{ Selamat membaca }
A
rini, sosok tetangga yang baik perangainya. pembawaannya yang keibuan membuat Chara nyaman-nyaman saja di dekatnya. Arini pun demikian ia sangat suka anak-anak. Namun, di usianya yang tak lagi muda, tuhan belum menghendakinya mendapat momongan. dengan adanya Chara membuatnya merasa mempunyai seorang malaikat kecil di hidupnya.
Gadis cilik itu sangat lucu. Dengan mata bulat dan bulu mata lentik juga surai kecoklatannya berhasil membuat Arini jatuh hati. Tingkah lakunya yang selalu ada-ada saja. Mulai dari perbuatan lucu, gemas, hingga terkadang membuatnya pusing tujuh keliling. Tak ada yang dapat mengerti apa yang ada di benak anak kecil ketika melakukan hal-hal lucu tersebut.
Sayangnya, hari ini ia belum melihat anak itu dari pagi. Padahal biasanya anak itu akan terlihat sibuk bermain di jam segini. Rumah mereka memang bersebelahan, hanya terhalang pagar yang tingginya hanya sepinggang orang dewasa. Jadi hanya dengan melihat dari teras atau dari balkon lantai dua rumahnya, ia sudah bisa memandangi Chara yang bermain di pelataran.
Merasa janggal, lantas Arini memutuskan untuk pergi ke rumah tetangganya itu.
{Bersambung}
Vote, for support
“Permisi,” ucapannya sembari mengetuk pintu bercat putih itu.
“Dek Sarah… Ini Saya Arini” panggilnya pada sang pemilik rumah sekaligus Ibunda Chara.
Entah mengapa perasaannya tak enak. Lantaran sang empu tak kunjung menyahut. Tidak biasanya Sarah seperti ini. Ia paham persis tetangganya itu tipe yang tanggap. Ia tak akan membiarkan tamunya menunggu lama di depan pintu.
“Dek Sarah…” panggil Arini sekali lagi. Namun tetap hening seolah tak ada kehidupan di dalamnya.
Arini membawa tungkainya menjauh dari pekarangan rumah. Menyerah untuk kembali mengetuk pintu rumah si tetangga.
Baru saja ia meraih gagang pintu rumahnya. Suara nyaring yang khas menyapa keras gendang telinganya. Dengan Segera ia memutar balik rute, menuju rumah sebelumnya.
Raut mukanya tersirat akan kekhawatiran. Suara itu adalah suara yang sangat ia kenali. Suara Chara!
Semakin lama suara itu semakin keras melengking. Buru-buru Arini menggedor-gedor pintu rumah bercat putih itu.
“Chara.. nak.. buka pintunya sayang, ini tante Rini,” Teriaknya tak sabaran.
Arini semakin panik dibuatnya karena suara Chara yang lama-lama semakin melirih. “Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apakah Chara baik-baik saja?” Pikiran Arini semakin kalut memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang sedang gadis kecil itu alami.
Seperti ditarik paksa dari jurang overthinking, ketika ia melihat jendela rumah yang sedikit terbuka.
Dilihatnya perabotan memasak. Sepertinya ini kawasan dapur. Netra itu mulai menelisik tiap-tiap sudut ruangan. Terlihat olehnya, kulkas terbuka dengan tumpahan kecap dan banyak makanan berserakan di lantai. Beberapa isi kulkas berjatuhan. Seperti baru diobrak-abrik maling kulkas.
Ia hanya bisa mengintip. Karna jendela itu lumayan tinggi sebatas dada. juga terdapat sekat-sekat besi di sana. Sangat tidak memungkinkan untuknya masuk.
Jika menelepon Sarah, ia tak memiliki nomor handphonenya.
Arini baru saja pindah ke lingkungan ini beberapa minggu yang lalu. Ada banyak hal yang harus diurus olehnya. Selamatan rumah, pengajian dan banyak lagi urusan kepindahan. Ia tak sempat bertukar nomor handphone dengan Sarah. Dan dilihat-lihat tetangganya itu juga jarang keluar rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/367694631-288-k375780.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Charamel 🍭🥞
AcakKeluarga chara bahagia, keluarga chara utuh, itu yang chara tahu, dan itu yang terlihat di mata orang-orang. Namun chara hanyalah bocah lugu yang hari-harinya selalu di isi dengan bermain. Setiap hari bunda akan membangunkannya saat matahari mulai m...