"Kalian sudah sebesar ini namun malah bertengkar seperti anak sekolah dasar, satu lawan tiga, Lalisa, bagaimana kau sebagai anak perempuan bisa begitu brutal memukul tiga anak laki-laki."
Lisa hanya diam di hadapan guru konseling yang tengah mengurus kasus mereka, untung saja hidungnya sudah berhenti mengeluarkan darah, namun Lisa merasa sedikit linu di area lengannya, entah siapa di antara ketiganya yang memukul lengannya tadi, dia juga tidak tahu, semuanya terjadi dengan cepat.
"Kami naik dan akan kembali ke kelas, namun Lisa tiba-tiba keluar dari kelasnya, seperti orang kesetanan memukul Kai tanpa alasan."
Lisa memutar bola matanya malas, apa dia gila dengan memukul orang sembarangan tanpa alasan? Namun biarlah, biarkan pria-pria lemah di sampingnya membela diri mati-matian terlebih dahulu.
"Aku bahkan tidak pernah berinteraksi padanya, dia memang terkenal sebagai anak yang nakal bukan? Dia memang ingin mencari masalah saja denganku." Kai membuka suaranya sambil memegangi rahangnya yang begitu nyeri karena mendapat pukulan beberapa kali dari Lisa.
Sebagai seseorang yang pernah mengikuti kelas bela diri, Lisa tahu titik mana saja yang dapat membuat lawannya tumahng dengan cepat, dia jadi ingin berterima kasih dengan orang tuanya karena dia bisa menggunakan ilmu bela dirinya dengan baik di usia dewasanya sekarang padahal dia dulu sampai menangis, memohon agar ayahnya tidak memaksanya untuk mengikuti kelas bela diri.
"Apa kau terluka, Lisa?" Tanya guru pria itu, bagaimanapun juga Lisa adalah perempuan yang dipukul oleh tiga laki-laki, "jangan dipikirkan aku, mereka yang lemah ini lebih harus mendapatkan perawatan khusus setelah terkena pukulan yang aku berikan." Ucap Lisa dengan nada meledeknya, membuat Kai dan kedua temannya semakin terdengar marah.
"Apa masalahmu dengan mereka sebenarnya? Kenapa kau tiba-tiba memukul mereka?" Lisa membasahi bibirnya, ini saatnya, dia harus membeberkan alasan kenapa dia menyerang Kai dan kedua temannya.
"Kai tahu apa yang dia lakukan sampai aku memukulnya, jangan berpura-pura bodoh, sialan." Ucap Lisa, dia bahkan masih menendang betis siswa yang juga berdiri di sampingnya sekarang.
"Ya! Sudah, jangan bermain fisik lagi, jelaskan apa yang sebenarnya tanpa ditutup-tutupi, apapun itu, kalian berdua sama-sama salah karena membuat keributan apalagi sampai menggunakan kekerasan fisik." Sang guru menengahi, Lisa kemudian mengeluarkan kertas yang sudah dia remas dari dalam saku seragamnya.
"Kai menempelkan tulisan ini di punggung Jennie, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Kai menghampiri Jennie di lapangan lalu merangkul Jennie, namun tangannya menempelkan kertas ini." Ucap Lisa yang langsung memberikan kertas itu pada guru mereka.
"Ya! Jangan memfitnahku sembarangan." Lisa langsung berdecih mendengarnya, "apa aku harus memanggil Jennie juga agar dia yang menjelaskan semuanya?" Balas Lisa setelahnya.
"Jadi, kau membela Jennie?" Lisa mengangguk, "ya.. dia ketua kelas kami, dan kau bisa membaca sendiri apa tulisan di atas kertas itu, Seonsangnim. Aku tidak terima jika ketua kelas kami dilecehkan oleh laki-laki seperti ini." Ucap Lisa setelahnya.
"Kai, apa maksudnya ini? 'Dekati aku dan aku akan membuka bajuku gratis untukmu', kau menempelkannya di punggung Jennie?" Lisa mengeraskan rahangnya sambil menatap Kai, tangannya kembali terkepal begitu guru konseling malah kembali membacakan satu kalimat yang sangat tidak pantas itu, jika dia boleh kembali memberikan bogeman pada Kai, dia akan melakukannya.
"Bagaimanapun ini pelecehan! Jennie menjadi pusat perhatian dan semua karena perbuatan menjijikkannya." Lisa kembali memanasi keadaan dan guru mereka kemudian bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET - JENLISA [G×G]
FanfictionDi mata Lisa, Jennie hanyalah seorang ketua kelas yang culun dan menyebalkan. Di mata Jennie, Lisa hanyalah seorang anak nakal yang tidak pernah patuh pada peraturan. Lisa merasa terganggu dengan si ketua kelas yang terus mengatur dirinya, namun tan...