LVM - 40 End

277 22 0
                                    

Happy Reading ✨️

***

“Sudah sejak tadi pembukaan delapan dan belum bertambah sampai sekarang. Sepertinya baby menunggu kehadiran ayahnya, apakah belum ada tanda-tanda Pak Adam akan sampai?” Dokter Cindy menatap satu per satu keluarga pasiennya.

“Anak saya sudah mendarat di Jakarta, dok. Mungkin perjalanan dari bandara ke sini membutuhkan waktu sedikit lama,” jelas Redyna.

Dokter Cindy tampak bingung. “Apakah bisa ditelepon kembali untuk memastikan?”

“Adam ....” Fahmi mendesiskan nama sang menantu. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh.

“Tenang, Pak. Mama yakin sebentar lagi Adam nyampe,” ucap Indah menenangkan suaminya.

“Di mana Cira?” tanya Adam yang baru sampai. Napasnya terdengar tidak beraturan dengan penampilan yang awut-awutan.

“Mari ikut saya, Pak Adam.” Dokter obgyn itu menggiring Adam memasuki ruang bersalin untuk menemui istri pria tersebut.

Seketika lutut Adam terasa lemas saat melihat pemandangan di depan sana. Istrinya yang sedang ditemani seorang perawat tengah berusaha menahan rasa nyeri akibat kontraksi yang belum berkesudahan. Cira belum menyadari keberadaannya sebab mata wanita itu memejam dengan mulut terbuka guna mengatur pernapasan.

“Cira ....” Nada bicara Adam bergetar. Melangkahkan kakinya mendekati posisi Cira berada.

Mata wanita itu terbuka dan memanggil Adam sangat lirih. Adam menerima uluran tangan lemah itu. Tidak kuasa menahan sedih melihat kondisi sang istri yang berjuang melahirkan buat hati mereka, Adam secara tidak sadar menjatuhkan air matanya. Inilah sebabnya Adam ragu membuat Cira kembali hamil karena ia tidak akan kuat melihat kondisi istrinya yang sangat lemah menahan sakit.

“Cira, kamu harus kuat,” bisik Adam menempelkan dahi mereka. “Apa pun yang terjadi, kamu harus bisa bertahan ngelewatin semua ini. Mas janji bakal selalu ada di samping kamu buat nemenin dan ikut ngerasain sakitnya, Sayang.”

“Aku pasti baik-baik aja, Mas.” Cira memberi senyum menenangkan untuk suaminya. Tapi setelah itu kembali meringis kala rasa mulas itu semakin menjadi.

“Sudah pembukaan sepuluh, Bu Cira siap untuk melahirkan,” beritahu dokter Cindy, justru membuat Adam membatu dengan keringat dinginnya.

Pengalaman pertamanya mendampingi seseorang melahirkan secara langsung, terlebih ini adalah istrinya. Adam tidak tahu harus berbuat apa saat dokter memberi aba-aba kepada Cira untuk mengejan.

Melihat keterdiaman Adam bak orang bodoh di tengah konsentrasinya dalam melahirkan sang putra, Cira memekik kesal, “Mas ngapain diem aja?!”

Pria itu tampak gelagapan. “T-terus Mas harus apa?”

“Sini deketan.” Adam menuruti permintaan Cira dan setelahnya langsung berteriak ketika sang istri menjambak rambutnya sangat kencang.

Sial, Adam rasa rambutnya akan sekali rontok setelah Cira melepaskan jambakannya. “Sakit, Cira.”

“Aku lebih sakit, Mas!” Balas Cira di tengah kegiatan mengejannya.

Selepas itu Adam diam. Menerima semua perilaku Cira sebagai bentuk pelampiasan rasa sakit yang dirasakannya. Adam tidak apa-apa, Adam ikhlas kalau memang menjambak dan mencakar lengannya mampu mengurangi rasa sakit Cira dalam melahirkan keturunannya ke dunia. Sebab ini bukanlah apa-apa dibanding perjuangan wanita itu.

“Ayo, jambak dan cakar Mas lebih keras lagi. Mas nggak apa-apa, Ci.” Malah pria itu meminta lebih.

Adam meringis, menahan sakit dan perih karena perbuatan Cira yang mewujudkan keinginannya. Hingga ketersiksaan Adam itu usai dan diganti oleh tangisan bayi yang memenuhi ruangan bersalin. Cira tersenyum ketika berhasil melahirkan putranya dengan sempurna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Very Much [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang