RADEV: LIMA BELAS

2K 151 59
                                    

Happy reading

Tandai typo kalau ada

-

"Akh!" belun sempat Radev menciumnya, Aileen lebih dulu memekik kesakitan.

"Lo mau pura-pura kesakitan, biar gue berhenti?" tanya pemuda itu.

"Kak, perut aku sakit," gadis itu menangis, karena tidak kuat dengan rasa sakit di di perutnya.

Radev mempercayainya? Tentu saja tidak, pemuda itu melepaskan seragam Aileen dengan paksa sampai beberapa kancingnya terlepas.

"Diem atau gue robek mulut lo!" bentak Radev pada adik tirinya yang tidak mau diam.

Aileen menggerakkan kepalanya, sehingga kakak tirinya tidak bisa menciumnya. Bibir Radev malah mencium pipi gadis itu.

"Lo nurut atau gue bawa ular yang tadi kesini?" ancamnya.

"Kak, perut aku sakit," suara gadis itu kian melemah, wajahnya terlihat pucat dengan keringat dingin yang membasahi keningnya.

Radev tidak peduli dengan apa yang dilihatnya, yang ia mau hanya menuntaskan hasratnya.

Satu tangan pemuda itu menahan rahang Aileen, agar gadis itu tidak bisa menolaknya lagi. Radev membungkam bibir sang adik yang terus merintih kesakitan.

Aileen memejamkan matanya, ia mencoba menahan rasa sakitnya karena tidak mau Radev semakin marah.

"Ay," bisik pemuda itu sebelum melesatkan lidahnya ke dalam mulut Aileen.

Lidah hangat Radev terus bergerak mengabsen deretan gigi sang adik, tidak hanya sampai disitu, pemuda itu juga membelit lidah Aileen dengan lembut.

Radev menurunkan ciumannya, setelah dirasa nafas sang adik mulai menipis. Pemuda itu menyesap kulit leher Aileen sampai meninggalkan ruam kemerahan.

Gadis itu bergerak gelisah, tangannya yang ditahan membuatnya tidak bisa bergerak dengan bebas. Rasa nyeri di perut Aileen masih terasa, tetapi tidak sehebat tadi.

Bibir Radev terus bergerak sampai di perut rata sang adik, pemuda itu meninggalkan sebuah kecupan disana.

"Kalau lo mau nurut, gue lepasin kedua tangan lo!" kata Radev sambil menatap penampilan adik tirinya yang terlihat berantakan.

Aileen mengangguk lemas, tubuhnya tidak bisa melawan kakak tirinya. Kabur juga tidak ada gunanya, karena tempat ini adalah apartemen Radev.

Pemuda itu melepaskan cekalannya, ia membuka seluruh kain yang melekat di tubuhnya. Lalu Radev juga melepaskan pakaian sang adik.

"Lo cantik," ucapnya serak.

Aileen memejamkan matanya, ia merasakan jemari Radev menyentuh puncak dadanya.

"Akh, kak Radev sakit!" pekik Aileen waktu pemuda itu menggigit puncak dadanya cukup kuat.

Radev tidak menggubrisnya, pemuda itu sibuk dengan benda kenyal yang sangat pas di tangannya.

"Gue mau main cepet!" Radev menegakkan punggungnya.

"Kak sakit!" Aileen memejamkan matanya.

Radev langsung memasukinya, pemuda itu mengabaikan rintihan kesakitan dari adik tirinya. Ia terus bergerak dengan tempo yang cepat, sampai tubuh Aileen terhentak beberapa kali.

"Kak berhenti! Sakit, perut aku sakit!"

Aileen mencoba mendorong tubuh Radev yang bergerak di atasnya, perutnya sangat sakit dan rasanya ada sesuatu yang mengalir dari dalam tubuhnya.

RADEV || Step DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang