Part 3 : Tumpangan

523 37 4
                                    

Daou Pittaya Saechua.

Tidak pernah bermasalah dengan apapun di dunia ini, kecuali ketika adik sematawayangnya lagi-lagi merepotkan dirinya.

Hari ini Joong sakit dan tidak pergi ke sekolah. Dan adiknya itu meminta Daou untuk menjemput Dunk, pacarnya. Jujur saja Daou tidak pernah bermasalah dengan Dunk. Anak itu terlalu pendiam untuk Daou benci. Terlalu anak baik-baik untuk Daou ajak bandel. Intinya, yang menjadi permasalahan adalah rumahnya yang berlawanan arah dengan sekolah kalau dari rumah Daou.

Jadi jika biasanya Daou hanya menghabiskan waktu 30 menit untuk sampai sekolah. Dengan dia harus menjemput Dunk terlebih dahulu, Daou harus memakan waktu setidaknya 1 Jam, karena harus putar balik arah.

Dan Daou sebenarnya bisa saja menolak. Namun karena mereka berdua sudah buat kesepakatan sebelumnya, maka Daou tidak bisa menolak.

5 menit yang lalu Daou sudah memberikan klakson dan meminta adiknya menghubungi Dunk agar anak itu cepat keluar dari rumah, tentunya karena Joong tidak membiarkan Daou memiliki nomor HP Dunk. Adiknya itu posesif untuk hal yang tidak penting.

Padahal Dunk jelas bukan tipe Daou. Dan adiknya tau itu.

Sudah ditunggu lama pun anak itu tidak juga keluar dari dalam rumahnya. Dan Joong tidak membalas pesan apapun lagi. Daoupun hanya dapat berdecak memandangi jam yang tertera pada layar dashboard mobilnya.

Hingga tiba-tiba pintu samping kemudi terbuka, seseorang masuk kedalam mobil sambil mengomel, "Kenapa parkirnya jauh banget sih, yah—EH KOK?!"

Anak lelaki berseragam sama dengan Daou itupun terkejut ketika bolamatanya saling beradu dengan milik Daou.

"Sorry.. sorry.. gue salah mobil." Anak itupun langsung bergegas turun sambil menahan malu.

Daou sebenarnya masih mencerna apa yang baru saja terjadi, namun ketika dilihatnya anak itu turun, Daou entah kenapa juga itu turun dari mobilnya.

Ia memandangi lelaki seusia adiknya itu berlari kearah rumah disamping rumah Dunk. Seorang wanita yang masih terlihat cukup muda berada di pintu pagar. Wajahnya terlihat khawatir sambil menoleh kekanan dan kirinya mencari sesuatu.

Entah ada keberanian dari mana, Daou pun melangkah mendekat hingga ia bisa mendengar percakapan kedua orang itu.

"Aduh Ayah kamu ngaco banget sih kalo udah jalan duluan." Seru wanita itu, kali ini sibuk dengan ponselnya, seperti mencoba menghubungi seseorang.

"Masa aku ditinggal sih Bun. Terus aku kesekolahnya gimanaa." Rengek anak itu.

"Gak diangkat ini, Bunda telpon. Ngaco banget Ayah kamu Road."

"Bang Daou!" Panggilan itupun mengintrupsi semua orang yang ada disana. Tidak hanya Daou sipemilik nama yang menoleh namun juga kedua orang yang sedang Daou perhatikan. Itu Dunk, pacar adiknya.

"Ayo! Ngapain disitu?" Iyaya, ngapain?

"Bunda pesenin taxi online ya?" Wanita itu kembali bersuara membuat Daou kembali menoleh.

"Kalo aku diculik lagi? Gimana? Udah lah aku homeschooling aja." Lagi?

"Bang ayo! Nanti telat." Demi apapun juga Daou ingin menenggelamkan pacar adiknya itu kedalam sumur. Sudah dia yang tidak keluar sedari tadi, sekarang seolah-olah Daou yang salah.

Ketika dilihatnya anak laki-laki itu hendak masuk kedalam rumah. Daou tiba-tiba saja menghampiri, "Berangkat bareng gue aja."

Bukan hanya kedua Ibu dan anak itu yang kebingungan. Jujur, Daou yang mengajak pun bingung. Kenapa ia bisa seberani itu saat ini.

Unbreakable Sin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang