1. Hari Libur Jeonghan

125 14 0
                                    

Teh dan pria cantik. Sebuah perpadanan yang menarik bukan? Atau mungkin itu hal yang biasa mengingat teh sudah lekat dengan persepsi elegan. Bayangkan, pria cantik bergelung selimut yang sedang duduk di dekat jendela sembari memegang secangkir teh panas. Hembusan nafas terlihat beradu dengan kepulan uap panas menghasilkan sebuah halimun tipis yang membelai wajah pria itu. Binar sang rawi di sore hari menembus celah jendela dan bersinar menyusupi tubuhnya, menciptakan sebuah siluet kirana. Perlahan ia mulai mendekatkan bibirnya, menyesap perlahan teh panas dengan anggunnya.

“Akkkk, pahit pahit pahit. Nggapaham kenapa Eisa bisa tahan rasa pahit teh. AKU BUTUH GULA!!!”

Ah. Buyar sudah visualisasi eleganku. Salah sendiri kenapa tiba-tiba aku ingin minum teh padahal seumur hidup aku benar-benar membenci itu. Maksudku, visual dan aroma yang cantik seharusnya juga memiliki rasa yang ciamik bukan? Mungkin ada yang salah denganku karena tidak memahami seni minum teh hahaha.

Lalu mengapa aku minum teh? Aku sedang rindu seseorang. Kupikir dengan melakukan hobi orang itu, aku bisa mengobati rinduku sedikit. Penggiat teh, Eisa atau yang biasa dikenal dengan nama panggung The8 dan Minghao sebagai nama aslinya kira-kira sedang apa ya? Tidak, bukan hanya dia. Aku juga rindu sekaligus tidak tau kabar member lainnya.

Lima hari yang lalu, agensi mengumumkan bahwa seluruh aktivitas grup akan hiatus untuk istirahat setelah comeback dan konser panjang selama satu bulan.

Hyung, libur nanti ayo taruhan. Jangan saling mengabari selama satu bulan”

Tanpa angin tanpa hujan, kata-kata Dino muncul di pikiranku. Teringat diskusi kami saat itu.

Yaaa! Apa maksudmu?” Tanya Seungcheol.

Ayolah hyung, sejak trainee hingga sekarang kita selalu bersama-sama. Apakah kalian tidak ingin sesuatu yang baru? Maksudku, bayangkan setelah sekian lama tak bertemu atau berkabar kemudian kita kembali lagi bagaimana perasaanmu saat itu? Tidakkah kalian penasaran?” jawab Dino

Yah, kira-kira begitulah diskusi kami saat itu hingga akhirnya tercapai kesepakatan bahwa kami tidak akan saling berkabar dan bertemu selama sebulan. Bahkan untuk melancarkan taruhan itu, member yang serumah dilarang tinggal bersama. Jika kami melanggar, hukumannya akan ditentukan melalui roulette yang isinya kebanyakan sangat konyol menurutku. Bayangkan jika ada yang melanggar, hukumannya adalah menjadi manager pribadi member terpilih selama seminggu. Bahkan ada hukuman yang menuliskan bahwa masing-masing member akan mengunggah foto aib pelanggar minimal 5 foto per member yang belum pernah diunggah sejak debut hingga sekarang di akun resmi seventeen selama seminggu berturut-turut. Dan masih ada 11 hukuman konyol lainnya. Entah apa yang kami semua pikirkan ketika menuruti permintaan maknae satu itu. Satu hal yang pasti, hingga hari kelima ini kami benar-benar melakukan taruhan itu.

“Ah dingin sekali hari ini. Astaga, sudah gelap. Aku lupa menyalakan lampu”

Terlalu lama tepekur, membuatku tidak menyadari bahwa luna sudah menyindirku dengan wajah angkuhnya. Jika bulan bisa berbicara, kupikir dia akan mengejekku ketika tau aku berdiam diri dalam gelap padahal aku takut gelap. Bicara apa aku hahaha, kupikir cukup lama sendirian menyebabkan ada sesuatu yang salah dengan kepalaku. Sudahlah, lebih baik aku tidur. Semoga esok aku masih betah untuk tidak mematahkan taruhan meski saat ini aku benar-benar merindukan mereka.

• • •

Hari yang cerah, tiram silver bercahaya tersenyum menyapaku sambil bersembunyi di balik awan. Semilir angin mengajak rambutku bermain dengan riangnya. Tidak terlalu dingin, tidak pula terlalu panas. Keputusan yang tepat untukku berjalan-jalan keluar di sekitar taman rumah.

Perlahan kakiku melangkah mengikuti motif paving dan berusaha untuk tidak menginjak garisnya. Cukup mengasikkan walau melelahkan, kalian paham bukan? Mengingat kenangan masa kecil untuk tidak menginjak garis lantai. Bedanya dulu aku sambil melompat-lompat, sekarang aku hanya berjalan pelan. Kurasa sendiku sudah tidak sekuat saat aku masih belia dulu. Jika kamu bertanya bagaimana aku bisa menari, jawabannya adalah karena sendiku yang tidak sekuat dululah yang membuatku harus menghemat masa pakainya dan caranya adalah tidak menghabiskannya untuk melompat-lompat tanpa tujuan hahahaha.

Tak terasa 35 menit aku berjalan tanpa arah hingga kakiku mulai terasa lelah. Tampak sepuluh meter di depanku, sebuah bangku taman melambaikan sandarannya. Menggodaku untuk segera menghampirinya. Tapi kenapa rasanya jauh sekali. Kenapa aku tidak segera sampai?

“kring kring, permisi”

Astaga, suara tadi mengejutkanku. Kenapa orang sibuk sekali memecahkan lamunan seseorang? Ah tunggu, rupanya aku sedang membiarkan pikiranku berkelana. Mana mungkin bangku bisa melambai-lambai? Lagipula, aku belum sampai ke bangku itu ternyata karena aku tidak sadar sudah termangu sejak kakiku terasa lelah. Segera aku menuju ke bangku itu dan duduk di atasnya.

“kring kring, permisi”

Tatapan bingung aku arahkan ke pesepeda itu. Maksudku, aku sedang duduk di bangku dan jalan di depan masih lebar. Baiklah, aku mengerti. Sungguh pria yang sopan.

“silakan”

Pria itupun pergi sambil menuntun sepedanya. Sungguh aneh, pikirku. Bukannya tadi ia mengendarai sepeda itu? Pandanganku berkeliling, fokus mengamati kegiatan-kegiatan di sekelilingku. Anjing berlari mengejar tongkat, anak kecil mengejar di belakangnya, burung-burung bermain di angkasa, dan ….

“kring kring, permisi”

Lamunanku buyar. Entah kenapa aku berulang kali mendengar bel sepeda dan permisi. Tunggu! Bukankah semua suaranya sama? Menoleh, mataku membulat. Tatapan horror kuberikan. Kenapa aku tidak menyadari suara dan bentuk tubuhnya? Terlebih lagi, apakah aku kalah? Aku harus segera pulang.

sementara itu di sisi lainnya

Dia lari? Padahal aku rindu. Tiga hari aku ke sini dan baru melihatnya, tapi sekarang dia pergi. Taruhan sialan”

KomorebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang