Angin musim gugur berhembus lembut di antara pepohonan tua di Hutan Valoria, mengusik daun-daun kering yang jatuh dengan gemuruh lembut. Di pinggiran hutan, sebuah rumah kayu kecil terletak di bawah bayangan pohon-pohon yang tinggi, tersembunyi dari matahari sore yang mulai meredup.
Di dalam rumah itu, Seraphina duduk sendirian di depan perapian, memperhatikan bara api yang berputar-putar dengan riang. Matanya terfokus pada cangkir teh hangat di tangannya, namun pikirannya melayang jauh, terjebak dalam kenangan masa lalu yang memudar.
Dia pernah menjadi yang terbesar di dunia sihir-Seorang puan sihir yang dikagumi dan ditakuti oleh banyak orang. Tetapi sekarang, semua itu telah hilang. Kecelakaan mengerikan telah mengambil segalanya darinya: kekuatan, kehormatan, dan bahkan kenangan tentang siapa dia sebenarnya.
Sebagai Seraphina menyesap tehnya, dia merasa hampa. Hidupnya sekarang terasa seperti bayang-bayang dari apa yang pernah dia kenal. Dia tidak lagi memiliki panggilan, tujuan, atau tempat di dunia ini. Hanya kehampaan yang mengisi setiap sudut hatinya.
Tiba-tiba, suara ketukan lembut di pintu membuatnya tersentak dari lamunan. Seraphina memandang ke arah pintu dengan kebingungan. Siapa yang bisa datang ke rumahnya pada waktu seperti ini?
Dengan langkah ragu, dia berjalan ke pintu dan membukanya perlahan. Di ambang pintu berdiri seorang wanita muda dengan sorot mata yang penuh kegembiraan.
"Maaf mengganggu, tetapi saya tersesat di hutan ini," kata wanita muda itu dengan senyum malu-malu. "Apakah Anda bisa memberikan petunjuk?"
Seraphina memandang wanita muda itu dengan penuh rasa ingin tahu. Tidak sering ada orang asing yang berkunjung ke rumahnya di tengah malam seperti ini.
Namun, sebelum dia bisa menjawab, wanita muda itu melemparkan pandangannya ke dalam rumah dan terkejut. "Oh, maaf. Saya tidak bermaksud mengganggu Anda. Saya akan pergi sekarang."
"Tidak apa-apa," Seraphina berkata cepat. "Anda bisa tinggal sebentar. Saya bisa memberikan petunjuk kepada Anda setelah saya menyiapkan diri."
Wanita muda itu mengangguk dengan cepat, tetapi tatapan matanya tetap tertuju pada Seraphina dengan penasaran. "Anda adalah penyihir, bukan?"
Seraphina terkejut. Tidak banyak orang yang bisa melihat melalui kedoknya. "Bagaimana Anda tahu?"
Wanita muda itu tersenyum lebar. "Saya bisa merasakan sihir dalam diri Anda. Saya juga seorang penyihir."
Mendengar kata-kata itu, Seraphina merasa hatinya berdebar kencang. Apakah ini tanda dari takdir? Apakah Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk menemukan jalan kembali ke dunia sihir yang telah lama ditinggalkannya?
"Masuklah," kata Seraphina dengan senyum lebar. "Kita harus berbicara."
---
Wanita muda itu, yang Seraphina sekarang tahu bernama Elara, melangkah masuk ke dalam rumah dengan raut wajah yang penuh rasa syukur. Seraphina menutup pintu rapat dan mengundangnya untuk duduk di kursi di depan perapian.
"Dari mana kamu berasal, Elara?" tanya Seraphina, mencoba mengalihkan perhatian dari dirinya sendiri yang penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.
Elara tersenyum ramah. "Saya berasal dari desa kecil di seberang hutan ini. Saya sedang melakukan perjalanan ke Pusat Sihir untuk melanjutkan studi sihir saya."
"Ah, jadi kamu juga menuju Pusat Sihir?" Seraphina bertanya, matanya berbinar dengan kegembiraan.
Elara mengangguk. "Ya, saya berharap bisa menemukan pengalaman baru dan belajar dari para penyihir terbaik di sana. Tapi sepertinya saya tersesat di hutan ini."
"Kamu beruntung bisa menemukan rumah saya," kata Seraphina dengan senyum lembut. "Saya juga menuju Pusat Sihir. Mungkin kita bisa pergi bersama-sama."
Elara tampak lega. "Terima kasih banyak, Seraphina. Saya sungguh beruntung bisa bertemu denganmu."
Saat mereka berdua melanjutkan percakapan mereka, Seraphina merasa sesuatu yang aneh. Ada kehangatan yang dia rasakan dalam kehadiran Elara, seolah-olah mereka telah saling mengenal selama bertahun-tahun. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
"Elara, apakah kamu pernah merasakan sesuatu yang aneh di sekitar sini?" tanyanya dengan berhati-hati.
Elara mengangguk, wajahnya penuh dengan kekhawatiran. "Ya, sejak saya masuk ke hutan ini, saya merasa ada sesuatu yang tidak beres. Saya tidak bisa menjelaskan apa itu, tetapi rasanya seperti ada kekuatan yang gelap di sekitar kita."
Seraphina merasakan ketegangan yang merayap di dalam dirinya. Apakah ada hubungannya dengan kehilangan kekuatannya? Apakah ini pertanda bahwa kekuatannya mulai kembali?
"Tidak peduli apa yang terjadi, kita harus tetap waspada," kata Seraphina dengan tegas. "Kita harus tetap bersama dan membantu satu sama lain."
Elara setuju, dan mereka berdua berdiri bersama-sama, siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin menanti mereka di luar sana.
---
Bagaimana menurutmu? Bisakah kamu membayangkan kelanjutan ceritanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Puan Sihir Terlahir Kembali
Fiksi Umum--- Judul: Puan Sihir Terlahir Kembali Sinopsis: Di dunia di mana sihir adalah hal yang nyata, seorang puan sihir bernama Seraphina pernah menjadi salah satu penyihir terkuat yang pernah ada. Namun, setelah mengalami kecelakaan misterius, dia kehila...