BAB 1 : Aku

329 50 127
                                    

Aku tidak pernah memikirkan bahwa ketidakberuntungan dan keberuntungan ternyata memang saling berdekatan satu sama lain. Benar-benar tidak pernah terpikirkan sama sekali padaku.

Tetapi aku tidak menyesalinya. Itu memang sangat menggores luka yang ada semuanya pada diriku. Sakit, memang. Perih, itu tidak usah diragukan lagi. Nyatanya semua keburuntunganku berujung petaka, benar-benar tidak pernah terpikirkan padaku sampai sejauh itu.

Benar kata orang-orang. Cinta itu buta, dan susah sekali bagiku untuk mempertahankan diriku agar tidak buta dan tetap waras di dalam situasi yang paling tidak waras. Ini bukan main-main. Ini berkaitan dengan taruhan hidupku. Semua yang aku lakukan, selalu diawasi olehnya, pergerakan yang sedikit saja.

Ini bukan romasa yang bisa kalian anggap remeh. Ini juga bukan romansa gelap dimana lelaki ini begitu terobsesi denganku. Ini hanya... terjadi secara kebetulan dan memang begitu terjadinya. Mungkin bisa dikatakan takdir dalam ujian hidupku.

Apa kalian akan melakukan hal yang sama jika berada di situasi yang sama sepertiku?

TAK TOK TAK TOK.

Itu suarah heels-ku melangkah, sebenarnya bunyi aslinya jauh lebih tidak beraturan karena aku sedang terburu-buru, tetapi bagaimana pun, tetap harus kupaksa agar terdengar indah dan profesional. Bel di resepsionis terus saja ditekan berkali-kali sehingga membuat suasana benar-benar bising. Mempercepat langkahku dan akhirnya sampai pada tujuan. Disambut dengan wajah sungut dari sepasang Wanita reot, sekitar umur lima puluhan tahun. Sesuai peraturan prosedur standar, aku memasang senyum ramah.

"Selamat sore, apa yang bisa kubantu?" Suaraku jangan ditanya, harus tetap lembut dan profesional.

"Aku hanya ingin tau bahwa kamar kami ternyata belum dibersihkan!" Ujar salah satu wanita itu dengan ketus yang lebih pendek dari salah satunya. Huh, masalah lama ini, jadi kita tidak perlu panik.

"Aku sangat minta maaf untuk hal itu nyonya." Aku membungkuk sopan dengan kedua telapak tangan yang menyatu seakan-akan aku memang layak merasa bersalah. "Kalau boleh tau, kamar anda berada pada nomor berapa?" Aku segera mengambil note kecil di sampingku dengan cepat dan sebuah bolpoin juga tentunya.

"Kamar 28 C." Oke, cukup singkat, padat dan tentunya ketus, kasar sekali. lupakan ini bagian dari pekerjaan ingat? Oke, bersikap profesional.

"Baik, terima kasih atas informasinya, saya akan segera mengeceknya. Anda mungkin bisa silahkan duduk, aku bisa membuatkan sesuatu kalau anda ingin, untuk anda minum mungkin? Lalu anda tidak perlu membayar apa-apa." Aku mengarahkan mereka yang mana mereka saling berpandangan dan berdiskusi dengan bahasa mereka yang aku tidak tau entah dari negara mana dan akhirnya kembali menatapku dan mengangguk.

"Kami mengambil Lychee tea dan Grape-fruit Sea-breeze."

"Baik, silahkan ditunggu." Mereka mengambil tempat duduk setelah mendengar responku. Tanpa banyak tingkah, tanganku menari bersama bolpoin. 'Kamar 28 C belum bersih, lychee tea 1 dan Grape-fruit Sea-breeze 1.' Segera meluncur mengambil telefon resepsionis men-dial nomor tim bagian 'room service' atau biasa yang disebut 'House keeping', atau Bahasa mudahnya, tim yang bertugas membersihkan kamar.

Disaat telefon tanpa kabel tersebut sudah tersambung, aku segera mencatolkan dan menjejalkan telefon tanpa kabel itu ke sela leher dan bahu yang aku jepit menggunakap kepala sembari bergerak menuju minibar dimana aku harus membuatkan minuman untuk kedua wanita reot tadi, agar tidak mengomel.

Memang ini pekerjaanku, aku memang bukan bartender atau semacamnya, tetapi kalau sesuatu hal mendesak seperti ini diperlukan, mau tidak mau aku harus turun tangan. Tidak boleh manja, kita bekerja, kita sama-sama tim dan kita semua bekerja demi hotel ini terus maju. Tidak hanya bartender, tetapi juga pembersihan kamar dan semuanya! Intinya semuanya! Sampai restoran pun aku harus turun tangan kalau benar-benar tidak ada orang atau kekurangan tenaga. Atau segala hal situasi mendesak.

BERDARAH DINGIN / LIZKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang