38. Maaf Kesekian Kalinya

4.9K 304 16
                                    


Baru selesai ngelaprak. Langsung keinget kalian.


Happy reading guys


-

-




"Gimana kabar lo? Baik?" tanya Selena tenang. Sumpah, dia bukan tipe orang yang mengajak bicara terlebih dahulu seperti ini.

Tapi ia belajar banyak dari Avisena.

"Avi bilang kalo dia selalu lindungin lo buat ngga dengerin kata kasar. Sorry ya, gue terbiasa pake lo gue kalo ngomong." Lara mengerjap. Tak tahu harus mengatakan apa. Mereka tak sedekat itu sampai mengobrol se serius ini.

Kini keduanya berada di toilet depan kaca. Hanya memastikan jika mereka hanya berbicara sepasang mata.

"Semalem Avi bilang. Dia nyesel ngomong gitu sama lo. Gue tampar kok orangnya. Gue ngga setuju sama apa yang dia lakuin." kata Selena berusaha terlihat membela Lara.

Sementara Lara yang mendengar itu sedikit membulatkan matanya. Selena menampar Avisena?

"Jangan. Avi ngga salah," lirih Lara menatap nanar.

Selena meneguk ludahnya sendiri. "Kalian sama-sama terjebak takdir yang jahat sama kalian. Gue nampar Avi bukan karena dia jahat, tapi buat nyadarin kalo lo bukan sepenuhnya orang yang patut disalahin dari semua luka dia," jelas Selena maju selangkah.

Lara membuang pandangannya kearah lain. Hatinya merasa bergetar. Iya, selama ini Avi selalu menyalahkan dirinya saat pemuda itu membahas takdirnya. Antara pemuda itu yang merasa kehilangan perhatian dan terkadang,

menyalahkan Lara atas kematian Bunda.

Dada gadis itu terasa sesak. Seperti biasa ia mencegah air matanya agar tak jatuh itu dengan mendongakkan kepalanya. Tak ada kata yang bisa terucap. Ia sibuk mengontrol dirinya. Lagi diiringi rasa gugup karena Selena terus menatapnya iba.

"Jangan..."

Selena hendak memegang pundak Lara khawatir. Gadis itu nampak berkali-kali berusaha menenangkan diri dari tubuhnya yang terus bergerak.

"...tolong jangan natap aku kasihan," rintih Lara bergetar.

Ia meneguk ludahnya susah payah. Berusaha menelan suara rintihannya agar tidak terdengar jelas. "...aku jadi ikut kasihan sama diriku sendiri..."

Pecah. Tangisan gadis itu seketika pecah saat Selena dengan cepat menarik tangannya dan memeluk gadis itu erat. Dadanya benar sesak sekali. Lara bersumpah untuk itu.

Dia merasa runtuh saat diingatkan semuanya. Dirinya yang menjadi luka terbesar untuk kakak kandungnya sendiri.

Selena berkali-kali mengelus punggung gadis itu. Sesekali mengusap kepalanya.

"Tolong bilangin Avi. Aku minta maaf." Lara terisak. Berusaha melanjutkan ucapannya.

"Minta maaf karna udah jadi luka buat dia. Aku pengen ngomong sendiri tapi takut..." rintih Lara kembali.

Selena memejamkan matanya. Mengeratkan pelukannya. "Ngga papa. Lo ngga salah. Jangan ngomong gitu."

Dengan suara yang masih terisak, Lara menggelengkan kepalanya. "Engga... aku salah. Aku yang ngerebut kebahagian Avi. Bunda meninggal karena aku... bilangin Avi aku minta maaf. Aku ngga bakal ngabisin uang buat ke psikiater lagi. Aku ngga butuh obatnya. Aku udah sembuh, aku ngga bakal ngamuk lagi jadi ngga perlu disuntik obat bius mahal itu. Ngga perlu..."

Sea For Blue Whales [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang