10

204 7 0
                                    

"Saya, tidak melakukan apapun," ujar Affan, dia benar-benar masih bingung dengan apa yang terjadi.

Affan sudah mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, sama sekali tak ada ingatan dirinya menyentuh Raihanah.

Pria itu kemudian segera memakai pakaiannya kembali, tak peduli dengan Raihanah yang masih menangis di sudut kasur dengan tangan yang memeluk tubuhnya dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

Affan panik, tapi dia benar-benar tidak merasa melakukan apapun pada asisten rumah tangganya. "Aku tidak menyentuhnya," ujar Affan.

Selesai berpakaian, Affan segera berniat keluar dari dalam kamar sempit itu. Namun, tiba-tiba Bu Salamah menahan kakinya dengan memeluk kakinya itu.

"Anda tidak bisa pergi Dokter, anda harus bertanggung jawab, nikahi putri saya," ujar Bu Salamah.

"Saya tidak menyentuhnya!" ujar Affan dengan tegas.

"Ada apa ini?"

Affan, Raihanah menoleh ke arah pintu, ada Bu Tiwi dan beberapa tetangga datang di sana. "Astagfirullah," ucap Bu Tiwi.

Sementara Bu Salamah menangis, begitupun Raihanah. Bu Tiwi langsung meminta seseorang untuk memanggilkan Pak RT.

"Dia mau pergi setelah menodai putri saya," ujar Bu Salamah.

"Tidak benar, saya tidak melakukan apapun," ujar Affan mengelak.

"Apapun itu, jelaskan nanti di depan Pak RT," ujar Bu Tiwi, kemudian wanita itu mendatangi Raihanah dan membantunya berbenah diri.

Sekitar 20 menit kemudian, semua sudah berkumpul di ruang tamu bersama Pak RT dan juga beberapa tetangga sebagai saksi.

Raihanah duduk bersama dengan Bu Tiwi, dia masih terus menangis, ia pun juga tidak ingat apapun seperti pengakuan Affan, tetapi bagaimana kondisi dia bangun tadi sungguh telah membuat dia syok bukan main. Dia berada dalam keadaan nyaris tanpa busana dalam pelukan laki-laki yang haram baginya. Bagaimana nama baiknya juga telah ternodai terlepas dia dan Affan benar melakukannya atau tidak, dia tak ingat apapun.

"Jika kalian tidak percaya dengan pengakuan saya, saya bisa buktikan," ujar Affan.

Mendengar itu, Raihanah langsung menatap tak percaya pada Dokter Affan, benarkah laki-laki itu memiliki bukti jika mereka tak melakukan apapun semalam.

Sementara Bu Salamah, hatinya mulai ketar ketir, jika dia sampai ketahuan berbohong, bahkan menjebak Dokter Affan, maka dia benar-benar akan merasa bersalah pada putrinya berkali-kali lipat. Tentu Bu Salamah sangat sadar caranya salah karena mempertaruhkan harga diri putrinya, tetapi pikirannya benar-benar buntu, merasa tak ada cara lain selain penjebakan ini.

"Saya bisa memeriksa atau meminta dokter lain untuk melakukan pemeriksaan apakah Hanah masih gadis atau tidak, dan apakah ada jejak saya menggaulinya semalam, kita lakukan visum padanya-"

Tiba-tiba pipi Dokter Affan tertoleh ke samping beriringan dengan suara tamparan cukup keras.

"Bu," lirih Raihanah saat menyadari ibunya baru saja menampar pipi Dokter Affan.

"Kami memang orang miskin, tetapi bukan berarti anda bisa menghina putri saya seperti ini, akui saja jika Dokter semalam telah merayu putri saya, saya jelas mendengar suara-suara kalian semalam," ujar Bu Salamah.

Dokter Affan mengetatkan rahangnya, dia benar-benar tidak merasa apapun, bahkan kejadian terakhir kali ia ingat adalah saat Raihanah menumpahkan kopi padanya.

"Apa anda menganggap saya berbohong? Atau Hanah yang berbohong?" tanya Bu Salamah.

Kemudian Bu Salamah menatap pada Pak RT, Bu Tiwi yang memeluk Raihanah, dan juga lima orang tetangga di ruang tamunya.

Istri Rahasia Mas Dokter DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang