BAB 08

34 5 0
                                    

"Yakan pahh,saran Alan pah,papah harus nyamperin si Arsel dikamarnya." Kata Alan membuat sang mamah mengerutkan kening.

"Alan,diam kamu,kamu udah gede,ga usah bermulut kayak anak SD yang suka ngadu dan manas-manasin orang." Ujar sang Mamah membuat Alan menatapnya dengan wajah datar.

"Mahh,kan Alan nyuruh papah buat hal yang baik bukan karna hal buruk." Jawab Alan.

"Tapi Alan--"

"Mahh,stop belain Arsel." Timbal Papah membuat kedua pihak itu menatapnya,Papah berdiri dari tempat duduknya dan mulai melangkah kan kakinya menuju ke anak buah tangga.

"Alan,lain kali Mamah ga mau dengerin kamu ngadu kayak gitu lagi,inget." Ujar Mamah dengan jari telunjuknya yang mengarah ke wajah anak didepannya itu langsung.

"Belain aja Arsel Mah,kan Arsel anak Mamah." Jawab Alan lagi lalu mengambil tasnya yang berada di atas Sofa lalu pergi meninggalkan Mamahnya untuk kekamar.

Disisi lain Arsel sedang Asyiknya berbicara dengan Bima dari ponsel dengan pakaian sekolah yang masih menempel di bajunya,sepatu yang masih menempel di kakinya dan juga tas yang berada di sampingnya berbaring.

Canda Bima terdengar jelas mengundang gelak tawa dari Arsel.

Tokkk!!

Tookk!!!!

Tookkk!!!

Suara ketukan pintu sebenarnya Arsel sudah mendengarnya namun dia mengira pasti itu dari pembantu rumah tangganya yaitu Bik Rantih jadi dia mengabaikannya sampai...

Brakkk!!

"NGAPA PINTUNYA GA DIBUKA HAH?TULI KAMU?." Seketika kata-kata itu keluar dari mulut Papahnya Arsel.

Cowok yang tadinya berbaring kini menjadi berdiri tegap dan ponselnya yang ia taruh sabarangan di atas sofa masih dengan kondisi bertelponan dengan Bima.

"Kenapa Pahh?." Tanya Arsel masih dengan suara yang tenang.

"Kamu papah tau alasan kamu ga Fokus latihan basket dan belajar,karna pacaran kan??terus tadi pagi kamu berantem karna cewek kan?pikiran kamu itu udah kotor Sel,kenapa udah capek sekolah?udah nikah aja sana." Ujar Papah dengan nada suara yang bukan main-main.

Arsel diam namun tidak mengalihkan pandangannya dari kedua pupil mata Ayahnya,dan semua yang dikatakan oleh Ayahnya didengar juga oleh Bima.

"Pahh...se-"

Plakk!!.

Plakk!!

Dua kali tamparan mengenai pipi Arsel seketika cowok itu mundur dengan kedua tangan yang memegang pipinya,Bima yang mendengar suara tamparan itu langsung merespont.

"Om,om ga berhak nampar Arsel kayak gitu om kalau ga tau kenyataannya,Arsel udah putus sama pacarnya dan lagian juga tadi pagi itu Arsel cuman nolongin cewek yang lagi ribut sama kakel....kalau ga tau yang sebenarnya jangan nampar Arsel begitu aja Om!!!!." timbal Bima dari ponsel Arsel membuat Papah Arsel mengerutkan kening lalu menatap ponsel di atas kasur.

Drankk!!

Laki-laki paruh baya itu mengambil ponsel itu dan melemparnya kebawah hingga hancur,mata Arsel terpaku kepada ponselnya yang mulai hancur.

"Semua layar beginian ga pantas buat kamu!!.." kata Papah Arsel lalu menatap layar komputer Arsel yang berada takjauh dari tempatnya berdiri.

Lagi-lagi ini terjadi.

Drankk!!

Kursi yang biasa Arsel pakai saat ia stream dan bermain game itu melayang dan mengenai layar komputernya hingga menjadi sangat-sangat berantakan.Arsel diam masih ditempatnya dengan pemikiran kosong bahkan cowok itu tidak bisa berbicara lagi,seakan bibirnya sudah di jait menelan ludah saja sakit.

Papah nya keluar setelah mempelampiaskan semua emosinya kepada dia.Arsel berjalan menuju pintu dan membanting pintu itu hingga tertutup rapat lalu menguncinya

Kamar yang sudah seperti kapal pecah,layar komputer yang selalu menemaninya selama kehidupannya yang berantakan ini,dan juga ponselnya yang sebagian besar dari isiponselnya itu untuk curhat dan juga bertelponan dengan kedua sahabatnya.

"Jahat banget..."Gumam Arsel lalu memunguti serpihan kaca komputernya yang pecah,sangking berharganya kedua alat elektronik itu dia tidak menghiraukan tamparan dari ayahnya sebelumnya yang membuat kedua pipinya menjadi merah gelap dalam hari ini dia sudah mendapatkan tiga tamparan.

Sambil memungut air mata Arsel perlahan terjatuh membasahi tangannya yang memegangi serpihan kaca dari komputer.

"Tenang ya...nanti gua bakal ganti lu...makasih udah nemenin kehidupan gua."

Taklama kemudian cowok itu menatap jendel yang mulai gelap,menandakan bahwa hari mulai malam dan juga satu jam lagi turnamen basketnya akan dimulai,Arsel menghapus air matanya lalu berjalan perlahan kearah jendela sempat sesekali dia menatap pintu belakang memastikan tidak ada seseorang pun disana.

Krekk!!

Jendela terbuka dan saat Arsel menatap kebawah dia menelan salipanya susah."mati ga nih kalau gua lompat?..." tanyanya kepada dirinya sendiri.

Wajar saja kamarnya berada di lantai atas dan jarak dari jendela kebawah tanah cukup tinggi jika orang yang tergesa-gesa melompat dari sana bisa saja kakinya keseleo.

"Arsel sayang...buka pintunya nak...kamu gapapakan??.." suara itu muncul dari balik kamar Arsel dengan ketukan pintu beberapa kali.

"Arsel buka pintunya,ini mamah.." lanjutnya.

Arsel kembali mengerutkan keningnya dan tanpa pikir panjang cowok itu melompat dari atas jendela tanpa memikirkan keselamatan nya sendiri.cowok itu berjalan perlahan keluar rumah untung saja pada saat itu satpam rumahnya sedang libur jadi baginya itu mudah.

***

ARSELINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang