6. Menjadi Roommate

109 12 0
                                    

"Eh! Kalau lo nggak suka sama bunda gue setidaknya bisa hargain masakannya nggak?"


"Astaga jadi lo di sekolah suka malak?"

Hao menutup mulutnya tidak percaya. Adik kecilnya ternyata suka memalak orang, tidak cukupkah dirinya yang di palak.

"Bunda nggak cukup ya kasi kamu uang jajan?"

Jukyung juga sangat terkejut mendengar fakta Yujin yang paling ia sayang ternyata berperilaku seperti preman.

"Hayoloh mak abang kau tau."

Definisi Hanbin adalah bensin di tengah kobaran api.

"Kalian bisa-bisanya mojokin Yujin kayak gitu. Dengerin dulu penjelasannya. Yujin, kasi tau mereka."

Yujin senang, ternyata papanya beneran papa idaman dia banget. Ngebelain padahal belum kenal banget. Terharu banget dia.

"Itu bercandaan Yujin aja sama Gunwook terus Woonhak. Yujin nggak ada maksud malak. Itu tuh lagi minta uang karena mereka nitip sama Yujin buat belanja. Serius, tanya aja kalau nggak percaya sama mereka."

Hao langsung berkacak pinggang dan menatap sebal pada Hanbin. Emang harusnya dia nggak perlu percaya sama orang sejenis dia.

"Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan!"

"Yakan gue tadi nanya. Lagian lo yang paling tau adik sendiri malah ikutan percaya, sehat lo?"

Hao mendengus seakan ingin mengacak-ngacak wajah Hanbin karena terlanjur kesal. Suka sekali Hanbin membuat emosinya mendidih dengan cepat.

Terus muka songongnya ituloh yang bikin Hao makin mikir Hanbin ini anaknya emang suka mancing emosi orang. Nggak heran lagi karena dirinya aja cepet ke pancing.

"Udah deh jangan ribut dulu. Lanjut besok aja ya? Jadi gimana? Siapa yang mau relain kamarnya bagi dua?"

Eunwoo menengahi agar keributannya berhenti sebelum pagi. Capek berdiri terus nontonin anaknya yang lagi ribut, mana dia nggak tau masalahnya apa.

"Pokoknya bukan aku!" Hanbin tentu menolak keras karena dia sudah terbiasa tidur sendirian.

"Yujin sama bang Hao aja deh pa," kata Yujin mengalah agar cepat pergi ke kamar. Lagian cuman beberapa hari sampai kamar yang di renov selesai kan?

"Nggak! Big no! Pernah sekali gue tidur sama lo gue nya ke tendang, mana suka ngigo teriak-teriak. Bukannya tidur malah begadang sampai pagi gue," tolak Hao dengan lantang. Trauma yang belum hilang sampai saat ini.

"Bin?"

Hanbin menatap mata papanya, terlihat sangat memohon padanya. Hanbin tidak bisa nolak kalau papanya bersikap seperti itu.

"Iya iya Hanbin sama dia." Tunjuknya tanpa menyebutkan nama.

"Okey anak-anak let's go tidur!"

Eunwoo mendorong bahu anak-anaknya dengan pelan. Tidak siap untuk pergi ke alam mimpi. Atau berduaan dengan istrinya?

Ketika memasuki kamarnya, Hao hanya melihat-lihat isi kamar adik tirinya. Tidak  bagus juga tidak jelek, biasa aja menurut dia. Dia kira bakalan wah kayak ada pajangan atau di dekor kayak kesukaan dia. Emang kayak kamar pada umumnya sih.

"Apa liat kamar gue? Mau ngirim santet disini?"

Hao malas menjawab dan memilih untuk selonjoran di sofa sambil melepas jas dan menyisakan kemeja lengan yang kini ia gulung.

Haobin-StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang