satu

319 26 10
                                    

Sudah seminggu semenjak kematiannya. Walaupun terasa sulit, aku tetap harus melanjutkan hidupku. Terkadang, aku masih melihatnya berkeliaran di sekitarku. Aku membayangkannya di dapur, merapikan kasur, bahkan berjalan bersamaku ketika aku hendak membeli sesuatu dari lantai bawah. Aku rasa orang-orang beranggapan bahwa aku kehilangan akal.

Di saat-saat seperti ini, aku sangat merindukannya. Aku dihantui oleh bayang-bayangnya yang masih mengintai di sudut-sudut ruangan. Kehadirannya yang sudah menjadi bagian dari rutinitasku tiba-tiba menghilang. Aku membutuhkan kalibrasi kembali.

Ia memang sudah lama bertarung, namun aku tidak menyangka ia akan mengambil keputusan besar itu. Beberapa bulan sebelum kepergiannya, ia terlihat seperti ia telah menemukan kedamaiannya. Ia yang semula menutup diri, mulai membuka diri dan tidak memedulikan pikiran orang lain. Pada waktu itu, aku bersyukur atas hal itu, andai saja aku tahu bahwa perilakunya merupakan pertanda dari sesuatu yang buruk, aku pasti melakukan apapun untuk mencegah apa yang akan ia lakukan.

Benar kata orang-orang, terkadang, ada sosok yang berada dalam hidup untuk waktu yang singkat tetapi memberi dampak yang besar. Cynthia adalah sosok itu. Kehadiran singkatnya dalam hidupku mengubah cara pandangku. Jika saja aku diberikan lebih banyak waktu dengannya, aku yakin bahwa aku bisa menjadi versi terbaik dari diriku.

Aku beruntung memiliki pekerjaan yang fleksibel, aku dapat bekerja dari manapun. Oleh karena itu, aku sudah mengambil keputusan untuk mengunjungi tempat-tempat yang bermakna untuk kami berdua. Aku ingin mengenang momen-momen kebersamaan kami agar kenangan-kenangan tersebut akan terus hidup di hatiku. Puncaknya, aku akan menyebar abunya di tempat yang pernah ia beritahu sebelumnya.

Tempat pertama yang aku ingin kunjungi adalah tempat di mana kami pertama bertemu. Sebuah kelas melukis yang dibuka untuk umum. Bangunannya memiliki banyak pencahayaan natural dan terlihat modern. Aku ingat semua detail-detail kecil dari pertemuan pertama itu, mulai dari cuacanya, pakaian kami berdua, suasana hatiku, dan aroma udara di sekitaran bangunan itu.

Untuk bersiap-siap, aku pergi ke kamar yang dulunya kami bagi bersama. Aku membuka lemariku dan mengambil baju yang hendak aku pakai. Entah mengapa, mataku tiba-tiba perih, dipenuhi air. Aku melihat baju-baju dan celana-celananya yang masih terlipat rapi. Pakaian-pakaian itu seakan menunggu si empunya untuk memakai mereka lagi, namun itu semua tak mungkin. Ia sudah menjadi abu.

Setelah menenangkan diri dan menghapus air mataku, aku beranjak ke kamar mandi. Aku membuka keran bath tub dan menunggunya penuh. Aku termenung di atas kloset, membayangkan tentang pencapaian-pencapaian yang tidak akan pernah tercapai. Seharusnya aku sudah sadar dari dulu.

Beberapa waktu pun berlalu, bath tub itu akhirnya penuh. Aku mulai merendam diri di sana. Air hangatnya membuatku nyaman, terlampau nyaman bahkan, aku jadi teringat waktu ia masih ada di sini. Kami biasa mandi berdua karena menurutnya, itu jauh lebih hemat air. Ia selalu membasuh punggungku, menggunakan spons untuk menggosoknya. Sekarang, aku harus menggunakan pembersih punggung sendiri. Menyedihkan sekali. Tetapi, aku tidak akan menyalahkannya, ini semua di luar kendalinya. Ia hanya ingin segera mengakhiri deritanya.

Mandi adalah salah satu kegiatan favoritku belakangan ini. Aku bisa berhenti sejenak dan merenungkan segalanya. Air mataku juga bercampur dengan kucuran air dari shower. Aku bisa berpura-pura bahwa aku sudah tidak sedih lagi. Aku hanya membohongi diriku sendiri. Di saat-saat seperti ini, aku lebih membutuhkan kebohongan yang membuat nyaman dibanding kebenaran yang menyakitkan.

Saat sudah selesai mandi, aku langsung mengganti bajuku. Aku mengenakkan baju yang aku pakai ketika pertama kali bertemunya, sweatshirt berwarna coklat muda dipadukan dengan celana katun berwarna coklat tua. Ah, aku terlihat berbeda sekarang. Sepertinya, aku kehilangan beberapa kilo. Aku terlihat lebih kurus di cermin.

Memento VivereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang