Suasana kantin seperti biasa selalu ramai. Lara tentunya sangat benci suasana itu. Dan satu-satunya jalan untuk meredakan kebisingan hanyalah headset putih berstiker paus miliknya. Lara berkali-kali mengedarkan pandangan tak enak. Ia bahkan tak sadar menggenggam ujung seragam Rea yang berada di depannya. Membuat cewek tomboy itu menatap penasaran.
"Lo ngga papa?" tanya Rea khawatir, pasalnya wajah Lara nampak pucat dan kebingungan. Lara hanya menggeleng kecil. "Beneran? Mau gandeng tangan aja?" tawar Rea dan lagi-lagi dijawab dengan sebuah anggukan.
"Kalo ngga bisa ikut ngga usah maksa kali, ngrepotin," Abel berucap pedas yang seketika mendapatkan teguran kecil dar Rea.
"Bentar, baksonya hampir jadi tuh,"
Lara mengangguk kecil tak sabar ingin segera pergi dari sana. Selain tak nyaman disana, ia juga tak nyaman dengan tatapan beberapa anak yang terang-terangan melihatnya.
"Eh, cakep ya itu. Anak kelas berapa si? Ngga pernah liat,"
"Nanya coba, mintain ig nya,"
"Elu lah nyet,"
Dua orang lelaki nampak saling dorong menatap Lara. Kenapa orang menggosip bisa sekeras itu sih? Apa lagi di depan orangnya persis. Lara jadi semakin tak nyaman. Ia dengan kesal memakai kembali headset yang sempat ia lepas. Memutar musik lebih keras lagi agar tak terdengar.
Beberapa menit kemudian pesanan sudah siap. Mereka kahirnya bisa duduk di tempat lumayan pojok, salah satu bangku yang tersisa. Lara mengaduk bakso yang sudah mengepul menggoda dan langsung mencicipinya.
"Eh lo kalo makan bakso ngga pake apa-apa?" tanya Rea tiba-tiba.
Lara melepas headsetnya, mengangkat wajahnya mengangguk. Mata Rea seketika berbinar secepat kilat. "Serius?? Ihhh lo satu sekte sama gue huhuhuu! Emang sih, bakso enaknya cuma kosongan doang, paling kalo pedes kasih cabe itu udah mantep. Kalo campur kecap, cuka, saos, apalah itu merusak citra rasa," jelasnya riang membuat bibir Lara terangkat begitu saja. Mata besar gadis itu melengkung membentuk bulan sabit. Menertawakan ekspresi dan gaya bicara Rea yang selalu riang di hadapannya.
Rea yang melihat itu tertegun sejenak, Lara kalau tersenyum cantik juga ya? Ia sampai dibuat ngefreeze beberapa sekon. "Hm, lanjutin makannya."
Sementara Abel memakan makanannya sendiri, tak berminat mengobrol. Lara tak lagi memakai headsetnya, nanti kalau Rea mengajak bicara ia bisa saja tak terdengar. Sampai pada saat percakapan meja belakang mereka terdengar keras. Lara bahkan bisa mendengar percakapan yang sama sekali tak ingin ia dengar.
"Elo tau ngga? Tadi pagi Karang katanya berangkat sekolah nganterin cewek, anak Swadaya,"
"Eh iya tau, tadi si Siska liat sendiri di parkiran. Katanya ceweknya pendek pake hoodie kuning, tapi mukanya ditutup gitu,"
Lara yang sedang menyeruput kuah bakso itu langsung tersedak. Rea juga terlonjak langsung menyodorkan segelas es teh pada gadis itu. "Kenapa? Pedes ya?" tanya Rea tak tahu menahu.
Lara menggeleng. "Engga," jawabnya.
"Anak kelas sepuluh itu, ada yang liat dia lari ke gedung kelas sepuluh," kalian tahu siapa yang menyahuti? Meja sebelah lagi.
Dan Lara semakin dibuat terkejut dirinya yang sekarang sedang menjadi topik hangat untuk diperbincangkan. Cewek hoodie kuning yang keluar dari mobil Karang.
"Penasaran deh sama ceweknya, secantik apa sih? Biasanya cewek yang Karang upload di ig itu kebanyakan karna dijodohin gitu kan gonta-ganti,"
"Apa dia gantian dijodohin sama anak Swadaya ya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/363310472-288-k374265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales [END]
Teen Fiction⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...