Chapter 12

27 6 0
                                    







Happy Reading...

***

Solar yang sedang dikamar, mendengar keributan dari arah dapur. "Kak, didapur kenapa ya?" Thorn lantas bertanya, ia juga mendengar suara dari arah dapur. Sang kakak yang beda beberapa menit dari nya pun hanya mengangkat bahu, tak tahu. Dirinya kemudian berinisiatif keluar kamar dan pergi ke dapur sembari melihat apa yang terjadi. Sang adik kemudian membuntuti nya dari belakang.

Sementara di dapur

Tangan Gempa yang tadi berdarah sudah selesai diobati oleh Taufan, pecahan beling juga sudah disapu oleh Hali. Solar datang dengan keadaan celingak-celinguk, "kak, tadi ada apa?" tanya nya.

"Oh, gapapa kok. Tadi luka dikit aja," pungkas Gempa yang berusaha tersenyum. Solar tampak meragukan omongan Gempa barusan, bukan tak percaya, tapi feeling nya merasa ada yang tak beres.

"Kak, ini udah hari ke berapa sih?" tanya Ice kepada Gempa.

"Gak tau, kenapa emangnya?"

Ice menggeleng, "gapapa, tanya aja". Setelah itu, mereka melakukan kegiatan seperti biasanya, makan malam. Tak ada yang memulai obrolan, entah mengapa hari ini terasa canggung padahal biasanya juga biasa saja. Semua fokus di makanan mereka, sendok yang menghantam permukaan piring mulai mengeluarkan suara khas nya.

Ctangg...

Ctangg...

"Thornn..." Teguran Gempa lantas membuat Thorn menoleh kearah sang kakak.

"Maaf kak," ucap Thorn, dirinya ditegur Gempa lantaran makan dengan mengeluarkan suara bising dari peraduan sendok dan piring yang jelas itu tidak sopan. Suasana hening kembali, Solar dengan piring yang sudah kosong pun mulai mengaduk-aduk sendoknya sambil melamun.

Jujur saja, dirinya takut kerasukan lagi karena melamun, tapi entah mengapa hal itu sering sekali terjadi. "Lar, kamu daritadi ngapain sih ngelamun?" tanya Ice. Lamunan lelaki berkacamata itu lantas buyar setelah ucapan sang kakak. "O-oh, nggak kok. Aku cumannn, lagi mikirin sesuatu aja," jawab Solar.

"Kalo gak penting gak usah dipikirin, nanti stress." Si sulung mulai tertarik obrolan singkat ini, ia berlagak seperti seorang kakak pada umumnya yang suka menasihati sang adik, padahal dia sendiri juga punya banyak pikiran yang lebih berat dari sang adik.

Entah tiba-tiba saja, pot bunga yang ada diruang tamu jatuh tanpa sebab. "Busett... Ini ada hujan badai angin ribut hali-" ujar Blaze yang langsung diberi tatapan sinis oleh 2 orang abang nya, Hali dan Taufan.

"Eh anuu mas, hehe reflek." Hali masih saja memberi tatapan tajam seperti silet kepada si adik yang mungkin ia anggap bukan adik. Belum sampai disitu, setelah pot bunga yang pecah giliran saat ini foto bingkai keluarga yang retak kacanya. Blaze yang penasaran pun mulai melihat ke ruang tamu disusul oleh Taufan.

"Waduhh, ngeri juga nih hujan. Eh, kok retak nya dibagian gue sih?". Blaze melihat kearah bingkai yang sudah jatuh dilantai, kaca dibagian fotonya entah mengapa retak.

"Hayooo, kok bisa sih cuman bagian lo doang yang retak?". Kali ini Taufan ikut melihat kearah bingkai sambil mengangkat foto tersebut agar terlihat jelas.

'Dia' Yang Menggangguku (OG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang