Ch 6 Tentang Irene dan TikTok

135 36 4
                                    

Irene Blake memperhatikan Seulgi yang sedang sibuk dengan Macbooknya. Gadis berambut hitam itu meminta Seulgi untuk menemaninya berjalan-jalan. Seulgi membawanya untuk minum kopi di salah satu mall terbesar di Singapura, ION Orchard. 

"Apa kau sedang sibuk?"

"Iya." Jawab Seulgi singkat.

"Kalau sibuk kenapa kau menerima ajakanku jalan-jalan?"

Gadis bermata monolid itu melirik Irene sebentar sebelum dia fokus pada laptopnya lagi. "Kau yang terus merengek meminta ditemani. Aku terpaksa ikut."

Mendengar itu bibir Irene menekuk ke bawah. "Maaf, aku tidak tahu."

"Sudahlah."

Irene memperhatikan Seulgi yang masih sibuk dengan laptopnya. "Apakah pekerjaanmu masih banyak?"

"Masih."

"Kau bilang kau belum mulai bekerja."

"Memang, tapi bukan berarti aku tidak sibuk. Aku masih mengerjakan proyek dari dosenku."

"Apakah ada yang bisa ku bantu?"

"Tidak." Jawab Seulgi dengan singkat. 

"Tapi aku ingin membantumu." Rengek Irene. Gadis Blake itu tidak mengerti kenapa Seulgi selalu menjawab singkat semua pertanyaannya. Apakah memang Seulgi orang yang tidak asik? Pikirnya dengan kesal. 

Seulgi mengalihkan pandangan dari laptopnya dan menatap Irene dengan datar. "Yakin kau mau membantuku?"

"Iya. Aku mau membantumu, Seulgi." Gadis berambut hitam itu kini bersikeras. 

"Tapi aku hanya membawa satu laptop."

Irene mengerutkan dahinya. "Apa kau tidak punya laptop lainnya di rumah?"

Seulgi memiringkan kepalanya. "Aku punya PC di rumah."

"Kalau begitu ayo kita ke rumahmu!" Serunya dengan cepat. Gadis Blake itu penasaran seperti apa rumah Seulgi. 

Seulgi menatap Irene dengan skeptis. "Kau yakin mau benar-benar membantuku?"

"Iya. Aku ingin membantumu." Jawabnya sambil mengangguk bak anjing yang akan diberi kudapan oleh majikannya. 

Melihat itu Seulgi menatap Irene dengan aneh. Dia tidak yakin membawa Irene ke rumahnya adalah rencana yang bagus, tapi bila Irene bisa membantunya kenapa tidak, pikirnya. "Oke tapi jangan protes ya. Aku sudah memperingatkanmu."

"Iya iya. Kau ini berisik sekali." Keluh Irene sambil berkacak pinggang. 

***

Irene menatap sekeliling dari balik kaca mobil Seulgi. Gadis berambut cokelat itu mengendarai mobilnya memasuki sebuah perumahan di kawasan Novena. Lokasi perumahan Seulgi cukup strategis karena dekat dengan Orchard Road dan Kawasan Pusat Bisnis. Irene baru tahu jika Novena juga merupakan salah satu kawasan hunian utama di Singapura. Sepanjang jalan dia terus memikirkan kira-kira berapa harga yang harus dibayarnya untuk membeli properti di Singapura.

Sampai mereka masuk ke dalam pekarangan rumah berwarna putih.

"Wah, rumahmu bagus juga."

"Rumahku biasa saja. Banyak yang lebih bagus." Komentar Seulgi ketika membawa Irene masuk. 

Rumah Seulgi adalah rumah 2 lantai dengan gaya mediteranian, yang merupakan satu-satunya rumah dengan gaya tersebut ditengah rumah yang bergaya modern. Rumah tersebut cukup besar untuk keluarga dengan empat orang. Irene tentu tahu bahwa harga rumah di Singapura sangat tinggi. Melihat keluarga Seulgi bisa punya rumah di perumahan yang nyaman dan berukuran cukup besar seperti ini di kawasan yang strategis menandakan keluarga gadis bermata monolid itu sangat berada.

JUST ME & I-RENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang