01 | Pertemuan

894 24 1
                                    

   Bukan gaul tapi taat, melainkan suka tebar pesona!

Sejak lima menit yang lalu, Gus Zizan menatap salah satu komentar yang menyita perhatiannya tersebut. Dari sekian banyak komentar pujian, komentar tersebut menjadi satu-satunya komentar yang mengganjal.

Gus Zizan dalam postingannya sosmednya tidak merasa bahwa dirinya tebar pesona. Foto yang ia posting adalah foto biasa, di mana dirinya duduk di kursi rotan sambil merokok. Apanya yang tebar pesona.

"Gus Zizan sepertinya sudah punya kekasih, sedari tadi tak berkedip menatap layar ponselnya," celetuk sepupu laki-laki Gus Zizan, Gus Dani.

Gus Zizan tertawa pelan. "Bukan kekasih, hanya perempuan yang mungkin sedang PMS dan meluapkan kekesalannya di kolom postingan ku," kata Gus Zizan seraya menunjukkan layar ponselnya ke arah Gus Dani.

"Loh, ini Ning Vika. Ya, jangan heran kalau begitu. Beliau memang suka seperti itu, apalagi melihat komentar para perempuan yang tidak menunjukkan rasa malunya itu, pasti Ning Vika muak melihatnya," kata Gus Dani saat mengenali akun sosmed Ning Vika.

"Kamu kenal?"

"Bukan kenal lagi, kita masih kerabat. Ning Vika memang seperti itu, beliau jarang ikut kumpul keluarga, tahu sendiri keluarga kita lebih banyak laki-laki nya. Dengan ku yang sepupunya saja seperti orang asing, menyapa seperlunya." Gus Dani menjelaskan sosok Ning Vika dalam pandangannya.

"Apakah sekarang dia juga tidak hadir?"

"Kurang tahu. Memangnya kenapa, kamu mau protes langsung kepadanya? Silahkan saja, beliau tidak suka berdebat. Paling ringan kamu diabaikan, paling buruk kamu ditinggal pergi begitu saja."

Gus Zizan terpekur, dirinya tiba-tiba merasa tertarik kepada sosok Ning Vika yang Gus Dani sebutkan. Ketika Gus Zizan menekan u-name sosmed Ning Vika, akun Ning Vika digembok. Gus Zizan pun membiarkannya.

"Ning Vika ini dari pondok mana, putri Kiai siapa?" Tanya Gus Zizan penasaran.

"Pondok BAITUT TATHIR, putra Kiai Fatih. Percuma kamu mencarinya, tidak akan ditemukan di mana pun. Para perempuan di pondok BAITUT TATHIR tidak akan di post di mana pun," ungkap Gus Dani.

"Kamu, tidak punya fotonya? Barangkali dia pernah berfoto dengan Ning Lubna," kata Gus Zizan. Ning Lubna adalah adik dari Gus Dani.

"Tanya Lubna langsung. Hanya saja, setahuku Ning Vika tidak suka ikut berfoto, karena sudah pasti akan diupload ke sosial media. Kalaupun ikut, pasti diberi stiker yang menutupi wajahnya."

"Pantas saja dia tantrum melihat komentar para perempuan itu," gumam Gus Zizan.

"Tapi, setelah dipikir-pikir aku setuju dengan komentar Ning Vika."

Dug ...

Gus Zizan meninju pelan lengan Gus Dani. "Aku sama sekali tidak ada niatan tebar pesona," dengus Gus Zizan.

"Memang, tapi gaya berfotomu itu membuat orang berpikir seperti itu. Apalagi sok-sokan buka kancing atas, pamer dada."

"CK." Gus Zizan berdecak kemudian mengarsipkan postingannya tersebut. Gus Dani tertawa puas melihat raut wajah bete Gus Zizan.

"Ssstt ... Gus, itu Ning Vika. Ternyata beliau ikut hadir kali ini." Gus Dani mencolek pundak Gus Zizan yang sibuk mencari tahu tentang Ning Vika, tapi tak menemukan apapun itu.

Gus Zizan mematikan layar ponselnya dan mengantonginya. Kemudian, Gus Zizan mengikuti arah telunjuk Gus Dani yang mengarah pada sosok tiga perempuan cantik dalam radius lima meter.

"Owh, sudah menikah dan sedang hamil," gumam Gus Zizan, sedikit kecewa? Entah lah.

"Astaghfirullah, bukan yang paling pinggir, Gus. Kalau itu Ning Alana, istri Gus Kafa, kakak Ning Vika. Ning Vika sendiri yang tengah. Sebelahnya lagi itu Ning Sisil, istri Gus Kafi."

Istri Rahasia Gus Zizan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang