Bersama riak ombak berbaur rintik hujan.
Samar, namun pasti, mendekat dari pandangan.
Kala itu bagaikan sebuah petir menyambar ke diri Elora, saat sang ayah membawa pulang seorang gadis yang tampak mirip dengannya."Ayah, akhirnya anda pulang. Siapa yang ada dibalikmu ayah?".
Celetuk Elora sembari menatap si gadis asing dengan ekspresi yang tidak suka.
Perlahan sang Ayah melangkahkan kakinya menuju Elora sembari menuntun gadis itu dengan lembut.
"Elora Dauphine, ini adalah adikmu Fleur Maeryn, kalian hanya berbeda satu tahun. Jika waktunya tiba, ayah akan menjelaskan semuanya padamu, Ayah harap mulai sekarang kalian tinggal bersama dengan rukun."
Ujar sang ayah, sebelum perlahan melangkah meninggalkan Elora dan Maeryn diruangan keluarga.
"Kakak, saya senang bertemu denganmu. Saya mohon bantuannya selama tinggal disini."
Tutur lembut diucapkan Maeryn sebagai tanda hormat pada Kakak yang baru ditemuinya setelah usianya enam belas tahun.
Namun, secara terang-terangan Elora menampakkan ketidaksukaannya itu pada Maeryn, baginya gadis itu hanyalah orang asing yang masuk kerumahnya untuk merebut kebahagiannya, yaitu Ayah, satu-satunya orang yang disayanginya setelah ia kehilangan sang ibunda ketika berumur tujuh tahun.
"Kau gila? Aku tidak akan sudi menggangapmu sebagai adikku, aku adalah putri semata wayang di keluarga Marquess!"
Bentakan Elora membuat Maeryn tersentak, dengan spontan ia menundukkan wajahnya kelantai.
Tanpa memperdulikan Maeryn, Elora melengos pergi meninggalkan adik tiri yang masih pada posisinya.
***
"Mengapa ini terjadi padaku?, aku benci Ayah!".
Pekik Elora, sembari menarik selimut hingga seluruh tubuhnya terbenam. Ia tak menyangka, ayahnya memiliki wanita selain ibunya, hingga lahir seorang anak haram yang tanpa tahu malu menyebut dirinya adik.
Hujan semakin deras, sederas air mata yang mengalir dipipi Elora. Ia menarik-narik surai indahnya yang panjang bewarna hitam kecoklatan, sebagai pertanda kekecewaan pada orang yang satu-satunya menjadi penopang hidupnya.
Netra hijau Elora tampak bengkak, kulit putih membuat wajahnya kian memerah.
Malam itu ia terus menangis sesegukkan, namun tak satupun pelayan tahu akan kesedihan yang dirasakannya, karena mereka sibuk mengurusi Nona baru dikastil itu.
Fleur Maeryn, Gadis yang wajahnya mirip dengan Elora, memiliki kulit putih, bola mata hijau, sebagai ciri khas keluarga marquess, untungnya warna rambutlah yang menjadi pembeda diantara mereka. Maeryn memiliki rambut bewarna coklat muda.____________________________________
Hallo, ini cerita baruku,
Jangan lupa memberi vote dan komentar kalian ya 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love and Revenge Become One [END]
Historical FictionElora Dauphine nekat mendekati Pria yang tak dicintainya demi membalaskan dendam kepada sang adik tiri, Fleur Maeryn. Namun Zedekiah Kael, seorang putra mahkota tertarik dengan perangkap Elora. sayangnya Elora mencintai pria lain, Grand Duke yang ta...