Mereka terkulai lemas, masing-masing dengan tubuh telanjang tanpa sehelai benang pun.
Petter berbaring disamping dasha, keduanya saling memandang satu sama lain.Seulas senyum tersungging di bibir ranum dasha, "Aku akan segera hamil anakmu"
Petter tak menjawab apapun, matanya sayu. Tak lama kemudian ia terlelap.
Entah beberapa lama petter terlelap, tetapi tatkala ia sadarkan diri, seketika matanya terbelalak menyaksikan kolam berisi api di hadapan nya yang sudah siap membakar tubuhnya. Petter memberontak, namun tangan nya sudah di ikat dengan tali. Beratus-ratus makhluk berbagai bentuk menyaksikan nya dengan tertawa. Di singgasana juga terdapat raja Brose dan putri Dasha di sampingnya.
"Nah pangeran Petter, engkau telah mengawini putriku. Dan putriku bilang dia sangat puas. Untuk itu aku tahap terakhir untuk menjadi raja adalah, kau harus membuka tali itu lalu lompat ke batu. Jangan sampai terkena api di dalam kolam itu" raja Brose tersenyum lebar.
Petter menatap kobaran api dan bergidik ngeri, wajahnya memucat.
"Keluarkan aku dari sini," teriak Petter. "Aku bukan pangeran, aku juga bukan orang kaya!"
Raja Brose memandangnya berang, "Lempar dan banting dia di kolam api"
"Tidak bolehkah kami menghajarnya terlebih dahulu, Rajaku?" Tanya mereka sambil melompat.
Raha mengangguk letih, lalu memejamkan mata.
Petter menarik tali dengan sangat keras, iya mengayun-ngayunkan tubuhnya. Hingga akhirnya tali itu mengendur dengan segera Petter mengayunkan nya dengan kencang hingga ia melompat dan kakinya menapak pada batu di pinggirnya, ia hampir terpeleset namun dengan segera putri Dasha menangkap tangan nya.
Petter menatap manik mata Dasha, kemudian ia mengelus pipi nya dengan lembut, lalu berlari dengan sangat kencang.
"Enyah kalian, Setan!" Teriak Petter sambil melompat ke tungku.
Makhluk-makhluk buruk itu menyeret turun, kemudian menggigit perut Petter dan menarik-narik rambut blondenya.
"Argh! Lepaskan!" Teriak Petter, berusaha melepaskan diri melalui pintu menuju ke ruang bawah.
"Tutup semua pintu keluar!" Pekik manusia kecil dengan wajah yang buruk rupa.
Petter berjuang melawan manusia manusia kerdil yang menggelantung di telinga nya. "Lepaskan!" Teriaknya.
Manusia kerdil itu terpelanting, namun sesaat kemudian kembali menyerbu. Akhirnya Petter terjatuh berpuluh puluh manusia kerdil menindih tubuh nya.
"Kami berhasil merobohkan nya!" Jerit mereka penuh kemenangan.
"Kuliti saja hidup-hidup!" Jerit yang lain.
Petter tidak berkutik, bibirnya bergerak-gerak merintih, "Ibu, tolong! Mereka akan membunuhku..."
Tiba-tiba terdengarlah dentang lonceng gereja. Seketika makhluk makhluk itu melepaskan Petter dan lari lintang-pukang dari ruangan itu disertai jerit ngeri mereka.
Petter membuka mata, ia tak percaya bahwa dirinya masih hidup.
"Siapakah yang membunyikan lonceng menyelamatkan nyawaku?" Pikirnya sambil tertatih-tatih keluar dari gua.Dan di malam yang gelap itu Petter jatuh-bangun menuruni bukit, sampai akhirnya ia tiba di dekat gereja tua desa Heggstad. Ia sangat heran melihat seorang gadis jelita yang menarik tali lonceng gereja itu sekuat tenaga.
"Solveig?" Ucap Petter tak percaya.
"Aku tahu bukit itu dihuni setan-setan yang menakutkan," kata Solveig malu-malu. "Aku mencemaskan keselamatanmu. Tetapi kau tak apa tinggal di tempat ini? Seluruh penduduk mencarimu."
Hati Petter sangat tersentuh mendengar tutur kata Solveig, seorang gadis yang ia temui di pesta dansa saat ia menculik pengantin wanita tempo hari.
"Ikutlah aku Solveig, aku akan membangun sebuah pondok untukmu. Di suatu hutan yang jauh dari sini. Disana kita dapat hidup bersama-sama. Aku akan menyayangimu dan berjanji akan mengubah kelakuanku."
Mengingat kedua orang tuanya, Solveig menggeleng sedih. Maka berangkatlah Petter seorang diri ke hutan salju. Di sana ia mendirikan pondoknya. Jauh dari siapapun. Ia hidup dari daging rusa, buah arbei, dan minum air salju yang mencair.
Suatu sore, Petter melihat seseorang mendaki bukit salju. Menuju ke arahnya.
"Solveig!" Seru Petter tidak percaya, "Ah mustahil, tapi itu benar dia. Solveig mengapa kau kemari?"
"Angin memanggil-manggilku, ku dengar juga panggilan didalam mimpi-mimpiku, serta tangis ibumu yang telah tiada. Hari hari yang kosong dan malam-malam yang panjang mengatakan bahwa aku harus datang. Dan ketika orang-orang bertanya kemana aku akan pergi, aku menjawab, 'Pulang.' "
Petter menangis menyesali kematian ibunya, namun gembira karena Solveig akan hidup bersamanya. Ia menatap Solveig lekat,
"Hatimu tulus dan lemah lembut, Solveig." Mata Petter berlinang. "Ayo, ku gandeng kau memasuki rumah kita, meskipun pondok kayu itu tidak layak untukmu."
"Aku senang disini," kata Solveig. "Disini aku dapat bernapas lebih longgar. Di lembah sangat sesak, seakan di dalam kubur. Disini, aku dapat mendengar nyanyi pohon-pohon pinus. Aku benar benar kerasan."
Petter memeluk Solveig, kemudian mengelus rambut panjangnya yang halus.
"Masuklah, Solveig." seru Petter, "Aku akan mengambil kayu dan menghidupkan tungku."
Setelah Solveig masuk. Petter menutup pintu dan melangkah ke salah sebuah pohon dengan hati riang.
"Akhirnya, Putri idamanku benar-benar datang. Aku akan membangun sebuah istana kecil untuknya."
Lalu ia pun mengayunkan kapaknya, menebang kayu, membelahnya dan memotong-motongnya. Tiba-tiba ada sosok bayangan yang menutupi cahaya matahari. Petter menoleh.
"Selamat sore, Pangeran Petter"
Petter melihat seorang wanita yang bertutupkan tudung.
"Kau siapa?" Tanya Petter penasaran
"Ah, Pangeran Petter" wanita itu membuka tudungnya.
Seketika matanya terbelalak, melihat Putri Dasha yang kini tepat dihadapan nya.
"Kau mau apa?"
Putri Dasha tersenyum licik, "Pangeran Petter, kau ini tak tahu atau hanya pura pura?"
Petter mengangkat kapaknya dan hendak pergi, "Maaf aku tergesa-gesa"
"Kau selalu tergesa gesa." Putri Dasha menarik tangan Petter.
"Katakan sekarang, Kau mau apa? Aku tak punya uang untuk membayar mu!" Ucap Petter dengan nada meninggi.
Putri Dasha menjilat leher Petter, namun dengan segera Petter menjauhi tubuhnya.
"Aku tak butuh uang darimu, yang ku butuhkan. Satu malam lagi bersamamu. Karena kemarin hanya satu kali kita melakukan nya. Dan kau juga sudah sangat lemas. Bagaimana dengan malam ini?" Ucap Putri Dasha dengan wajah menggoda.
Petter membuang muka, ia tak mau dirinya hilang kendali lagi seperti kemarin.
"Ku mohon," Putri Dasha menarik tangan Petter dan meletakkan nya tepat dibelahan dadanya.
Dengan cepat Petter menarik tangan nya. "Sudah cukup!"
"Apa karena wanita itu? Baiklah jika karena wanita itu. Aku akan mengurusnya." Wajah Dasha murka.
Segera Petter menarik tangan Dasha, "Urusan mu denganku, bukan dengan nya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PETTER
Fantasy🔞⚠️ Hot scenes and sexual intercourse. Harap bijak dalam memilih bacaan. "Jangan pernah menyebut namanya jika kau tidak mau pria hyper yang datang dengan wajah tampan serta kepribadian yang sangat sulit ditebak. Membuat ruang dan waktu pun tak sang...