Hari pertama sekolah

9 0 0
                                    

Gak pas waktu dewasa, gak pas sekarang dia kembali kecil, bangun pagi itu memang hukumnya wajib. Dan Aina paling benci dengan yang satu itu, baginya bangun pagi hanya merusak mimpi indahnya yang belum usai. Mandi pagi juga termasuk didalamnya. Itu adalah paket lengkap untuk merusak moodnya hari ini.

Setelah semua rangkaian itu selesai, Aina juga harus bersiap-siap berangkat ke sekolah untuk pertama kalinya setelah dia kembali menjadi gadis kecil. Yang dia pikirkan kali ini, bisakah dia bertingkah selayaknya anak kecil berumur 7 tahun pada umumnya. Mungkin untuk sekarang orang sekitarnya tidak menyadari dengan perubahan sikapnya, tapi lama-kelamaan bukannya akan terasa juga.

Aina bingung, dulu sewaktu dia kecil bagaimana tingkahnya terhadap lingkungannya. Manja kah? Periang kah? Atau malah biasa-biasa saja?
Bagaimana dia harus bersikap, dia juga juga tidak tau. Ah entahlah, biarlah nanti dia pikirkan kembali, sekarang sudah waktunya dia berangkat sekolah.

Ngomong-ngomong, dimana Galuh? Bukannya dia sudah membuat janji dengan Aina untuk berangkat bersama? Ini bahkan sudah hampir mendekati jam 7 pagi, walaupun sekolah mereka dekat tapi langkah kaki mereka kan masih kecil. Pasti akan memakan waktu lama untuk sampai di sekolah.

Aina mendesah, dia bimbang. Haruskah dia menjemput Galuh ataukah berangkat sendiri. Dia tidak ingin mengingkari janji yang sudah ia sepakati, tapi waktunya sekarang sudah mepet sekali untuk bel sekolah berbunyi. Akhirnya dia memilih keluar rumah untuk melihat apakah Galuh juga sudah bersiap di depan rumahnya.

Saat sudah di depan pintu rumahnya, Aina keget melihat Galuh malah sudah berjongkok di depan pagar miliknya. Kenapa Galuh tidak bilang kalau dia sudah didepan rumahnya, Aina kan juga menunggunya dari tadi. Kalo begini kesannya buang-buang waktu, pikirnya.

"Galuh, kok gak manggil sih kalo udah dateng? Aku kan juga nunggu kamu dari tadi di dalem rumah."

"Eh maaf ya Na, aku kira kamu emang belum siap. Jadi aku gak manggil kamu dulu."

Aina hanya menghela nafas mendengar jawaban polos yang keluar dari mulut kecil temannya, dia lupa jika dia berhadapan dengan anak berumur 7 tahun sekarang ini.

"Iya gak papa, tapi besok-besok panggil aja. Aku gak mau saling nunggu padahal waktunya udah mepet gini."

Melihat Galuh mengangguk, Aina langsung menggandeng tangan milik Galuh. Entah kenapa itu hanya seperti insting yang terbiasa menggandeng tangan kecil milik ponakannya waktu dia besar saat itu. Galuh pun nampaknya tidak masalah dengan Aina menggandeng tangannya, dia terlihat baik-baik saja.

°°
Ternyata saat sampai sekolah, para siswa SD sudah berkumpul untuk melakukan upacara hari senin. Untungnya mereka masih sempat mengikuti dan tidak mengalami kendala seperti hukuman karena telat masuk sekolah. Mungkin karena keduanya masih murid kelas 1, jadi masih bisa dimaklumi.

Aina lalu menyeret Galuh ke barisan dekat pentas sekolah, karena itu memang barisan anak SD kelas 1 seingatnya dulu. Mereka pun berada di barisan paling belakang karena sampai paling akhir.

Setelah beberapa menit upacara akhirnya dilaksanakan, tidak semua murid nampak hikmat mengikuti upacara hari senin tersebut karena memang yang mengikuti hampir sebagian anak kecil yang masih dalam tahap belajar bagaimana cara bersikap.

Beda dengan Aina yang terlihat tenang di antara teman-temannya yang sekarang saling berbicara, dia ini kan memang berjiwa orang dewasa. Wajar sekali kalau dia bersikap seperti itu, lain halnya kalau dia malah ikut-ikutan berisik itu malah terlihat aneh pikirnya.

Tapi sepertinya bukan Aina saja yang terlihat diam menikmati upacara kali ini, Galuh yang di sampingnya pun ikut diam seakan mengerti jika upacara itu memang harus bersikap seperti itu. Aina memang heran dengan sikap Galuh bahkan dari kemarin dia berkenalan, dia tidak seperti anak seumurannya dalam bersikap ataupun bertutur kata. Yah walaupun Aina juga sama saja sih, tapi kan ini karena memang jiwanya sendiri sudah mengalami pertumbuhan sebagai orang dewasa. Lain halnya dengan Galuh, tapi entah lah mungkin didikan orang tuanya berpengaruh juga dengan segala tindakan anak tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Balik WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang