dengan tubuh tegap tengah duduk bersilang di sofa ruang tengah dengan laptop diatas pahanya ia sedang mengerjakan tugas skripsi dari kampusnya.

Sedang asik dengan kegiatannya ia di kejutkan dengan kedatangan seorang gadis berpenampilan tomboy yang wajahnya hampir mirip dengannya sendiri yang tak lain adalah adiknya sendiri.

Keduanya beradu pandang dengan tatapan permusuhan sampai akhirnya si gadis mengalihkan pandangannya dan berlalu dari sana. Ia pun menaiki tangga dan pergi ke kamarnya.

Ia memejamkan matanya. Rasa sedih, marah, kecewa bercampur aduk menjadi satu.

"kenapa sih bang, lo benci banget sama gwe" lirihnya bersamaan dengan air mata yang jatuh.

Hiks..  Hiks..

Tumpahlah kesedihannya ia menangis sejadi jadinya. Ia marah pada kakaknya yang selalu membencinya entah karena apa. Ia masih tak melepas seragamnya serta jaket dan tas nya. Ia menutupi wajahnya dengan keduanya tangannya. Tak lama ketukan pintu membuatnya berhenti menangis ia pun mengusap matanya yang basah lalu menaruh tas nya.

Tok tok tok

Tak lama setelah pintu terbuka terdapat salah satu art nya yang membawakannya minuman sembari tersenyum. Ia ikut tersenyum lalu mengambil alih nampannya.

"makasih bi" ucapnya pelan dan hendak menutup pintu namun art nya itu bertanya membuatnya menjawab sekenanya saja.

"neng Vallen nangis? ada apa neng?" tanya art itu dengan sopan.

"gak papa kok bi, bibi tenang aja" ujar Vallen dengan seulas senyum palsunya. Tapi nyatanya hatinya terasa sakit ketika mendapat tatapan kebencian dari kakaknya sendiri.

"oh yaudah, bibi tinggal kedapur dulu ya" pamit art tersebut yang di balas anggukan oleh Vallen. Ia pun menutup pintu dan menaruh nampannya di atas meja.

Lebih baik ia membersihkan diri dan keramas untuk mendinginkan kepalanya.

***

Malam hari yang biasanya di isi oleh canda tawa sebuah keluarga kini tidak di rasakan oleh keluarga pak Fathir.

Yang terlihat di mata publik mungkin keluarga mereka terlihat harmonis namun nyatanya sekarang keluarga itu hening saat makan malam tidak ada yang membuka suara Vallen pun hanya diam dan fokus memakan makanannya.

"hari pertama kamu masuk sekolah gimana Len?" tanya Farha-mamanya Vallen dan Satria memecah keheningan.

"biasa aja ma" jawab Vallen lalu meneguk minumannya.

"gak buat masalah kan?" tanyanya sekali lagi membuat aktivitas makan Vallen terhenti ia melirik mamanya sekilas dengan tatapan datar.

"mama kenapa nanyain itu mulu sih" kesal Vallen lalu melanjutkan makannya namun ucapan Farha membuatnya pergi tanpa jata kata lagi.

"ya apa salahnya lagi, dulu kamu pindah juga perkara buat masalah kan?"

Vallen pun pergi ke kamarnya ia menutup pintu dengan keras. Sedang di ruang makan Fathir hanya bisa menghela nafas melihat Farha dan Vallen yang berstatus sebagai anak tiri.

Farha adalah istri pertama dari Fathir sedangkan Vallen adalah anak dari istri kedua Fathir yang telah meninggal dunia. Wajar saja keduanya tidak begitu akrab dan jarang sekali nerkomunikasi.

***

Vallen menutup pintu dengan keras ia pun terduduk di belakang pintu lalu menelungkupkan wajahnya kedalam lipatan tangannya. Ia menangis tanpa suara.

Umii.. Bawa Aura pergi.. Aura rindu umii.. Umii.. Aura pengen sama umii.. Mereka jahat sama Aura.. Aura pengen di jemput umii.. Umii.. Aura gak tahan sama orang" disini.. Mereka semua jahat.. Umi.. Aura kangen umi..

Vallen mengadu pada ibu kandungnya yang nyatanya sekarang telah meninggal terlalu cepat baginya ia harus kehilangan ibu satu satunya.

Dulu ia sangat tidak ingin berpisah dari ibunya meskipun ketika tidur ia pun tidur bersama ibunya.

Hingga pada saat ibunya tahu jika ibunya adalah seorang selingkuhan ibunya sering mengalami gangguan kesehatannya ayahnya hanya bisa memberikan uang untuk biaya pengobatan karna ayahnya lebih memilih istri pertamanya yaitu Farha, ibu dari Satria.

Satria hanya bisa membenci dan tidak berniat untuk akrab ataupun menolong ibu dan saudara tirinya itu.

Vallen mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya.

"nggak, Aura gak boleh lemah, Aura kuat, Aura bisa ngelewatin ini semua" monolognya sembari mengusap air matanya yang semakin mengalir deras.

Ia berdiri lalu menghembuskan nafas mencoba meredakan emosinya. Ia tidak boleh sampai kelepasan untuk memukul suatu benda. Lebih baik ia tidur untuk menenangkan pikirannya.

***

Pagi hari seperti biasa matahari muncul dengan sinar cerahnya. Tapi tidak dengan seorang gadis yang kini suasana hatinya terasa suram.

Lagkah gadis itu kini tertuju ke bagasi. Ia mengambil motor sport kesayangannya. Sudah lama ia tidak memakai motor ini dan sekarang ia berinisiatif untuk menggunakannya dan dipakai untuk pergi ke sekolah.

Ia memakai jaket hitamnya setelah itu memakai helm full facenya. Setelah dirasa semua sudah terlaksana ia menancapkan gas dan pergi dari situ.

Dalam perjalanannya ia teringat akan ucapan kakaknya dulu yang sama sekali tidak menginginkan kehadirannya. Dimana saat itu ia masih menduduki bangku sekolah dasar tidak mengerti tentang keadaannya.

Gwe sama sekali gak ingin ada lo di rumah ini!

Tanpa sadar air mata itu kini jatuh tanpa aba aba.

Lo knp lemah sih ra! Harusnya lo kuat! Ibu saja dulu kuat menghadapi papa..
Hati kecilnya berbicara namun tiada yang mendengar hanya suara bising kendaraan yang ada.

Tak lama kemudian ia sampai di gerbang sekolah SMA Pradita Dirgantara. Ia segera memasuki area parkiran lalu memarkirkan motornya. Setelah itu ia membuka helm full facenya ia berkaca pada spion motor melihat matanya sedikit basah ia segera mengusap usapnya agar terlihat baik baik saja.

"hai Len.. " sapa Arvand ketika ia tak sengaja berpapasan dengannya
"oh, Hai Vand" Vallen membalas sapaan Arvand dengan ramah
"lo kenapa? " tanya Arvand ketika melihat raut wajah Vallen yang seolah menyembunyikan sesuatu
"nggk apa apa kok"alibi Vallen sebagai jawaban walau hatinya sekarang tidak baik baik saja.

Keduanya pun berjalan bersama menuju kelas. Vallen berusaha menahan  tangisannya. Ia berusaha menahan semua yang ada dalam pikirannya.

***

Di rumah sakit tempat Rakha dirawat kini ia tengah memijat pelipisnya pelan ia sendirian disini. Gheeta tengah sekolah seperti biasa dan kakek nenek nya tengah berada di rumah.

Karna merasa bosan ia pun membuka satu persatu kado dari teman temannya. Ia menghembuskan nafas ketika menyadari salah satu penggemarnya memberikan kata kata yang membuatnya muak akan perbuatannya.

"Nih cewek kenapa obsesi banget pengin  bisa sama sama gwe " gerutunya dalam hati.

Tok tok tok

Tak lama kemudian suara ketukan membuyarkan aktivitasnya. Ia menoleh ke arah pintu dan ternyata itu adalah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang