PSA (Pasukan Sobat Ambyar), nama geng itu sudah tidak asing di telinga anak-anak SMA TIRTAGRAHA. Bukan geng motor yang hobinya ugal-ugalan dan tawuran, tapi hanya anak tongkrongan yang tingkahnya kelewat sontoloyo.
Derio Laksamana atau sering dipang...
🎶What if he's written "mine" on my upper thigh only in my mind🎶
🎶One slip and falling back into the hedge maze🎶
🎶Oh, what a way to die🎶
~Guilty as sin @tylorswift~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langkah kaki Milo menggema di koridor sekolah yang sunyi senyap. Jarum jam menunjukkan pukul tujuh tepat, namun suasana sekolah masih sangat sepi. Kegerutuannnya semakin menjadi. "Mereka bangun nya jam berapa sih?" gumamnya kesal. Andai Milo tahu sekolah akan sepi, ia tidak akan datang dalam keadaan berantakan seperti ini.
Belum reda kekesalannya karena terlambat sekolah, Milo kembali diserang Damar yang tak henti-hentinya membahas Derio. Damar mendesak, seolah tidak mau menunggu lebih lama lagi. Huh! Sudah menyuruh, tidak sabaran lagi, ingin rasanya Milo mengatakan itu dengan gamblang di depan Damar.
+62 83148xxxxxx
Anda: Kak boleh ketemu? Please jangan dulu nolak, kita bahas dulu face to face, baru setelah itu keputusan ada di tangan lo.
Hanya centang satu, jangan bilang Derio belum bangun juga? Rasanya Milo ingin menangis, kebetulan juga koridor kelas sepuluh terlihat sepi, jadi tidak akan ada yang melihatnya menangis kan?
"Woy, duit Lo jatuh tuh," seru seseorang.
Milo sontak menoleh ke asal suara tersebut, dan betapa terkejutnya ketika mendapati tiga cowok asing disana. Mereka sedang berdiri sambil cengengesan seperti orang bodoh, ralat, hanya dua orang, yang satunya terlihat biasa saja sambil asik mengemut permen hot-hot.
Dilihat dari pakaiannya memang tidak ada yang aneh, sama seperti siswa pada umumnya. Tapi, ada satu cowok yang dandanannya lebih mencolok diantara mereka yang lain. Cowok itu layaknya seperti anak punk, Milo jadi bergidik melihatnya.
"Kakak ngomong sama gue?" tunjuk Milo pada dirinya sendiri. Ia kembali memastikan kalau ketiga cowok itu memang benar-benar berbicara padanya.
"Kirain Lo bakal refleks bilang hah mana, ternyata nggak hehehe." Laskar menggaruk tengkuk belakangnya sambil cengengesan, merasa malu karena leluconnya tidak membuat gadis di depannya tertawa. Karena terlanjur malu, Laskar langsung saja menyikut tangan Bagas untuk meminta bantuan.
"Apa sih, jangan pegang-pegang gue, kita bukan mahram," ujarnya pada Laskar dengan ekspresi jijik yang dibuat-buat.
Milo mengerjapkan matanya, menatap ketiga cowok di depannya dengan bingung. "berarti yang tadi bohong kak?" tanya Milo pada ketiga cowok itu.