lima;end of shevaya

0 0 0
                                    

⚠️tw death, suicide, depression⚠️

Sagara Abumi Baswara, sudah hampir satu tahun Anin menjalani hubungan dengan laki-laki badung ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sagara Abumi Baswara, sudah hampir satu tahun Anin menjalani hubungan dengan laki-laki badung ini.

gadis itu sudah menginjak usia tujuh belas tahun dan duduk di kelas dua, sementara Sagara berada di kelas tiga.

semua nya berjalan dengan baik-baik saja, Sagara selalu lembut ketika berbicara dengannya, tak seperti saat ia berbicara dengan teman-teman nya, dan itu menyenangkan menurut Anin karena ia bisa melihat sisi lain dari pacarnya.

mungkin kehidupan Anin berjalan terlalu baik, hingga suatu hari saat ia pergi ke pusat kota bersama Sagara dengan tidak sengaja matanya menangkap seorang wanita yang amat familiar.

tidak salah itu pasti dia, Anin memperhatikan pergerakan nya dengan seksama, wanita itu sedang mengobrol dengan seorang pria di sebuah cafe, saat Anin melihatnya tertawa hati gadis itu sakit, dengan tidak sadar, ia memegangi bagian dadanya.

"nin"

"Anin"

Anin sadar dari lamunannya ketika Sagara mengguncang bahunya pelan.

"kenapa?" tanya laki-laki itu sedikit khawatir.

"ngga, kamu kenapa manggil?"

"kak sila nelpon, nyuruh aku ke ATM, boleh?" tanya Sagara sambil menunjukkan ponselnya pada Anin.

Anin mengangguk "boleh, aku tunggu di sana ya" gadis itu menunjuk cafe yang ia amati sedari tadi.

"iya, hati-hati nyebrang nya" peringat Sagara lalu laki-laki itu pergi.

Anin dengan cepat menuju cafe tersebut, takut wanita itu akan pergi.

sampai di sana, ia melihat wanita itu bersama seorang pria yang sedari tadi mengobrol dan tertawa bersama.

tidak basa-basi, Anin menghampiri meja nya lalu menepuk pundaknya, membuat obrolan kedua orang itu berhenti.

"eh, kamu siapa?" tanya wanita itu ramah.

Anin masih ingat dengan jelas wajah ini, wajah ramahnya, senyumnya, tawanya, suaranya, semuanya sama seperti tujuh tahun yang lalu.

tak salah lagi.

"mah, ini Anin, anak mamah" Anin meneteskan air mata ketika kalimat itu keluar dari mulutnya.

tenggorokannya sakit, dadanya sesak, nafasnya tersengal, semuanya terasa begitu menyesakkan.

"anak? Nadia, kamu punya anak?" tanya pria yang duduk disana kepada Nadia mamah Anin.

Nadia tertawa sarkas "tentu saja tidak sayang, mungkin dia salah lihat"

"mah, ini Anin mah, Hanindya putri mamah, mah ayo pulang mah, aku cuma tinggal sama abang, bapa udah meninggal tiga tahun yang lalu mah..."

suara nya tersendat, Anin menangis membuat orang-orang yang berada di dalam cafe merasa risih.

PADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang