5. Menjadi Saudara

108 13 2
                                    

"Apaan sih sokab banget nutup mulut gue! Pokoknya kalau bagi kamar aku nggak mau sekamar sama dia!"

Hanbin menatap sekelilingnya kemudian menghela nafasnya, ia sangat tidak tertarik dengan acara pesta, ataupun acara pernikahan papanya.

Iya, Eunwoo menikah hari ini dengan wanita yang Hanbin bahkan baru pertama kali dia lihat. Kalau kata Hanbin sih emang cantik tapi, dia belum tau hatinya bagaimana.

Kemudian mencari seseorang yang mungkin akan menjadi saudaranya, karena kata papanya dia bakalan punya kakak sama adik. Tapi dia belum melihatnya sejak tadi.

Tepat sekali saat baru saja Hanbin bicarakan papanya sudah berdiri di depannya dengan istri barunya dan dua pria yang dia yakini adalah anak dari istri baru papanya.

"Ternyata ini saudara baru ya?" tanya Hanbin sambil menatap tidak minat pada kedua saudara barunya. Bahkan ketika yang lebih pendek ingin berjabat tangan dengannya, Hanbin menolaknya.

"Hanbin nggak boleh gitu!"

Papanya menegur dirinya tapi Hanbin tetep acuh.

"Maaf ya adek gue ada masalah sama suaranya beberapa hari terakhir."

Hanbin pikir yang ngomong itu pasti kakaknya, jelas orang dia nyebut di sebelahnya itu adek.

"Kenapa bisu ya?"

"Hanbin!"

Hanbin menatap papanya tidak percaya. Dari kecil bahkan sampai sekarang Eunwoo tidak pernah berbicara sekeras ini dengan dirinya. Tapi sekarang? Hanya karena mereka anggota baru keluarganya, Eunwoo rela menaikkan nada suaranya.

"Jadi papa lebih bela mereka daripada aku ya?"

Eunwoo memijat pelipisnya berusaha tenang, "Kamu harus mengerti Hanbin, kondisi dia yang seperti ini itu butuh kasih sayang apalagi daripada papa sama kamu sekarang."

Seperti pemikiran Hanbin di awal. Ketika memiliki saudara tiri nanti pasti kasih sayang papanya akan terbagi dua atau bisa jadi hilang sepenuhnya.

"Tinggal bilang papa milih yang cacat apa susahnya sih."

"Hanbin!"

Bukan hanya hatinya yang sakit namun kini pipinya terasa perih setelah sebuah tangan menampar pipinya dengan keras. Lebih sakit daripada bentakan papanya tadi.

"Papa nggak pernah ajarin kamu kayak gitu. Minta maaf sekarang!"

Hanbin berdecih, "Kalau aku nggak mau?"

"Hanbin!"

Hanbin terbangun dari mimpi buruknya. Keringat membanjiri dahi sampai ke lehernya. Sangat terasa nyata bagi Hanbin yang tidak pernah melihat Eunwoo semarah itu.

Kemudian ia menatap jam di dinding kamarnya yang baru menunjukkan pukul satu malam. Padahal dia baru saja tidur se jam yang lalu karena sibuk mengerjakan tugas.

"Hanbin?"

Hanbin tau setiap lampu kamarnya hidup di jam seperti ini Eunwoo pasti selalu datang dan menyuruhnya untuk tidur. Padahal keadaan sekarang karena dia mimpi buruk bukan bergadang seperti kemarin-kemarin.

"Kamu kenapa? Sakit?"

Mengecek dahi Hanbin kemudian mengelap keringat anaknya dengan telapak tangannya, padahal ada tisu di sebelahnya. Kalau sesayang ini mana mungkin Hanbin bisa melihat papanya nanti lebih sayang dengan saudara barunya.

"Papa beneran udah siap nikah?"

Eunwoo mengerutkan keningnya bingung. Tidak biasanya Hanbin bertanya hal seperti ini.

Haobin-StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang