02. Kerja

2 0 0
                                    

Syahlaa Annisa Shiriin

Aldi [16.10]
Syahla, ada waktu luang?

Aku bingung harus menjawab apa. Sedikit, ada perasaan terganggu, tetapi aku tidak boleh terlihat begitu. Bukankah aku cukup bersiap welcome karena cowok ini tidak terlihat macam-macam? Meskipun tidak banyak sikapnya kadang terkesan seperti hanya penasaran. Seperti sekarang. Untuk apa ia bertanya demikian?

Syahlaa A. Shiriin [16.12]
Maaf, buat apa ya?

Aku cukup penasaran akan alasannya, tetapi balasan dariku hanya bercentang satu. Alhasil, aku memasukkan ponsel ini ke dalam tas. Lagi pula, tidak ada pesan lagi yang harus kubalas.

Namun, belum dua menit ponselku tenang di dalam tas, ada panggilan masuk. Dari Mamah ternyata. Aku buru-buru mengangkatnya.

"Halo, Mah? Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam, Neng. Udah pulang kerja, Sayang?"

"Udah, Mah."

"Udah mandi?"

Aku melihat badan. Masih kucel dan bau keringat. "Belum, habis ini mau langsung mandi."

"Iya, jangan mandi malem, ya. Gak baik buat kesehatan."

"Iya, Mah."

"Neng?" Mamah kembali memanggil. Aku sudah tidak asing dengan nada panggilan seperti ini. Dan aku tidak keberatan untuk itu. Aku selalu menetapkan dalam hati bahwa ia adalah orang tuaku meski kami kini tidak terlalu dekat. Bahkan, kami hanya terlibat percakapan via telepon kalo sedang ada keperluan. Jarang sekali jika hanya bertukar kabar, apalagi untuk sekedar bertanya sudah makan atau belum.

"Iya, Mah? Ada kenapa?"

"Mamah boleh pinjem uang? Buat beli tas adekmu yang resletingnya udah jebol. Bapa lagi gak memungkinkan, soalnya sempet libur seminggu kemarin pas bosnya lagi liburan."

"Iya, Mah. Berapa?"

"Lima ratus ribu aja."

Mah, padahal baru saja dua minggu kemarin aku mentransfer uang senilai dua kali lipat dari yang Mamah minta sekarang. Ingin sekali aku berujar demikian, tetapi aku tidak boleh berlaku kurang ajar.

"Oke, Neng transfer sekarang, ya."

"Iya, Neng. Makasih, ya. Maafin Mamah yang ngerepotin Neng terus."

"Nggak kok, Mah. Nggak apa-apa."

"Yaudah, Neng sehat-sehat di perantauan, ya. Nanti kalau pulang jangan lupa ke rumah Mamah juga. Yang kangen Neng bukan cuma Nenek, tapi Mamah juga."

"Iya, Mah, nanti Neng usahain."

"Mamah kangen Neng kecil."

Neng juga kangen, Mah. Ingin sekali aku berujar demikian, memberi tahu Mamah kalau aku juga rindu kehidupanku yang penuh bahagia.

***

"LIHAT ITU LAYAR?! MERAH TERUS BISANYA! TARGET TUH PERHATIIN!"

Buku Kosong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang