"Will you marry me?"
Lelaki itu tiba-tiba berlutut di depan Dara. Di tangan kanannya tergenggam kotak merah berisi cincin berlian. Malam ini memang istimewa. Diiringi bunyi deburan ombak, dibawah gemerlap bintang yang bertaburan. Dara bahagia bisa melakukan dinner romantis di pinggiran pantai dengan lelaki yang sudah tiga tahun dipacarinya. Namun lamaran ini tidaklah masuk di agendanya. Tubuh Dara membeku seketika. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Will you marry me?" ulang lelaki tersebut mengembalikan Dara dari dalam pikirannya. Ia mengangguk. Bulir-bulir air mata berlomba-lomba menetes.
"I will." Jawaban singkat Dara membuat sang lelaki tersenyum sumringah. Ia segera mengambil cincin dari dalam kotak. Memasangkannya pada jari manis Dara.
"Penipu!" suara melengking seorang wanita menginterupsi malam manis mereka berdua.
Tak jauh dari mereka berada, berdiri seorang wanita bergaun merah ketat dengan perut buncit. Ia menatap Dara dan kekasihnya dengan murka. Wanita hamil besar itu bergegas mendekat, menepis tangan Dara yang masih tergenggam sang kekasih hingga terlepas. Merebut cincin di tangan sang lelaki dan melemparkannya sembarangan sebelum melayangkan tamparannya ke pipi lelaki tersebut hingga terjerembab di atas pasir.
"Beraninya kamu selingkuh? Kamu nggak liat aku sedang hamil besar begini? Bisa-bisanya kamu melamar perempuan lain!" Sang lelaki hanya berdiam linglung, belum sadar dari keterkejutannya.
"Dan kamu?" wanita hamil itu beralih ke arah Dara. "Dasar wanita murahan. Berani-beraninya kamu menggoda suami orang yang istrinya sedang hamil besar! Apa kamu nggak punya perasaan?!"
Dara terbelalak mendengar perkataan wanita asing tersebut. Selama tiga tahun berhubungan dirinya tidak pernah mendengar kabar jika pacarnya sudah menikah. Apa selama ini dia terlalu percaya sehingga tidak pernah mengecek background pacarnya itu? Atau pacarnya saja yang terlalu pandai berdusta.
"Perempuan murahan!" Dara hanya menutup mata ketika perempuan itu melayangkan tamparan yang ternyata tak pernah mendarat pipinya.
"Cukup! Jangan sentuh dia!" Dara membuka mata dan mendapati kekasihnya menangkap pergelangan tangan wanita itu, mencegah wanita itu dari menamparnya.
"Kamu masih membela perempuan ini!" jerit sang wanita sejadi-jadinya. "Aku sedang mengandung anakmu! Dan kamu masih membela dia?! Aakkhh... Aaowhh...."
Mungkin perasaan terlalu emosional mempengaruhi kehamilannya. Tiba-tiba wanita itu meringis sambil mencengkeram perut besarnya itu. Dara merasa iba dan marah diwaktu yang sama. Apalagi saat sudut matanya menangkap air muka sang kekasih berubah. Yang awalnya kesal menjadi khawatir. Dara sadar ada yang tidak mengena disini.
"Cowok brengsek!" Kali ini Dara yang malayangkan tamparannya. Setengah berlari ia meninggalkan tempat tersebut.
"Please... Please... Dengar dulu penjelasanku!" Dara terus berjalan meski lelaki itu tetap mengejar. "Aku nggak kenal wanita itu. Aku bersumpah!"
"Dia sudah hamil besar seperti itu dan kamu masih saja mengelak? Untuk apa dia tiba-tiba datang mengganggu kencan kita kalau dia nggak kenal kamu?"
"Aku bersumpah, Ra. Kamu harus percaya sama aku!"
"Kalau aku nggak percaya sama kamu, nggak mungkin aku bertahan selama tiga tahun sama kamu tanpa tau kalau kamu sudah beristri!"
"Itu artinya kamu nggak percaya sama aku, Ra. Dia bukan istriku. Aku nggak kenal dia!"
"Sudahlah, Bi! Kita putus!" tegas Dara final. Di waktu yang sama dirinya juga sudah sampai di depan mobilnya. Ia segera masuk dan meninggalkan tempat itu dengan terburu-buru, tidak ingin lebih lama tinggal disana dan beradu argumen dengan seseorang yang sudah resmi jadi mantannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant Story
RomanceBerisi potongan-potongan dari cerita One Shot tentang kehamilan dan melahirkan. Cerita lengkapnya ada di akun Karyakarsa "NewTapana"