Ternyata benar

10 1 0
                                    

Aina Khoir.
Nama lengkap dari wanita-ralat gadis kecil yang sekarang sedang linglung itu. Dirinya masih tidak percaya jika dia mengalami perputaran waktu dalam hidupnya. Dia pikir itu hanya di drama atau di cerita saja, tapi sekarang apa? Dia malah mengalaminya sendiri, itu terlalu aneh untuk dipikir secara logika menurutnya.

"Kalo dipikir-pikir mending gak usah dipikir. Yang ada malah tambah mumet³ kan, mending turu⁴ lagi."

Tapi belum sempat dia merebahkan tubuhnya kembali, kupingnya malah dijewer oleh neneknya.

"Dadi kate turu maneh, udah pagi bukannya cepet-cepet bangun malah mau tidur lagi. Arek wedok kok cek beluse, sana cepet mandi habis itu sarapan. Langsung bantuin Mak nyapu-nyapu rumah sana."

Dengan langkah gontai akhirnya Aina pergi ke belakang untuk segera mandi. Satu hal yang paling membuatnya malas, pas zaman sekarang (dulu) masih tidak ada kamar mandi di rumahnya. Jadinya dia harus mandi di tempat dekat cucian piring dan itu tepat di sebelah lahan terbuka, yah walaupun ada tembok bambu miliknya tapi tetap saja akan keliatan jika ada yang mengintipnya. Dia kan malu walaupun sekarang dia kembali menjadi anak berumur 7 tahun, jiwanya kan sudah besar wajar kalau kebiasaan malunya semakin tebal.

Tapi lagi-lagi dia dibuat kaget, disamping rumahnya seharusnya tidak ada dinding tembok. Tapi kenapa sekarang malah ada, dan itu seperti bangunan rumah. Bukannya di sebelah itu hanya ada lahan kosong, kalaupun akan di dinding tembok bukannya itu masih lama.

Tak ambil pusing, dia pun cepat-cepat mandi karena takut kepergok neneknya. Ah satu lagi yang membuatnya tidak suka, sabun mandi miliknya masih berbentuk batangan dan dipakai bersama. Dia yang jijikan padahal juga suka buat kotor itu ingin menangis rasanya, dia rindu sabun cair miliknya (di masa depan) rasanya dia ingin cepat-cepat besar agar bisa beli sendiri sabun kesukaannya. Ah tidak dia malas untuk bekerja di masa depan, jadi biarkanlah kali ini ia menikmati masa kecilnya walaupun agaknya kesusahan.

Setelah selesai mandi, dia buru-buru ke dalam kamar dan bergati pakaian. Dilihat-lihat pakaiannya ternyata banyak juga walaupun sudah kuno semua, akhirnya dia memilih kaos putih biasa begambar Mickey mouse dan juga celana jumbo selutut.

"Udah selesai mandinya? Sini tak kuncir dulu rambutnya habis itu pakai bedak."

Wah perasaannya kembali tidak enak, ini pasti bedaknya warna putih setelah itu dipakai secara tebal dimukanya. Bagi mereka orang tua, melihat anaknya setelah mandi di olesi bedak dengan tebal itu pasti kelihatan segar karena khas sekali dengan anak kecil. Tapi bagi Aina yang jiwanya sudah besar ini, itu seperti aib besar yang akan terpampang dimukanya. Ini yang dia benci menjadi anak kecil, selain harus diatur-atur, dia juga tidak bisa melawan karena takut kena geplakan tangan Mak nya yang besar itu.

"Aina kuncir sendiri aja, Aina bisa kok"

"Ah gak usah, nanti makin lama kalo kuncir sendiri. Lagian emang bisa wong rambutnya panjang gitu kok. Udah sini jangan ngebantah aja omongan orang tua."

Dengan berat hati akhirnya dia rela saja walau terpaksa. Lagi-lagi dia takut kena gampar, sakitnya itu gak main-main menurutnya. Seperti biasa, Maknya itu suka sekali mengepang dua rambutnya dan itu dilakukan setiap hari.

"Nih udah selesai sekarang tinggal pakai bedak aja."

"Pake sendiri aja, kalo yang ini Aina bisa kok."

"Ya udah nih, habis itu sarapan. Jangan lupa nyapu-nyapu rumah sebelum itu di lap-in semua yang di meja debunya, di lemari juga. Jangan asal nyapu, di kolong meja juga di sapu biar bersih."

Ah, lagi-lagi dia mendengar wejangan seperti ini lagi, setelah sekian lama dia tidak mendengarnya.

"Iya Mak"

Balik WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang