2. Perjalanan Menuju Pusat Sihir

15 4 0
                                    


Dengan hati-hati, Seraphina dan Elara meninggalkan rumah kecil Seraphina di belakang mereka dan memasuki hutan yang gelap. Suara daun yang kering bergemuruh di bawah langkah mereka saat mereka menyusuri jalan yang berliku-liku di antara pohon-pohon besar.

Saat di jalan mereka berjalan sambil bertukar cerita

"Hey Elara, elemen sihir apa saja yang kau kuasai?" Tanya Seraphina penasaran.

"Aku menguasai sihir elemen api dan angin, kalau kau menguasai elemen sihir apa saja Sera? Tanya Elara kembali.

Seraphina menghela nafas "Seharusnya aku adalah pengendali 4 elemen sihir, dahulu aku adalah puan sihir yang begitu hebat, namun, karena sebuah kecelakaan sekarang aku menjadi seorang penyihir pemula, elemen sihir ku adalah sihir api, dan sihir air. Ah ya, soal ceritaku yang tadi mungkin kau tidak akan percaya."

"Tidak Sera, aku percaya kok sama ceritamu itu, ya aku juga nggak tau kenapa aku percaya, tapi hati ku berkata demikian" ucap elara menyemangati teman barunya, Seraphina.

Saat mereka melangkah lebih jauh ke dalam hutan, kegelapan semakin tebal, dan angin berdesir dengan suara aneh. Seraphina merasakan sensasi aneh yang menyelimuti kulitnya, seolah-olah ada kehadiran tak kasat mata yang mengintai di balik pohon-pohon.

"Ada apa di sini?" tanya Elara dengan khawatir, matanya menerawang ke dalam kegelapan yang menyelimuti mereka.

Seraphina menggenggam tongkat sihirnya dengan erat, mencoba mengendalikan rasa takut yang memenuhi hatinya. "Aku tidak yakin. Tapi kita harus tetap waspada."

Dengan langkah yang hati-hati, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju Pusat Sihir, setiap langkah membawa mereka lebih dekat pada misteri yang menyelimuti hutan ini.

Tiba-tiba, mereka dihentikan oleh suara desisan yang aneh di balik semak-semak di samping mereka. Seraphina dan Elara bertindak cepat, siap untuk menghadapi apapun yang mungkin muncul.

Namun, ketika semak-semak bergoyang dan menampakkan sosok yang keluar, mereka terkejut melihat seekor burung hantu besar yang meluncur ke udara dengan gemerisik sayapnya.

Seraphina menarik nafas lega, sementara Elara tertawa kecil. "Hanya seekor burung hantu. Kamu terlihat begitu tegang, Seraphina."

Seraphina tersenyum malu-malu. "Maaf, aku tidak biasa dengan kegelapan hutan seperti ini."

Elara mengangguk dengan pengertian. "Tidak apa-apa. Aku juga merasa sedikit khawatir kok."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, hati-hati menghindari setiap gangguan di sepanjang jalan. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat pada Pusat Sihir, tetapi juga lebih dekat pada misteri yang menyelimuti mereka.

Saat matahari mulai merosot di langit, mereka akhirnya melihat cahaya redup yang bersinar di kejauhan, menandakan bahwa mereka telah mencapai tujuan mereka. Namun, apa yang menunggu mereka di Pusat Sihir, hanya Tuhan yang tahu.

---

Matahari semakin merosot di langit, memancarkan warna oranye keemasan yang memperindah pemandangan di sekitar mereka. Cahaya redup dari Pusat Sihir terlihat semakin dekat, memberi mereka semangat baru untuk menyelesaikan perjalanan mereka.

Namun, semakin mereka mendekati Pusat Sihir, semakin terasa keanehan yang mengitari mereka. Udara terasa tegang, dan angin berbisik dengan suara yang menakutkan, seolah-olah ada sesuatu yang tidak ingin mereka datang.

Seraphina merasakan getaran di udara, perasaan aneh yang menyelimuti kulitnya. Dia mendongak, mencoba mencari tahu sumber kegelisahan itu, namun tidak ada yang bisa dia lihat kecuali pepohonan yang bergerak dengan angin.

"Elara, apakah kamu merasa itu?" Seraphina bertanya dengan suara bergetar.

Elara menggelengkan kepala, wajahnya penuh dengan kebingungan. "Apa yang kamu maksud, Seraphina? Aku tidak merasakan apa-apa."

Namun, sebelum Seraphina bisa menjawab, mereka tiba di gerbang masuk Pusat Sihir. Gerbang itu terbuka lebar, mengundang mereka untuk masuk ke dalam.

Dengan hati-hati, Seraphina dan Elara melangkah masuk ke dalam Pusat Sihir yang sunyi. Bangunan-bangunan megah yang seharusnya dipenuhi dengan kehidupan sekarang terlihat kosong dan terlantar. Pepohonan liar menjalar di sekitar dinding batu, dan lumut tumbuh subur di tanah yang tidak terawat.

"Ini tidak mungkin," gumam Seraphina dengan nafas tersangkut. "Apa yang telah terjadi di sini?"

Elara menatap ke sekeliling dengan pandangan yang penuh kekhawatiran. "Aku tidak tahu, tetapi sepertinya ada sesuatu yang sangat salah."

Seraphina mengangguk, hatinya berdebar kencang di dalam dadanya. Mereka harus mencari tahu apa yang telah terjadi di Pusat Sihir, dan mereka harus melakukannya segera.

"Dengar apakah kau siap, kita akan menyelidiki Pusat Sihir ini dan mencari tahu apa yang terjadi," kata Seraphina dengan suara yang teguh. "Kita tidak boleh membiarkan kegelapan ini berkuasa."

Elara setuju, dan bersama-sama mereka memulai petualangan baru mereka di Pusat Sihir yang terlantar, tidak menyadari bahaya yang mengintai di balik sudut-sudut gelap.

---

Nantikan cerita selanjutnya ya! Menurut kamu apa sih yang akan terjadi selanjutnya?

Puan Sihir Terlahir Kembali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang