empat;shevaya

2 0 0
                                    

Hal yang paling Anin inginkan sedari kecil adalah hidup seperti kakaknya yang mandiri.

dan hari itu pun datang, hari dimana Anin bisa belajar hidup mandiri dengan pergi ke luar dari kampungnya, pergi ke kota luar untuk belajar dan menambah pengalaman.

pada awalnya, kakak Anin menolak dengan mengatakan bahwa adiknya ini masih terlalu kecil untuk merantau, namun Anin tidak memedulikan itu, toh kakaknya juga pergi keluar kota saat seusianya.

sekarang, sudah hampir dua minggu Anin tinggal di rumah yang disebut kos oleh orang-orang.

dan sudah satu minggu semenjak Anin mulai sekolah.

baginya tak ada sesuatu yang istimewa, semua berjalan seperti saat ia ada di kampung, mempunyai beberapa teman, tidak terlalu populer, hanya sibuk belajar.

kehidupannya seperti itu

sebelum Anin bertemu Bumi-nya.

hari itu, Anin datang lebih cepat ke sekolah karna meninggalkan buku PR nya di meja, membuat gadis itu harus menyalinnya lagi.

namun kabar buruknya, saat sampai di sekolah gerbang nya masih tertutup.

baik, ini masih jam 05:45, mungkin para penjaganya saja masih tidur.

karena tidak tahu harus kemana, Anin berjalan menyusuri trotoar yang secara tidak langsung membawanya kebelakang sekolah.

sampai di sana, matanya tak sengaja menangkap sebuah warung sederhana.

"bu, mau beli gorengan" teringat ia belum mengisi perutnya tadi karena terburu-buru.

bu yeti yang di panggil pun melihat ke arah Anin.

"eleuhh~~jarang banget warung ibu kedatangan cewe, cantik lagi" bu yeti terkekeh sambil menghampiri Anin, meninggalkan gorengan yang di pasaknya di atas minyak panas.

"ayo ke dalam dulu bageurr~~" lanjut bu Yeti sambil membuka pintu, mempersilahkan Anin masuk kemudian gadis itu duduk di kursi yang ada di dekat etalase.

Anin bercakap-cakap ringan dengan bu yeti, sampai gorengan pesanannya selesai di bungkus.

"gamau makan disini aja neng?" tanya bu yeti sambil memberikan bungkusan yang berisi gorengan itu.

"ngga bu, saya makan di kelas aja, makasih ya bu" setelah menyerahkan uang, Anin pun berjalan menuju pintu.

saat kakinya melangkah, tak sengaja mata gadis itu melirik ke arah sofa yang berada di sudut ruangan, diatasnya ada seseorang yang sedang tertidur dengan wajah yang ditutupi salah satu tangannya dan badan yang ditutupi oleh jaket.

tidak berpikir terlalu banyak, Anin segera keluar untuk menuju gerbang, batinnya mungkin sekarang gerbang itu sudah terbuka.

disisi lain, orang yang sedang tidur di atas sofa tersebut bangun dari tidurnya, kini ia terduduk disana.

"tadi siapa bu?" tanya orang itu dengan suara sedikit serak.

"oh, tos bangun kasep?" bu Yeti menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari kompor.

"maaf, bu, lagian semalem papa saya ada di rumah, jadi kesini deh"

"ari Sagara, kenapa ga ke Hesa aja? disini mah takut ada maling"

orang yang bernama Sagara itu terkekeh geli "siapa yang mau maling saya bu?"

"siapa bilang maling kamu? maksud ibu mah maling warung ibu" sewot Bu Yeti "masuk teh masuk weh, ari pintu ga di kunci" lanjut bu Yeti masih ngomel.

"iya iya sorry sis" Sagara berdiri lalu berjalan ke luar, ia menggeliat kemudian menghirup udara pagi sebanyak mungkin.

"bu, tadi cewe namanya siapa?" tanya Sagara yang saat ini sedang duduk di kursi luar.

PADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang