~
Lampu kristal nan mewah yang tergantung di langit-langit memancarkan sinar gemerlap. Meja makan yang menghidangkan segala sajian yang menggugah selera, serta anggur merah yang melengkapi suasana pertemuan keluarga Hyuga dan anak serta menantu mereka.
Ruangan yang layaknya ballroom bangsawan dengan kesan mewah dan glamor disepanjang mata pasangan Itachi dan Hinata. Bagi Hinata yang tumbuh besar di mansion ini, ini bukanlah sesuatu yang mengherankan lagi baginya namun tidak bagi Itachi.
Pria yang biasanya merasakan kehangatan saat makan malam bersama istri dan adiknya dapat merasakan perbedaan besar dalam situasi ini. Walau sederhana tanpa lilin dan gelas mahal di atas meja, namun kebahagian jelas terpancar dari wajah orang-orang yang sangat Itachi sayang.
Sebaliknya suasana yang ia rasakan saat ini terasa menekan orang-orang. Duduk di kursi kepala keluarga, Hiashi menatap wajah-wajah keluarganya dengan pandangan dingin terutama Hinata, putri tunggalnya.
"Hinata sudah berapa lama kamu dan Itachi menikah." Suara berat Hiashi bertanya dengan nada dingin kepada anak satu-satunya.
"Sudah tiga tahun ayah." Meski tegang Hinata tidak kehilangan ketegasannya dibawah tekanan ayahnya. Ia sudah tau kemana arah pembicaraan ini.
"Sudah selama itu. Apakah kalian tidak merencanakan tentang memiliki anak?"
Melihat ayahnya yang dengan kaku menatapnya dan Itachi. Hinata menjawab dengan lembut. "Tentu saja ayah, Itachi-kun dan saya sangat menantikan anak kami."
"Lalu kenapa sampai saat ini kalian masih belum mendapatkan momongan? Meskipun kamu tidak berguna sebagai anak setidaknya kamu harus memiliki keturunan, jangan sampai kamu mengecewakan ku lagi, Hinata Uchiha."
Itachi yang melihat istrinya direndahkan oleh orang tuanya sendiri berang tak kepalang. Bagaimana mungkin seorang ayah tega mengatai darah dagingnya sendiri. Ia menggenggam lengan pucat istrinya yang duduk di sampingnya.
Dengan hati-hati dan penuh kesopanan ia berkata kepada Hiashi. "Maaf menyela ayah mungkin Tuhan belum mengabulkan keinginan kami. Dan Hinata adalah wanita yang sangat sempurna dalam aspek apapun." Mata hitamnya berkilat tegas saat menatap wajah Hiashi. Baginya siapapun yang menyakiti istrinya akan ia lawan dengan cara apapun, meski harus mengorbankan dirinya.
"Tenanglah kakak sepupu. Menurutku pernikahan mereka masih baru, jadi jangan terburu-buru. Benarkan Hinata dan Itachi." Kaguya Otsutsuki berucap anggun menenangkan Hiashi. Kaguya adalah sepupu jauh ayahnya dari keluarga inti Hyuga yang berarti bibi Hinata.
"Kalau kalian punya masalah atau ingin konsultasi mengenai keluarga berencana, silahkan datang di kantor bibi." Senyum tak sampai di matanya saat wanita itu berucap.
"Terimakasih atas pengertian dan sarannya bibi Kaguya." Hinata berucap sopan padanya, ia mengingat sosok wanita ini sebagai orang yang licik dan manipulatif. Lebih baik menghindarinya.
"Bukan masalah sayang. Tetapi menurut ku mungkin kamu belum mendapatkan momongan karena kamu masih sibuk bekerja, bukan? Lebih baik kamu cuti atau berhenti dulu dari posisi wakil CO Hinata, agar kamu dan suamimu memiliki waktu yang berkualitas satu sama lain." Dengan rasa kepedulian yang palsu ia berkata kepada Hinata.
Hinata menguatkan genggamannya pada Itachi saat wanita ular ini mulai memprovokasinya. Mata khasnya yang biasa menatap lembut kini memandang bibinya serupa layaknya sang ayah, dingin dan merendahkan.
"Tidak ada masalah dalam hubungan kerja dan rumah tangga ku bibi. Waktu yang kami habiskan bersama sangat berharga dan membahagiakan. Dan bukankah pekerjaan tidak ada hubungannya? Seperti bibi yang meski sibuk kerja tetapi mempunyai anak juga. Cepat atau lambat pasti kami akan memiliki anak, karena banyak sekali orang-orang yang sangat memperhatikan kami. Ya kan Itachi-kun." Pada kata-katanya Hinata dengan sangat jelas menyindir bibinya, yang menginginkan kursi ekslusif di Hyuga Enterprise untuk anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me, You And Him
FanfictionTerjebak dalam perasaan cinta harus memilih yang mana harus dipertahankan dan siapa yang mengalah. Jalan manapun tetap akan ada air mata. Karena sudah terlalu cinta.