CHAPTER 5

726 111 5
                                    

Dava membuka matanya perlahan, rasa sakit terasa seolah tengah menggerogoti tubuh ringkihnya, ia ingin  bergerak guna memastikan apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya, sayangnya tubuh itu tidak dapat ia gerakkan.

Ya, Dava lumpuh total, ia tidak bisa bergerak bebas sekarang, dan hanya mampu untuk mengedipkan mata, bahkan untuk mengeluarkan sebuah suara saja ia tak mampu.

"Argh...." lirihnya, air matanya lolos begitu saja, ia tidak bisa menahan rasa sakit ini, kenapa ia harus hidup seperti ini? Bukan keinginannya ia menjadi seperti ini, sebenarnya dari mana semua ini terjadi.

Pintu kamar Noah terbuka, menampilkan sosok James yang datang sembari membawa makanan dan juga sebuah obat untuk Noah.

"Tuan muda, waktunya anda minum obat!" Ucap James, ia membantu membenarkan posisi Noah agar memudahkan untuk menelan.

Noah terlihat menitihkan air mata sembari menahan erangan saat James mengubah posisinya. Jujur saja, tubuhnya terasa sakit jika tersentuh, ingin menolak namun ia tidak mampu untuk bersuara.

James hanya bisa menahan perasaanya dalam hati, ia tidak tega melihat tuan mudanya seperti ini, dan waktu gerhana matahari masih tersisa 2 jam lagi, dan itu berarti tuan mudanya akan merasakan sakit lebih lama.

"Bertahanlah tuan muda...." tenangnya, walau pun sudah sering ia melihat tuan mudanya jatuh sakit, namun ini berbeda dengan sebelumnya, tuan mudanya sekarang terlihat begitu memprihatinkan, bibir pucat serta keringat dingin yang membasahi tubuh sang tuan muda.

Setelah makan dan minum obat, tubuh Noah kembali di baringkan, dan sekali lagi ia harus merasakan kulitnya terasa di cabik, bahkan Noah tidak bisa menghabiskan makanannya, padahal ia sebelumnya adalah tipikal anak yang sering sekali menghabiskan makanan yang telah di siapkan untuknya.

"Istirahatlah tuan muda, saya permisi." Pamit James, ia harus bergegas untuk melaporkan keadaan Noah pada Duke.

Lagi-lagi Noah harus di tinggal seorang diri tanpa adanya keluarga yang menemani, sungguh miris hidupnya, mereka bahkan lupa bahwa masih ada anak kecil yang masih membutuhkan sosok keluarga untuk mendampinginya.

.
.
.
.

"Bagaimana keadaan putraku?" Tanya Darius pada James, ia harap-harap cemas, semoga saja keadaan putranya jauh lebih baik dari yang ia harapkan.

James menggeleng sembari berucap, "keadaan tuan muda sangat buruk tuan, bahkan saya tidak tega harus menyaksikan raut kesakitan dari tuan muda. Tuan...." ucap James terjeda.

Muncul raut bertanya pada mimik wajah darius, "bisakah anda menemui tuan muda untuk kali ini tuan?" Melas James.

"Tidak." Jawab Darius cepat.

"Tapi tuan muda tengah kesakitan, dan tuan muda butuh anda tuan." Imbuhnya pada sang atasan.

" lalu jika aku menghampirinya akankah rasa sakitnya menghilang?.... tidak. Justru aku akan memperparah keadaan anakku sendiri. Jadi, haruskah aku ke sana dan menanyakan keadaannya sedangkan sudah jelas ia tengah menahan rasa sakit?" Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah ia lontarkan untuk sang bawahan.

"Keluar." Titah Darius pada James, tidak ada lagi kata yang dapat James ucapkan selain mengikuti titah sang tuan.

Bukan ia tidak menyayangi sang anak, ia amat sayang pada anak bungsunya, namun lagi-lagi kutukan itu yang menyebabkan ia tidak bisa bertindak secara langsung selain bersembunyi.

Dan sampai sekarang, ia masih di sibukkan dengan sebuah petunjuk yang mengarah pada sebuah buku kuno di abad 4 beberapa ratus silam, sayangnya keberadaan buku itu masih menjadi sebuah misteri, dan tugasnya sekarang mencari keberadaan buku itu, jika perlu ke ujung dunia pun akan ia lakukan, demi keluarganya, demi anaknya, dan demi peninggalan terakhir istri tercintanya.

.
.
.
.

Di sepanjang hari ini, Dava seperti mayat hidup, ia tidak bergerak, bahkan untuk bernafas saja ia sangat kesulitan.

Dan beruntungnya gerhana matahari telah usai, tubuh Dava yang semula sakit perlahan membaik, bahkan sekarang ia sudah bisa untuk bergerak dan duduk, sayangnya untuk berjalan kakinya masih terasa lemas, alhasil untuk hari ini ia akan berdiam diri di dalam kamar sampai kondisi tubuhnya pulih sepenuhnya.

Walau pun keluarganya tidak ada yang datang untuk sekedar menanyakkan keadaannya, setidaknya ia masih mempunyai pengawal yang senantiasa menjaga dan merawatnya.

Dan sekarang ia tengah bosan, tidak ada permainan yang bisa ia mainkan di dalam kamar selain permainan catur, yang entah sudah keberapa kali ia mainkan dengan James, dan aneh iya selalu menang, entah ia yang pintar ataukah James yang sengaja mengalah untuknya, namun tak apa, lagi pula ia juga senang melihat James mendapatkan hukuman atas kekalahannya.

Dava tersenyum lebar, di depannya James tengah berdiri dengan satu kaki dan kedua tangannya terangkat ke atas, jangan lupakan wajahnya yang penuh coretan tinta hitam milik Noah.

"Tuan muda, kapan ini berakhir?, kaki saya terasa mati Rasa." Ucap James memelas.

"Ha ha ha, rasakan, salah siapa kau kalah?!" Pekik Noah girang.

James tersenyum pasrah mendapat jawaban seperti itu dari sang tuan, lain kali akan ia pastikan menang untuk pertandingan berikutnya, ia tidak mengira hukumannya akan menyiksa seperti ini, lebih baik ia harus bertarung dengan ratusan orang dari pada berdiri dengan satu kaki, harga dirinya terluka, ingat itu.

Karena Dava sudah merasa puas melihat pengawal Noah ia jahili, akhirnya ia memerintahkan James untuk kembali ke posisi sebelumnya.

"Lain kali jangan mengalah." Ucap Noah memperingati sembari tersenyum tipis, apakah jika ia menyuruh James mempertaruhkan nyawa untuk melindunginya, james akan bersedia?.

"Bagaimana jika aku mati..." ucap Noah pelan yang masih di dengar oleh James.

"Saya pasti akan menyelamatkan anda, dan memastikan anda hidup." Ucap James yakin, tekadnya sudah bulat semenjak ia di sumpah menjadi pengawal pribadi Noah, bahkan ia rela untuk memberikan nyawanya untuk Noah, tidak ada gunanya sumpah prajurit jika yang ia lindungi saja mati karena kurangnya kekuatan untuk melindungi sang tuan.

"..... sudah lah lupakan, lagi pula aku akan mati dengan perlahan." Sahut Noah tak kalah yakin, dan waktunya tinggal satu tahun lagi.

James termangu, bagaimana bisa seorang anak yang masih berusia sembilan tahun memikirkan kematian dengan tenangnya?, seharusnya anak seusia tuan mudanya harus lebih banyak bermain, dan jangankan bermain bebas, baru beberapa menit saja kadang tuan mudanya sudah tidak kuat untuk melanjutkan permainan.

"Saya yakin anda pasti akan berumur panjang tuan muda, dan kalau pun anda meninggal, saya dengan kesadaran penuh pasti akan menyusul anda." Balas James.

Noah tersenyum tipis mendengar ucapan James, yang lagi-lagi di luar ekspektasinya sendiri, karena matahari yang mulai tenggelam, Dava memutuskan untuk tidur lebih awal, tubuhnya terasa lelah karena semua yang terjadi, dan tidak lupa ia memerintahkan James untuk meninggalkannya sendirian.







Bismillah......

Vote and coment juseyo.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the cursed duke's sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang