"Erghh!" Ia menggerang sebal mendorongku sembari membekap mulutku.
BLAM
CKLEK
Pintu kamar mandi kembali terkunci.
"Akh! Hmphhh! Hmppphh! Hmppp!" Aku hanya bisa berusaha teriak walau tertahan dengan tangan besarnya. Ia mendorongku membawaku ke dinding kamar mandi dengan tetap membekapku.
"HMPHH! HHMMMPPP HMMPPP!" Aku semakin keras berusaha teriak dan ia semakin membekap erat.
Menempatkan tubuhku diantara kedua jepitan kakinya dan tubuh besar dan tingginya yang mendominasiku, mendekatkan wajahnya padaku dengan raut wajah yang anehnya tidak marah sama sekali.
"Shushh..." Ia mengisyaratkan untuk diam sedangkan aku masih menggerang dan memberontak mendorongnya yang aku rasa ia benar-benar tidak merasakan apa-apa karena aku sungguh tidak bisa dibilang sepadan dengan badannya yang besar itu.
"Shhusshh tenanglah..." Ia dengan tangan kanannya masih membekap mulutku.
Kini tangan kirinya berhenti mencekik kerah belakang bajuku, justru bergerak menuju kedua tangan ku menggenggam merek menjadi satu dan di cekal ke atas kepalaku disaat ia selangkah lagi lebih dekat menuju denganku tetap dengan kedua kakinya yang mendukung tubuh kecilku.
Aku sudah pasrah di detik ini.
"Hmphhh! HMPHH!"
"Tenang! Tenanglah sayang, tenang!" Ia menenangkan ku layaknya aku adalah sebuah hewan liar. Atau kuda liar.
"Hei! Hei... Tenanglah..." Ia kini mendekatkan tubuhnya benar-benar menekan dan mengunciku. Aku sudah benar-benar sedikit gerakan untuk memberontak karena setiap anggota tubuhku sudah ditekan.
Ia bahkan kini menunduk dan mendekatkan wajahnya, sudah sangat dekat denganku, benar benar hanya dua inchi di pipi kiriku.
"Jangan melawanku." Ia berkata berbisik penuh sensual namun mengancam dengan semakin mengeratkan bekapan tangan kanannya pada mulut ku.
"Kau hanya terbawa emosi akan kreativitas mu oke? Seperti biasa, latihan yang sudah kita lakukan. Tarik napas...." Ia dengan sensual mendekatkan ke pipi dan telinga belakangku, sepertinya tidak bermaksud macam-macam selain seksual hanya membungkam setiap suara yang keluar dariku agar tidak terdengar,
Tetapi tetap saja! Aku tetap saja gugup dan malah menjadi semakin memberontak karena rasa tidak nyaman yang hinggap. Aku tidak pernah begitu dekat dengan laki-laki sebelumnya, dan ia benar-benar melanggar dan masuk ke dalam batasanku dengan entengnya malah mengukungku.
Tentu saja otaku segera memproses ini adalah tanda bahaya, sepertinya seluruh tubuhku juga begitu sehingga aku menjadi berkeringat atas respon dari setiap syaraf.
"Hei! Hei tenang..." Ia melirik dan menoleh ke arah cermin kamar mandi.
'ADA YANG MEMBAWA BOM!'
Ia menoleh kembali kearahku dengan senyum yang paling mengejek yang pernah kulihat.
Itu adalah tulisan di kaca kamar mandi itu, yang ku tulis menggunakan sabun tadi setelah menemukan ide tersebut. Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi, semua bantuanku sudah disabotase olehnya dan aku hanya berharap bantuanku pada anak itu tetap tersampaikan.
"Lihatlah..." Ia benar-benar berkata dengan nada yang sangat kesal dan menahan tangannya agar tidak meremas rahangku lebih keras.
"Lihatlah betapa tidak bersyukurnya dirimu. Itu!" Ia benar-benar seperti menahan dirinya, seperti ia dirasuki oleh apapun itu atau iblis atau monster, yang sepertinya sedang merasukinya.
"Hei! Tidak ada orang di resepsionis!" Sialan! Aku mendengar suara samar-samar dari ruang resepsionis. Itu suara Marguiretta.
Bahkan Jungkook juga sampai menoleh ke belakang dan terlihat bayangan di bawah pintu yang sedikit gelap, itu bayangan langkah kaki orang-orang yang sedang berlalu lalang.
"Hmph!"
"Shh DIAMLAH!" Ia membentak sembari berbisik dan mengeratkan dekapannya, ia bahkan tambah menempelkan tubuhnya padaku benar-benar menjadi sakit karena terjepit.
Memang mungkin ini terlihat begitu sensual, tetapi percayalah ini benar-benar sakit. Sakit dibahuku belum menghilang, bukan begitu? Di tambah di kepala belakangku yang terbentur tadi bukan? Aku sudah tak perduli, aku sesak napas.
Ia kembali menoleh memastikan kembali.
"Lihat ini simbol, mungkin Lisa masih di toilet!" Salah seorang lagi berbicara dan terdengar samar-samar.
"Yeah, kau seharusnya tidak usah khawatir, ia dikamar mandi dan pasti akan kembali segera!" Suara langkah kaki kini terdengar begitu jelas,
Beberapa bayangan terus saja bermunculan di bawah pintu dan akhirnya suara langkah kaki tersebut mengecil dengan sendirinya, dengan bayangan dan suara-suara orang yang berbicara tersebut juga ikut menghilang.
BLAM
"EuGH!" Ia membantingku pada sisi seberang persis disebelah cermin dan kini setengah memeluk dan mencekikku, membuatku betulan menggerang kali ini.
Tangan kiriku aku gunakan untuk melindungi punggung karena menempel ke tembok belakang diam-diam agar tidak kesakitan, sementara tangan kananku menggenggam tangannya yang setengah mencekik. Aku sudah tidak fokus, pandanganku mengabur walau aku tau wajahnya masih sangat dekat sekali.
"EuGH!" Ia kembali mengukungku dengan kedua kakinya.
"EuGH! L-lud! Jungkook, kumohon. Kumohon suruh temanmu atau siapapun itu untuk berhenti mengikuti Jennie dan membunuhnya..." Aku menjerit dengan nada yang begitu lemah sekali.
Aku benar-benar memohon dan bermaksud untuk ia memberhentikan semua ini. Aku benar-benar kini sudah pasrah dan memohon ampun padanya.
"Aku sudah bilang DUA KALI!" Ia kembali dengan meremas rahangku kali ini dan semakin mendekatkan wajahnya mengancam, jujur itu membuatku begitu jijik. Tangan belakangku diam-diam terus menahan beban tubuhku berharap agar rasa sakitnya terus berkurang.
"DUA KALI LISA! Dengan menghentikan pemberitahuanmu! Kau dengar aku?" Aku hanya mencoba memundurkan kepalaku tetapi tidak bisa. Ia benar-benar memaksa dengan Menggenggam rahangku dan menggerakannya memaksaku mendongakan kepala agar menatap matanya dan mendengarkannya berbicara.
"Kau mendengarkan ku bukan!?" Ia benar-benar menggenggam dan mendekatkan wajahnya mengancam bercampur sensual.
Aku hanya mengangguk dan menutup mataku dengan Lisacang, tidak berani menatap matanya atau bahkan sebenarnya mendengarkan suaranya. Ia benar-benar labil, labil dalam emosinya. Sepertinya ia sudah menjadi muak namun tegap ia tahan sehingga sewaktu-waktu bisa saja meledak.
Dan sepertinya kali ini ia sudah benar-benar tidak bisa menahannya lagi.
"Kau ingin mendengar alasan, huh?" Aku hanya mengangguk saja biar cepat. "HAH?!" Aku mengangguk tambah cepat akan ketakutanku dalam gerapan tangannya.
"Kau dengar aku tadi? Aku sudah memberitahumu DUA KALI. Kalau saja, mereka ditemukan oleh orang lain, dia akan menuju ruang kemanan dan kiga akan diinterogasi dan digeledah. Jika itu yang terjadi Lisa, teman kita yang bersama Jennie akan segera mengetahui nya. Jadi berbuat baiklah kepada managermu dan nama baikmu sendiri." Aku benar-benar kembali menangis.
"Kau tidak mau masuk ke dalam penjara dengan hal ini bukan begitu. BERHENTILAH BERJUDI DENGAN NYAWA!"
"n-nyawa siap-"
"NYAWAMU DAN JENNIE TENTU SAJA!" Aku kembali menutup mata dan terdiam dikala ia berteriak. Ia bergetar karena terlalu kuat meremas rahangku. Aku hanya sibuk mengatur napasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERDARAH DINGIN / LIZKOOK
Hayran KurguWARNING! Plagiat menjauh aja... cerita ini bukan untuk diplagiat. LISKOOK GARIS KERAS, mengandung bahasa kasar dan kata-kata yang semi dewasa. WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA Pernahkah berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah yang tanpa kau duga sebe...