Chapter 5

36 6 2
                                    

·

·

·

·

·

·

Happy Reading ❤❤

Deg!

Gempa (?) pun langsung tersenyum puas saat melihat Solar ketakutan sembari menampakkan gigi-giginya dengan tajam. Tanpa waktu yang lama, ia langsung menusuk Solar menggunakan pisau yang sejak tadi sudah ia pegang.

Dannn......

"Huh... Huhhhh....." Solar bangun dari pingsan dan mimpi buruknya dengan nafas yang terengah-engah. Sontak semua yang menunggu pun langsung khawatir dengan keadaan Solar yang baru saja sadar itu.

"Larr... Kamu gapapa kan?" tanya Gempa yang khawatir dengan keadaan Solar.

"Huaaaa...... Sunshine.... Kamu gapapa kan? Gak ada yang sakit kan? Huaaa aku tadi takut T~T" rengek Thorn sambil menangis dengan kencang. Solar yang bingung hanya bisa mengangguk pelan seraya memeluk Thorn (not ship).

"A-aku gapapa kok, tapi, kenapa aku bisa disini?" bingung Solar. "Tadi kamu pingsan dikamar mandi, terus kita bawa kesini, iya kan Gemm??" kata Taufan yang lalu diangguki Gempa. Kamar rawat menjadi hening, menyisakan para pemuda yang sekarang larut di dalam pikiran mereka masing-masing. Angin berhembus dari AC diruangan itu, sehingga membuat udara sejuk dan dingin.

Tak lama, terdengar suara langkah kaki dari arah luar, semakin lama semakin dekat arahnya.

Tap...

Tap...

Langkah itu terhenti di depan kamar rawat Solar. Hening. Semua terfokuskan kearah pintu yang tertutup. Kemudian....

Ceklek...

Gotcha!!.. pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok yang membukanya. Ternyata itu adalah dokter bersama 1 orang perawat yang mendampinginya. "Permisi... Apakah benar kamar ini atas nama ananda Solar?" tanya dokter itu yang berhasil memecah keheningan.

"Benar dok" jawab Gempa dengan singkat.

"Apakah anda salah satu keluarga pasien? Ijinkan saya ingin meng-check keadaan pasien sebentar." Ucap dokter yang lalu diangguki Gempa. Dokter dan perawat itu pun lalu meng-check keadaan Solar, mulai menanyai keadaannya, apa yang dirasakan, dan lain sebagainya.

"Baiklah, saya ijin pamit. Terima kasih" dokter itu berkata lalu kemudian pergi disusul sang perawat. Pintu kembali tertutup, keheningan kembali melanda diantara mereka. Sampai ada salah satu dari mereka menceletuk, yaitu Blaze.

"Ah elah, diem-diem bae. Jangan kebanyakan melamun, nanti kemasukan setan" ucapnya tanpa berpikir yang langsung ditampar oleh Ice. "Heii, kalau ngomong dijaga. Gak tau apa kita ini lagi di rumah sakit?!"ketus Ice sambil melipat tangannya di depan dada. Memang, rumah sakit itu tempat dimana 'mereka' itu berada, karena banyak juga beberapa pasien yang meninggal disitu. Perkataan mereka berdua tak ada yang salah, tak boleh melamun agar tidak kemasukan, tapi kita juga harus menjaga perkataan, adab dan sopan santun dimanapun itu.

"Yaudah gini aja, malem ini, aku, kak Hali, sama Thorn jaga Solar. Nah yang lain jaga rumah ya" saran Gempa yang diangguki seluruhnya kecuali Ice. Dia melotot, protes tak terima.

"Kenapa aku harus jagain 2 makhluk kek mereka sih kak?? Ketenangan tidurku bisa keganggu.."

"Lagipula bisa-bisa aku ikut-ikutan sinting gara-gara 2 orang itu, 1 lah yang waras, plisss" sambungnya sembari memohon agar tidak disatukan oleh 2 makhluk itu. Hali kini turun tangan, ia membantah perkataan Ice tadi. "Udahlah gapapa, semalem doang ini kok. Kan mana mungkin kita bertujuh disini semua? Kamu kira ini hotel?" ucapnya yang langsung membuat nyali Ice yang berani tadi menjadi ciut, ia tak bisa berkata apa-apa selain pasrah.

'Dia' Yang Menggangguku (OG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang