dua

118 22 0
                                    

Aku mengawali hari ini dengan mengerjakan proyek yang harus aku selesaikan. Tenggat waktunya masih panjang, aku hanya mengerjakan sebagian kecil tiap hari. Kebetulan, klienku juga sangat pengertian. Mereka tahu aku sedang melalui masa duka.

Hari ini, aku akan mengunjungi tempat di mana aku dan Cynthia melakukan kencan pertama kami. Aku ingat aku sebenarnya ingin untuk membawanya menonton film, tetapi Cynthia mengatakan bahwa jika kami menonton film, kami tidak bisa mengenal satu sama lain lebih jauh. Ia ada benarnya juga sih. Aku bersyukur kami tidak jadi menonton film. Kalau bukan karena itu, aku tidak akan mendapatkan cerita-cerita dari Cynthia.

Kencan pertama kami dilakukan di sebuah taman. Aku membawa alas dan menjemputnya di apartemennya. Kami pergi ke toko swalayan bersama waktu itu. Semuanya dibeli, ujung-ujungnya, hanya beberapa saja yang dimakan. Good times.

Aku sudah menyelesaikan beberapa hal terakhir untuk proyek ini. Sisa hari ini akan aku habiskan bernostalgia. Seperti biasa, aku akan mengenakkan baju yang sama. Sebisa mungkin, aku akan membuat suasananya sama seperti dulu.

Hari masih pagi, udara masih belum terlalu panas. Aku memutuskan untuk menggunakan transportasi umum. Bensin mahal, sayang kalau dipakai untuk perjalanan jarak dekat seperti ini. Aku tidak memiliki urgensi untuk segera sampai sehingga aku tak mengapa harus menghabiskan banyak waktu menunggu bis datang.

Untuk mencapai halte bis yang aku tuju, aku harus berjalan sekitar tiga ratus meter. Aku tak masalah dengan durasi maupun jaraknya, kemampuan untuk berjalan kaki merupakan suatu kemewahan di Jakarta. Daerah sekitar tempat tinggalku beruntung memiliki banyak trotoar. Aku seharusnya bersyukur dapat berjalan kaki sejauh ini.

Seperti yang aku sampaikan sebelumnya, udaranya masih belum terlalu panas. Aku tidak tersiksa berjalan sejauh itu. Seharusnya ia berada di sampingku sekarang dan kami bergandengan tangan. Apa boleh buat? Semuanya telah terjadi.

Aku tidak menunggu terlalu lama di halte bis, bisnya datang dengan cukup cepat. Aku hanya melamun saja di dalam sana. Aku melihat beragam orang di trotoar. Mereka pasti memiliki kehidupan masing-masing. Hal itu selalu membuatku tertarik.

Setelah sepuluh menit, aku sudah harus turun kembali. Setelah perpindahan rute bis ini, aku tidak harus pergi berpindah lagi. Jaraknya tidak terlalu jauh. Aku hanya butuh berjalan selama delapan menit. Hampa sekali rasanya berjalan sendirian di kota yang bising ini. Klakson, suara mesin mobil, dan riuh pembicaraan memenuhi telingaku. Dahulu, aku biasa-biasa saja, bahkan ikut serta dalam semua ini, sekarang, yang aku rasakan hanyalah kesepian. Kesepian ini sudah terlampau dalam, membuat semuanya terasa semakin melelahkan.

Bis datang dengan cepat lagi. Aku tidak perlu menunggu lama di halte bis. Bagus, aku tidak perlu menatap kosong ke arah jalanan untuk waktu yang terlalu lama. Bisa-bisa aku kembali ke kebiasaan buruk. Aku akan mulai berandai-andai lagi. Apalagi jika aku melihat ada pasangan bahagia melalui salah satu jendela mobil. Apakah aku sudah berubah menjadi orang yang sinis sekarang? Aku pun tidak tahu, waktu yang berlalu belum terlalu panjang. Terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan.

Dalam bis, aku mencoba tidak terlalu memusingkan semuanya. Aku membuat volume musikku lebih kencang dan menatap ke arah kakiku. Ini jauh lebih baik daripada melihat keluar ke arah jendela. Kenangan-kenangan itu tidak dapat dibendung. Mereka menghantamku bersamaan.

Sepuluh menit berlalu begitu saja. Aku akhirnya sampai di halte tujuan. Aku keluar dari bis dan berjalan untuk beberapa saat hingga gerbang masuk taman. Senyuman tidak bisa tertahankan lagi. Bibirku bergerak dengan sendirinya.

Aku berjalan menelusuri jalan setapak, melihat-lihat sekelilingku. Tempat ini telah sedikit berubah. Aku menyadari pohon-pohon yang terlihat lebih rapi. Tanpa berpikir panjang, aku langsung menghampiri tempat yang kami duduki beberapa tahun yang lalu. Aku menggelar alas yang aku bawa dan mulai merenung. Aku harap kehidupan tidak berakhir setelah kematian agar ia bisa melihatku sekarang.

Memento VivereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang