~
Hinata, lahir dari pasangan berdarah bangsawan dari klan Hyuga. Ayahnya yang seorang kepala klan mengharapkan anak lelaki sebagai penerusnya, tetapi yang terlahir adalah dirinya. Seorang wanita, yang pemalu juga lembut.
Kelahirannya tidak diinginkan orangtuanya, harapan, ekspektasi, gunjingan, celaan orang orang disekitarnya menemani langkah kecilnya.
Untuk memenuhi standar ayah ibu, aturan dan pendidikan keras dan ketat dibuat untuknya hingga ia beranjak dewasa. Kolega dan koneksi dipilihkan keluarganya.
Hanya yang pantas yang dapat berinteraksi dengannya. Hidupnya bagai boneka, yang sedang berlakon mengikuti dalang.
Hinata merasa terpenjara dan terkekang. Selama dua puluh tahun hidupnya sudah di tentukan oleh orang lain. Wajahnya tersenyum tetapi batinnya berteriak menangis.
Ia tidak pernah meminta untuk dilahirkan, ia tidak pernah menginginkan menjadi penerus klan. Ia tidak pernah meminta Hiashi dan Hikari menjadi orangtuanya.
Melihat senyum anak anak dan remaja yang bercengkerama diluar mobil mewahnya terkadang membuatnya merasakan iri di hati.
Tapi terkadang perasaan sesak ini masih bisa tertahan berkat sosok remaja lelaki di panti asuhan yang sering ia kunjungi dikala ia bersedih. Sosok anak kecil yang selalu menunggu kedatangan kakaknya ini menguatkannya. Biarpun angin malam, hujan dan salju menerpa tubuhnya ia tetap menunggu kedatangan sang kakak yang sedang bekerja.
Anak itu tidak ada manis manisnya malah terkesan tidak perduli dan dingin, tetapi dibalik itu ia sangat menyayangi kakaknya dan juga perduli padanya yang biasa datang dengan mata sembab.
Kadang mereka berbagi hal-hal kecil, menceritakan keseharian membosankan masing-masing, bercanda ria hingga semakin terasa keakraban diantara keduanya. Hingga timbul rasa penasaran siapa sosok yang menjadi wali anak ini hingga tumbuh menjadi anak yang baik.
"Sasuke-kun coba katakan seperti apa kakak mu itu."
"Kenapa mau tau?"
"Hanya penasaran saja. Seperti nya dia orang yang baik."
Pipi anak itu memerah dengan senyum bangga yang terukir di bibirnya. Mulut remaja itu terbuka, mengucapkan kata sanjungan untuk sang kakak.
Memuji tentang betapa baik dan penyayangnya sosok sang kakak padanya. Sasuke yang telah kehilangannya kedua orangtua diusia belia tidak tau banyak tentang peran orangtua bagi masa kecilnya, selain dari sang kakak yang merelakan masa mudanya untuk mengasuh dan merawat sang adik.
Sasuke berkata apapun milik sang kakak juga miliknya, pemuda itu rela apapun yang ia miliki menjadi milik sang adik meskipun kedua tangannya kosong. Agar sang adik dapat mengecap sedikit manisnya madu di kehidupan pahit ini.
Dan Sasuke yang tumbuh besar melihat pribadi sang kakak pun belajar darinya, bagaimana cara berbagi dan merelakan sesuatu meski harus kehilangan. Sosok sang kakak sangat berarti baginya, baik sebagai orangtua dan saudara.
Hinata yang mendengarkan cerita Sasuke dapat merasakan rasa haru, iba dan sedikit rasa iri di hati. Kedua saudara ini saling melindungi dan menjaga, dibalik kesusahan hidup mereka saling melengkapi dan menopang satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me, You And Him
FanfictionTerjebak dalam perasaan cinta harus memilih yang mana harus dipertahankan dan siapa yang mengalah. Jalan manapun tetap akan ada air mata. Karena sudah terlalu cinta.