Part 2 : Celana

616 41 3
                                    

Offroad langsung menepi kepinggir lapangan begitu suara robekan terdenger dan ia rasakan. Seharusnya Offroad tau dengan sejuta kesialan yang ia punya, tak seharusnya ia bermain basket saat jam istirahat dengan seragam sekolah barunya.

Beberapa teman bermainnya tertawa melihat kejadian itu, lalu memutuskan melanjutkan permainan tanpa Offroad.

Masih ada satu pelajatan lagi yang harus ia jalani dengan celana robek itu. Lelaki itupun duduk dibangku pinggir lapangan sambil berpikir keras apa yang harus ia lakukan. Haruskah ia berjalan ke kelas dengan celana boxernya yang terlihat kemana-mana.

"Mau pake celana gue? Tapi kayanya kebesaran kalo di lo." Sebuah suara tiba-tiba terdengar membuat Offroad sedikit terlonjak kaget.

Ia menoleh kearah kirinya melihat 2 orang entah sejak kapan sudah berdiri disamping bangku yang didudukinya. Salah satu dari mereka sedang memakan batagor dari pelastik. Wajahnya terlihat tidak peduli. Hanya berdiri disana memandangi.

"Hah?" Offroad tidak tau harus berkata apa. Terlebih karena ia tidak mengenal dua laki-laki itu.

"Jam pelajaran terakhir gue olahraga. Gue bisa pake sampe pulang. Jadi lo bisa pake celana gue ini." Lelaki itu menepuk celana abu-abunya membuat Offroad menoleh kearah celana laki-laki itu. "Itu pun kalo lo mau."

Tubuh lelaki itu cukup tinggi dan terlihat lebih berisi dari dirinya. Tentu saja celana itu akan kebesaran dibadannya. Namun Offroad tidak ada pilihan lain. Lagi pula, hari ini Ayahnya tidak bisa menjemput, jadi besar kemungkinan Offroad harus pulang menaiki bis. Dan tidak mungkin ia mengenakan celana robek itu.

"Emang gak apa-apa?" Lelaki dihadapannya itu pun menganggukan kepala.

"Iyaudah deh." Jawab Offroad sedikit ragu-ragu.

Tiba-tiba lelaki yang menawarkannya celana itu membuka jaket yang dipakainya dan memberikannya kepada Offroad, "Tutupin pake ini."

Ia pun menerimanya meski dengan wajah penuh ragu dan melingkarkan jaket merah itu dipinggangnya.

"Makasih ya.." Offroad menggantung kalimatnya karena tidak mengetahui nama lelaki yang sedang berjalan bersamanya menuju ruang kelas lelaki itu untuk mengambil celana olahraganya, agar mereka bisa bertukar celana.

"Daou." Lelaki itu menjulurkan tangannya mengajak berkenalan.

"Offroad."

***

Wanita yang sedang merapihkan pakaian itu sedikit terlonjak kaget begitu merasakan tiba-tiba tubuhnya dipeluk dari belakang. Anak pertamanya, Daou Pittaya, anak super aktif yang saat ini sedang ia bereskan pakaiannya itulah yang baru saja pulang.

"Bau, mandi dulu sana." Seru Mamanya dengan enteng membuat Daou melepaskan pelukannya dan duduk diatas kasur, disamping pakaiannya yang sudah terlipat. Mamanya hampir panik karena ia kira Daou akan menduduki tumpukan pakaian itu.

Namun baru Mamanya sadari kalau anaknya itu tidak melepas senyuman sumringahnya sedari tadi, membuatnya penasaran, "Seneng banget kayanya. Kenapa sih kamu?"

"Mama pernah suka sama orang gak?" Mendengar pertanyaan itu, Mamanya pun ikut tersenyum.

"Tuh, Papa kamu." Mamanya melipat baju terakhir diatas kasur tersebut kemudian meletakan tumpukan baju itu kedalam lemari, meninggalkan space kosong disamping Daou.

Lelaki itu meletakan tangannya dikasur dan merenggangkan tubuhnya sebentar sebelum akhirnya Mamanya itu duduk disampinya, menepuk pahanya pelan, "Kenapa nanya gitu? Kamu lagi suka sama orang?"

Dengan senyum sumringah yang tiba-tiba mengembang dibibirnya, Daou menganggukan kepalanya, "Offroad." Seru lelaki itu dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari bibirnya.

Unbreakable Sin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang