BAB 3 : Seorang Pahlawan

141 26 81
                                    

"Hai, check-out?" Aku yang sedang agak bersantai, terpaksa menutup bukuku yang baru saja kubaca dikala seorang tamu datang menghampiriku.

"Iya. Ini kunci kamarku, tidak ada ekstra dan kamarnya sudah kubayar disaat aku sedang check-in tempo hari." Wanita itu berujar ramah walau dengan suara yang sudah bergetar. Maklum, ia tampak seperti wanita yang berusia tujuh puluhan, megenakan jaket berlapis-lapis dan sepatu boots tentara, bukan tipe sepatu wanita sama sekali.

"Sebentar ya, aku coba cek terlebih dahulu." Aku mulai mengecek kembali di komputer. "Benar, tidak ada ekstra dan semua sudah dibayar. Aku akan mencetak receipt anda." Sepeti biasa, jari-jemari tanganku mulai bergerak-gerak sibuk di keyboard komputer untuk melakukan pekerjaanku.

"Astaga! Aku dari dulu memang selalu suka buku ini. J.K Rowling benar-benar penulis yang hebat." Aku menoleh kembali disaat wanita itu ternyata sedang mengelus dan membolak-balikan buku yang baru saja ku baca tadi. Aku hanya merespon dengan kekehan malu karena ketahuan.

"Yeah, Harry Potter tidak akan lekang dimakan waktu. Cerita yang benar-benar dinamis." Ujarku ramah. "Anda berencana menuju perjalanan setelah ini?" Yeah, itu aturan wajib. Jika pelanggan ramah, wajib kau ajak basa-basi. Apalagi jika mereka sendirian seperti ini, maksudnya tanpa teman atau pun pasangan. Itu menjadi tanggung jawab kami untuk melayani mereka.

"Aku selalu melewatkan acara TV-nya dan baru membaca sampai buku ke-empat, ini buku kelima bukan?" Sejujurnya aku sedikit kasihan melihatnya. Wanita yang benar-benar penyayang. "Iya, aku ada penerbangan nanti pada saat pukul tiga, sudah harus sampai di bandara." Wanita tua yang berjiwa bebas, kemanakah anak-anak dan cucu-cucunya? Aku ingin sekali mengajaknya mengobrol, mungkin kita bisa Bersama-sama menjadi dekat juga, aku tidak keberatan, sungguh.

"Ini receipt anda," Aku membungkuk sembari memberikannya yang ia balas dengan menunduk.

"Terima kasih nak, kau sangat manis." Aku hanya terkekeh geli untuk menyamarkan kecanggunan dan tersipu karena tumben sekali aku dipuji begini.

"HEI LISA! BISA BANTU SEBENTAR!?" Aku menoleh, ternyata itu adalah temanku yang bekerja di bagian bartender yang memanggilku.

"SEBENTAR!" Aku membalas berteriak dan kembali menatap nenek tersebut dengan agak linglung. "Aku minta maaf nek," Aku benar-benar berucap tidak enak.

"Tak apa sayang,"

"Aku ada hal lain yang harus kulakukan. Jika anda ingin anda bisa menunggu dengan duduk atau, silahkan menuju restoran." Sungguh aku tidak tega meninggalkan wanita tua ini sendirian, aku ingin sekali menemaninya. Terlihat sekali ia kesepian dan butuh teman untuk mengobrol. Tetapi... bukankah?

"Ini. Kau bisa mengejar ketertinggalanmu." Aku memberika buku Harry Potter tersebut yang disambut oleh binar matanya yang tidak percaya akan hal tersebut. Menggemaskan sekali, ia tampak seperti bayi besar.

"Astaga nak, kau tidak perlu."

"Ayolah nek, aku memaksa," Aku dengan tegas, namun dengan sedikit dorongan ramah, tetap memaksa.

"LISA!" Astaga, mereka benar-benar tidak bisa bersabar sedikit saja, tidak lihatkah aku juga sedang bekerja? Dasar orang-orang di minibar itu.

"IYA!" Aku menyahut cepat. "Aku minta maaf nek, tetapi aku akan terus memaksa, jika anda menolak, anda bisa memiliki buku itu, aku berikan saja pada nenek, tidak perlu dikembalikan." Aku berucap cepat dan tersenyum lalu buru-buru melangkahkan kaki, setengah berlari menuju minibar untuk membantu yang lain.

***

Huuhh... akhirnya, pekerjaan di minibar sudah selesai dalam beberapa jam, sehingga aku harus kembali menuju resepsionis. Tetapi dalam perjalanan, mataku tidak sengaja menangkap beberapa gadis muda yang kesusahan dengan kopernya yang sepertinya terlalu ebsar dan banyak untuknya. Sepertinya lebih muda, atau malah seumuran denganku. Huuhh... enak ya mereka, masih sempat-sempatnya liburan.

BERDARAH DINGIN / LIZKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang